*TRANSKRIP AUDIO MATERI BINAR*
*Dars 3 : Tanda-tanda Isim*
Alhamdulillah kita lanjutkan kembali pelajaran kita dari kitab AlMumti' fiii شَرح الآجرومية yang dikarang oleh Syaikh Malik bin Salim hafidzahullahu ta'ala, dan kita sudah sampai pada pembahasan عَلَامَاتُ الاِسْمِ "Tanda-Tanda Isim".
_______________________
قَالَ المُصَنِّفُ : (فَالاِسْمُ يُعْرَفُ : بِالخَفْضِ، وَالتَّنْوِيْنِ، وَدُخُوْلِ الأَلِفِ وَاللّامِ، وَحُرُوْفِ الخَفْضِ وَهِيَ: مِنْ، وَإِلَى، وَعَنْ، وَعَلَى، وَفِي، وَرُبَّ، وَالبَاءُ، وَالكَافُ، وَاللَّامُ، وَحُرُوْفُ القَسَامِ، وَ هِيَ : الوَاوُ، وَالبَاءُ، وَالتَّاءُ)
Pengarang kitab Ajurrumiyyah mengatakan maka Isim itu dikenali dengan khofadh/jar dan tanwin.
Kemudian dengan masuknya alif dan lam. Dikenal juga dengan huruf jar/khofadh yaitu :
مِنْ : dari
إلى : ke
عَنْ : dari
َعَلَى : di atas
َفِي : di dalam
َرُبَّ : jarang
البَاءُ : dengan
وَالكَافُ : seperti
َاللَّامُ : untuk/bagi
Dan huruf-huruf sumpah ,yaitu : الوَاوُ، وَالبَاءُ، وَالتَّاءُ
Disini kita perhatikan jadi cara kita menyebut huruf dalam bahasa Arab, kalau hurufnya satu dieja. Seperti kita ingin menyebutkan huruf bi dan Ka yang artinya seperti maka kita harus mengejanya البَاءُ وَالكَافُ .
Tapi kalau dua huruf seperti مِنْ ini dibaca مِنْ , bukan المِيْمُ وَالنُّوْنُ .
'An عَنْ bukan dibaca العَيْنُ وَالنُّوْنُ . Tapi kalau satu huruf, seperti : bi, Ka , dan Li itu dieja, بالبَاءُ ، وَالكَافُ، واللَامُ
الشَّرْحُ : لَمَّا فَرَغَ المُصَنِّفُ مِنْ ذِكْرِ أَقْسَامِ الكَلَامِ، شَرَعَ فِي بَيَانِ عَلَامَاتِ كُلِّ قِسْمٍ،
Penjelasan :
Setelah pengarang kitab Ajurrumiyyah AlMushonnif As-Shonhajiy selesai menyebutkan macam-macam kalam beliau mulai menjelaskan tentang tanda dari setiap macam tersebut.
فَبَدَأَ بِالاِسْمِ، وَذَكَرَ لَهُ أَرْبَعَ عَلَامَاتٍ،
Maka beliau Ash-Shanhaji memulai dengan menjelaskan tanda isim dan beliau menyebutkan ada 4 tanda bagi isim.
إِذَا وَجَدْتَّ وَاحِدَةً مِنْهَا فِي كَلِمَةٍ أَوْ رَأَيْتَ أَنَّهَا تَقْبَلُهَا، عَرَفْتَ أَنَّهَا اسمٌ.
Apabila kau mendapati salah satu tanda ada pada sebuah kata atau kamu melihat sebuah kata yang menerima tanda tersebut engkau mengetahui bahwasanya itu adalah isim.
📕 إِحْدَاهَا : الخَفْضُ : وَهُوَ عِبَارَةٌ عَنِ الكَسْرَةِ الَّتِي يُحْدِثُهَا العَامِلُ، نَحْوُ : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،
*Yang pertama* : الخَفْضُ
[ Khofadh merupakan nama lain dari jar ]
Jadi tanda pertama isim itu adalah adanya jar.
وَهُوَ عِبَارَةٌ عَنِ الكَسْرَةِ الَّتِي يُحْدِثُهَا العَامِلُ
Jar /khofadh adalah ibarat atau istilah dari kasroh yang disebabkan (muncul) karena disebabkan adanya amil (sebuah faktor).
