*Transkrip MATERI BINAR*
*DARS 2 : PENYUSUN KALAM*
________________________________
Alhamdulillah ini adalah audio kedua dari pembacaan kitab Almumti' fiii شَرح الآجرومية yang dikarang oleh Syaikh Malik bin Mathor yang merupakan syarah dari kitab Matan Al Ajurrumiyyah.
Bismillahirrahmanirrahim.
قَالَ المُصَنِّفُ : (وَأَقْسَامُهُ ثَلاَثَةٌ : اِسْمٌ وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنًى.)
Telah berkata Al Mushonnif (yakni Ibnu AlAjurrum As-Shonhajiy) dan