Jadi ini merupakan penjelasan secara mutlak yang sangat sederhana dari definisi jar meskipun nanti sebetulnya jar itu tidak hanya kasroh, memang hukum asal jar/khofadh itu tandanya adalah kasroh akan tetapi nanti kita akan belajar bahwasanya yang namanya jar itu punya tiga tanda.
Tanda aslinya kasroh , nanti ada tanda turunannya yaitu fathah dan ya. Tapi memang ini salah satu jalan yang dipilih oleh Syaikh Malik bin Salim dimana beliau menjelaskan definisinya dengan cara yang mudah dipahami oleh pemula. Jadi anggap saja kalau jar itu kasroh.
Contoh : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،
فَكُلٌّ مِنِ ( اسْمِ، واللَّهِ، والرَّحْمنِ، وَالرَّحِيْمِ) أَسْمَاءٌ ، لِوُجُوْدِ الكَسْرَةِ فِيْ آخِرِها
Maka setiap dari ismin dalam lafadz بِسْمِ اللَّهِ , kemudian lafadz اللَّهِ, الرَّحْمنِ dan الرَّحِيْمِ merupakan isim. Karena adanya kasroh pada akhirnya.
Jadi beliau Syaikh Salim menjelaskan diantara tanda isim adalah dia dalam keadaan jar dan disini beliau menjelaskan dengan sangat sederhana pokoknya kalau ada yang berharokat kasroh maka dia adalah isim.
Maka بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. Kenapa isim, karena dia kasroh. Kemudian اللَّهِ kasroh, الرَّحْمنِ karena dia kasroh dan juga الرَّحِيْمِ karena dia kasroh.
Memang ini benar karena kalau kita perhatikan tidak ada fiil yang kasroh. Kalaupun ada itu memang mabniy, contohnya فَعَلْتِ kasrohnya bukan karena dia jar tapi karena memang dari sananya,yang namanya dhomir مُفْرَدة مُخَاطَبة yaitu anti - Kasroh- . Jadi فَعَلْتِ kasrohnya memang dari sana seperti itu. Thayyib.
📕 الثَّانِيَةُ : التَّنْوِيْنُ :
*Tanda yang kedua* : Bertanwin
Jadi tanda yang pertamanya isim adalah jar , tanda kedua bertanwin.
وَ هُوَ عِبَارَةٌ عَنْ ضَمَّتَيْنِ أَوْ فَتْحَتَيْنِ أَوْ كَسْرَتَيْنِ ،
Dan tanwin itu adalah ibarat dari dua dhommah maksudnya dhommatain, dua fathah- fathatain , atau dua kasroh - kasrotain.
نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى:
(وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَشِعَةٌ (٢) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (٣) تَصْلىَ نَارًا حَامِيَةً (٤) تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ ءَانِيَةٍ (٥))(ا) فَكُلٌّ مِنْ : (وُجُوْهٌ، وَيَوْمَئِذٍ، وَخَاشِعَةٌ، وَعَامِلَةٌ، وَنَاصِبَةٌ، وَنَارًا، وَحَامِيَةً، وَعَيْنٍ، وَآنِيَةٍ) أَسْمَاءٌ لِوُجُوْدِ التَّنْوِيْنِ فِي آخِرِهَا
Contohnya firman Allah subhānahu wa Ta'āla :
(وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَشِعَةٌ (٢) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (٣) تَصْلىَ نَارًا حَامِيَةً (٤) تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ ءَانِيَةٍ (٥))(ا) فَكُلٌّ مِنْ : (وُجُوْهٌ، وَيَوْمَئِذٍ، وَخَاشِعَةٌ، وَعَامِلَةٌ، وَنَاصِبَةٌ، وَنَارًا، وَحَامِيَةً، وَعَيْنٍ، وَآنِيَةٍ)
Ini contoh tanwin :
وُجُوْهٌ), (يَوْمَئِذٍ), (خَاشِعَةٌ), (عَامِلَةٌ), (نَاصِبَةٌ), (نَارًا), (حَامِيَةً), (عَيْنٍ), dan (آنِيَةٍ)
Ini semuanya isim.
Makanya Syaikh Salim mengatakan
فَكُلٌّ مِنْ : (وُجُوْهٌ، وَيَوْمَئِذٍ، وَخَاشِعَةٌ، وَعَامِلَةٌ، وَنَاصِبَةٌ، وَنَارًا، وَحَامِيَةً، وَعَيْنٍ، وَآنِيَةٍ) أَسْمَاءٌ لِوُجُوْدِ التَّنْوِيْنِ فِي آخِرِهَا
Setiap dari kata :
وُجُوْهٌ), (يَوْمَئِذٍ), (خَاشِعَةٌ), (عَامِلَةٌ), (نَاصِبَةٌ), (نَارًا), (حَامِيَةً), (عَيْنٍ), dan (آنِيَةٍ)
Ini semuanya adalah isim karena adanya tanwin pada akhirnya.
Diantara ciri atau tanda isim ia bertanwin. Karena tidak mungkin ada fiil dan huruf yang bertanwin.
📕 الثَّالِثَةُ : دُخُوْلُ الأَلِفِ وَاللاَّمِ : وَيُعَبَّرُ عَنْهُمَا بـِ(أَلْ)،
*Tanda yang ketiga* : Kemasukan Alif dan Lam
Dan juga diistilahkan dengan AL.
[Jadi istilahnya ada yang bilang al-alifu wallaamu (الأَلِفُ وَاللَّامُ), ada yang bilang AL (أَلْ)]
نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى : (الرَّحْمَنُ عَلَى اَلْعَرْشِ آسْتَوَى)(٢)
Contohnya firman Allah subhānahu wa Ta'āla :
(الرَّحْمَنُ عَلَى اَلْعَرْشِ آسْتَوَى)
"Allah yang Maha Pengasih beristiwa' di atas Arsy"
(Surat Thoha ayat 5)
فَكُلٌّ مِنَ (الرَّحْمَنُ، وَالعَرْشِ) اِسْمَانِ لِدُخُوْلِ (ألْ) عَلَيْهِمَا
Maka setiap dari contoh (الرَّحْمَنُ) dan (وَالعَرْشِ) keduanya adalah isim. Karena kemasukan AL.
Ini tanda yang ketiga.
📕 الرَّابِعَةُ : حُرُوفُ الخَفْضِ : وَهِيَ : مِنْ، وَإِلَى، وَعَنْ، وَعَلَى، وَفِي، وَرُبَّ، وَالبَاءُ، وَالكَافُ، وَاللَّامُ...
*Tanda yang keempat* : huruf jar
Dan Huruf jar itu apa saja?
مِنْ : dari
إلى : ke
عَنْ : dari
َعَلَى : di atas
َفِي : di dalam
َرُبَّ : jarang
البَاءُ : dengan
وَالكَافُ : seperti
َاللَّامُ :oleh/untuk/bagi
فَهَذِهَ الحُرُوفُ خَاصَّةٌ بِالأَسْمَاءِ فَلَا تَدْخُلُ إِلَّا عَلَيْهَا ،
Maka huruf-huruf ini (yakni huruf jar) khusus untuk isim saja. Maka ia tidak masuk kecuali atasnya.
Maksudnya tidak mungkin setelah huruf jar itu fiil atau huruf. Jadi setelah huruf jar pasti isim.
نَحْوُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ : (تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ، فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ)(ا)،
Contohnya sabda Nabi صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ
"Tahanlah kejelekanmu dari manusia. Karena sesungguhhnya itu adalah sedekah untuk dirimu.(ا).
فَكُلٌّ مِنَ(النَّاسِ، وَالضَّمِيْرِ فِيْ مِنْكَ، وَنَفْسِ) أَسْمَاءٌ لِدُخُوْلِ حُرُوْفِ الخَفْضِ عَلَيْهَا
Maka setiap contoh النَّاسِ jadi عَنِ النَّاس karena didahului oleh huruf 'an (عَن) dan dhomir pada lafadz مِنْكَ [maksudnya kaf, maka kaf adalah isim yang mana didahului oleh huruf min] dan نَفْسِ dari kata عَلَى نَفْسِكَ .
Jadi nafsi (نَفْسِ) adalah isim karena didahului oleh على huruf jar. Jadi النَّاسُ isim , dan annas adalah isim karena kemasukan huruf jar atasnya.
وَمِنْ حُرُوْفِ الخَفْضِ أَحْرُفُ القَسَمِ لِكَوْنِهَا تَجُرُّ الاِسْمَ بَعْدَهَا،
Dan diantara huruf khofadh adalah huruf-huruf sumpah. Karena keadaanya dimana huruf qosam ini bisa menjarkan isim yang ada setelahnya.
Jadi huruf qosam juga bisa dimasukkan ke dalam kelompok huruf jar. Kenapa? Karena huruf qosam itu menjarkan isim yang ada setelahnya.
وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ : الوَاوُ، وَالبَاءُ، وَالتَّاءُ؛
Dan Huruf qosam itu ada tiga huruf الوَاوُ، وَالبَاءُ، وَالتَّاءُ؛ yaitu wawu, ba, dan ta'.
وَسُمِّيَتْ أَحْرُفَ قَسَمٍ؛ لِإَنَّهَا تَدْخُلُ عَلَى المُقْسَمِ بِهِ_ وَلَايَكُوْنُ إِلَّا اسْمًا_ نَحْوُ : وَاللّٰهِ، وَتَاللّٰهِ، وَبِاللّٰهِ.
Dan dinamakan huruf-huruf sumpah karena huruf sumpah tersebut masuk atas sesuatu yang dijadikan sandaran sumpah.
وَلَايَكُوْنُ إِلَّا اسْمًا
Dan tidak boleh tidak kecuali setelahnya itu adalah isim.
Jadi setelah huruf sumpah pasti isim , karena enggak mungkin kita bersumpah dengan perbuatan.
Contohnya : وَاللّٰهِ، وَتَاللّٰهِ، وَبِاللّٰهِ.
Jadi kita boleh bersumpah dengan tiga lafadz seperti ini وَاللّٰهِ، وَتَاللّٰهِ، وَبِاللّٰه artinya semuanya sama "Demi Allah"
وَحَاصِلُ مَا ذَكَرَهُ مِنْ عَلَامَاتِ الاِسْمِ أَرْبَعٌ :
✅ اِثْنَتَانِ تَلْحَقَانِ الاِسْمَ فِي آخِرِهِ، وَهُمَا الخَفْضُ وَالتَّنْوِيْنُ.
✅ وَاثْنَتَانِ تَدْخُلاَنِ عَلَيْهِ فِيْ أَوَّلِهِ،وَهُمَا (أَلْ) وَحُرُوفُ الخَفْضِ.
Dan kesimpulannya dari apa yang telah disebutkan oleh AlMushonnif dari tanda isim itu ada empat :
✅ Dua tanda bersambung dengan isim pada akhirnya yaitu jar dan tanwin,
✅ Dan dua tandanya lagi masuk atas isim pada di depannya : yaitu AL dan huruf jar .
Jadi kalau tanwin itu kan tandanya diakhir kata begitu pula khofadh ini berkaitan dengan keadaan akhir kata. Adapun AL dan huruf jar di depannya sebelum isimnya.
فَوَائِدُ وَتَنْبِيْهَاتٌ :
*Faidah-faidah dan Catatan-catatan penting*:
1⃣ الخَفْضُ عِبَارَةٌ كُوْفِيَّةٌ، وَالجَرُّ عِبَارَةٌ بَصْرِيَّةٌ. حَاشِيَةُ أَبِيْ النَّجَا ص(١٥) .
1⃣ Khafadh itu adalah ungkapan ulama nahwu dari Kufah.
Berarti orang Kufah lebih sering menyebut istilah jar itu dengan khofadh.
Adapun jar ini adalah ungkapan atau istilah yang sering dipakai oleh ulama Basroh.
Kita tahu bahwasanya kiblat dari ilmu nahwu ini berasal dari daerah Islam terkenal di masa lalu yaitu Basroh dan Kufah.
Ulama nahwu Kufah lebih senang menyebutnya khofadh. Adapun ulama Basroh lebih senang menyebutnya jar.
Ini bisa dilihat di Hasyah Abu Najaa halaman 15]
2⃣ . تَكُوْنُ (أَلْ) عَلَامَةً لِلْاِسْمِ إِذَا لَمْ تَكُنْ مِنْ أَصْلِ الْكَلِمَةِ، نَحْوُ (الرَّجُلِ، وَ الغُلَامِ)
2⃣ Faidah ketiga, AL menjadi tanda bagi isim apabila ia bukan dari asal kata tersebutالرَّجُلِ، وَ الغُلَامِ.
Kita tahu bahwa asalnya رَجُلٌ dan غُلَامٌ kemudian ditambahkan AL maka menjadi الرَّجُلُ، الغُلَامُ
أَمَّا إِذَا كَانَتْ مِنْ أَصْلِهَا فَلَا تَكُوْنُ عَلَامَةً لَهُ، نَحْوُ : أَلْقَى مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى : (وَأَلْقَى فِى اْلَاَرْضِ رَوَاسِي)،
Adapun apabila AL-nya itu merupakan dari asal kata tersebut maka ia bukanlah tanda isim.
Contohnya kata : َأَلْقَى , AL yang ada pada lafadz َأَلْقَى bukan tambahan tapi memang itu satu kesatuan, fiil madhi َأَلْقَى , dari firman Allah subhānahu waTa'ala (وَأَلْقَى فِى اْلَاَرْضِ رَوَاسِي)
"Dan Allah tancapkan pada bumi gunung-gunung."
وَنَحْوُ: أَلْهَى مِنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: (أَلْهٰكُمُ التَّكَاثُرُ)
Dan contohnya lagi yang juga bukan isim أَلْهَى dari firman Allah subhānahu wa Ta'āla : (أَلْهٰكُمُ التَّكَاثُرُ)
فَهِيَ فِيْهِمَا أَصْلِيَّةٌ؛ فَلَا يُعْرَفُ بِهَا الْاِسْمُ.
Maka AL yang ada pada أَلْهٰكُمُ التَّكَاثُرُ , alhaaأَلْهَى ini bukan tambahan tapi memang asli (maka AL yang ada pada ألقى dan ألهى ini merupakan asli ya)
فَلَا يُعْرَفُ بِهَا الْاِسْمُ.
maka dia tidak dikenal sebagai isim.
Meskipun ada AL nya tapi karena AL nya bukan aslinya maka dia bukanlah isim.
3⃣. لَيْسَ بِلَازِمٍ اِجْتِمَاعُ كُلِّ هَذِهِ الْعَلَامَاتِ الأَرْبَعِ حَتَّى تَدُلَّ عَلَى اِسْمِيَّةِ الكَلِمَةِ بَلْ بَعْضُهَا كَافٍ فِيْ ذَالِكَ.
3⃣ Faidah ketiga : Tidak mesti berkumpulnya setiap tanda yang empat ini sampai menunjuki atas keisiman sebuah kata.
Maksudnya enggak mesti sebuah kata itu dikatakan isim kalau bertemu atau diiringi dengan tanda-tanda ini.
بَلْ بَعْضُهَا كَافٍ فِيْ ذَالِكَ.
Bahkan sebagiannya cukup dari tidak diiringi dengan tanda tersebut.
Jadi maksud dari Syaikh Malik disini ingin menegaskan bahwasanya tanda ini kalau ada tandanya maka dia tanda bagi isim. Tetapi bukan berarti kalau tidak ada tandanya bukan isim karena banyak juga isim yang kita temukan yang tanpa tanda-tanda tersebut. Thayyib
Jadi,
لَيْسَ بِلَازِمٍ اِجْتِمَاعُ كُلِّ هَذِهِ الْعَلَامَاتِ الأَرْبَعِ حَتَّى تَدُلَّ عَلَى اِسْمِيَّةِ الكَلِمَةِ بَلْ بَعْضُهَا كَافٍ فِيْ ذَالِكَ.
Bukanlah kelaziman atau keharusan bertemunya/adanya tanda ini barulah dikatakan sebagai isim. Bahkan sebagiannya itu tercukupkan (artinya tidak memerlukan tanda untuk dikatakan sebagai sebuah isim).
4⃣ حُرُوْفُ القَسَمِ مِنْ حُرُوْفِ الجَرِّ، وَإِنَّمَا فَصَلَهَا المُصَنِّفُ؛ لِكَوْنِهَا تُفِيْدُ القَسَمَ بِخِلَافِ غَيْرِهَا. .
4⃣ Faidah keempat : Huruf qosam sebetulnya bagian dari huruf jar, hanya saja Al Mushonnif memisahkannya karena huruf qosam ini memberikan faidah sumpah. Berbeda dengan huruf jar yang lainnya.
Karena huruf jar lain kan مِنْ، وَإِلَى، وَعَنْ، وَعَلَى، وَفِي، وَرُبَّ، وَالبَاءُ، وَالكَافُ، وَاللَّامُ ini tidak memiliki faidah sumpah.
Adapun huruf-huruf qosam wawu, ba dan ta' ini yang memiliki faidah sumpah. Oleh karena itu dipisahkan oleh As-Shonhajiy penyebutannya.
وَاعْلَمْ: أَنَّ القَسَمَ بِهَا مِنَ المَخْلُوْقِ لاَ يَجُوْزُ إِلَّا بِاللّٰهِ أَوْ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ؛ فَلَا يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ :
وَالنَّبِيِّ، وَالكَعْبَةِ، وَحَيَاتِكَ وَأَشْبَاهَ ذَلِكَ
Dan ketahuilah bahwasanya bersumpah [menggunakan huruf sumpah] dengan makhluk tidak boleh.
Jadi bersumpah dengan nama makhluk tidak boleh إِلَّا بِاللّٰهِ kecuali bersumpah dengan nama Allah أَوْ بِأَسْمَائِهِ atau dengan nama-namanya, وَصِفَاتِهِ dan juga sifat-sifatnya.
فَلَا يَجُوْزُ أَنْ يُقَالَ :
Maka tidak boleh dikatakan :
وَالنَّبِيِّ، وَالكَعْبَةِ، وَحَيَاتِكَ وَأَشْبَاهَ ذَلِكَ
"Demi Nabi, demi Ka'bah, demi hidupmu, dan yang menyerupai demikian.
Jadi kita tidak boleh bersumpah selain dengan nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
5⃣ . أَهْمَلَ الْمُصَنِّفُ أَنْفَعَ عَلَامَاتِ الاِسْمِ وَهُوَ : الإِسْنَادُ إِلَيْهِ، أَيْ : الحَدِيْثُ عَنْهُ،
5⃣ Faidah kelima: Al- Mushonnif melewati/ meninggalkan atau tidak membahas tanda isim yang paling bermanfaat menurut Syaikh Malik.
AshShonhajiy ini tidak membahas satu tanda yang paling bermanfaat,
وَهُوَ : الإِسْنَادُ إِلَيْهِ، أَيْ : الحَدِيْثُ عَنْهُ،
Yaitu isnad ilaihi , yaitu sesuatu yang bersambung. Jadi diantara ciri isim dia bisa disambungkan dengan kata yang lain.
وَبِهِ اسْتُدِلَّ عَلَى اسْمِيَّةِ الضَّمَاءِرِ كَالتَّاءِ فِيْ (قُمْتَ أوْ قُمْتِ) أَلَا تَرَى أَنَّهَا لَا تَقْبَلُ (أَلْ) وَلَا يَلْحَقُهَا التَّنْوِيْنُ، وَلَا غَيْرُهَا مِنَ العَلَامَاتِ الَّتِي تُذْكَرُ لِلاِسْمِ، سِوَى أَنَّكَ حَدَّثْتَ عَنْهَا بِالقِيَامِ. يُنْظَرُ: شَرْحُ قَطْرِ النَّدَى ص (١٥ - ١٦)
Yang dengannya (isnad Ilaihi ini) bisa diketahui keisiman dhomir-dhomir seperti التَاء dalam lafadz قُمْتَ atau قُمْتِ , tidakkah kamu melihat bahwasanya التَاء pada قُمْتُ (ti pada قُمْتِ) tidak menerima AL.
Tidak pula diiringi/diakhiri tanwin.
وَلَا غَيْرُهَا مِنَ العَلَامَاتِ الَّتِي تُذْكَرُ لِلاِسْمِ،
Dan tidak pula ada tanda lain yang sudah disebutkan.
Jadi tidak ada tanda empat tanda yang saya sebutkan yaitu : jar, kemudian tanwin , AL, dan huruf jar.
Tetapi kita bisa menjelaskan keisiman dari dhomir seperti dalam lafadz قُمْتُ ,قُمْتَ، قُمْتِ، dari sisi isnad ilaihnya. Bersambung kepadanya.
Jadi ciri-ciri isim dia bisa disambungkan dengan kata lain , bisa isim bisa bersambung dengan fiil , bisa juga bersambung dengan huruf.
سِوَى أَنَّكَ حَدَثْتَ عَنْهَا بِالقِيَامِ.
Selain ciri yang bisa kita dapatkan pada lafadz قُمْتَ tidak didapat dari tanda-tanda yang lain selain karena dhomir disitu bersambung dengan kejadian قِيَامِ "berdiri".
Jadi di antara tanda yang paling jelas adalah bahwa isim itu bisa ditempelkan dengan kata yang sebelumnya.
Ini dengan fiil seperti قُمْتَ atau dengan huruf seperti بِيْهِ , بِيْكَ, dan sebagainya.
يُنْظَرُ: شَرْحُ قَطْرِ النَّدَى ص (١٥ - ١٦)
Bisa dilihat di syarah Qotrun Nadaa halaman 15-16.
_________________
Thayyib barangkali sampai disini dulu pembahasannya nanti kita bagi dua dengan rekaman yang selanjutnya.
Semoga bermanfaat.
_________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar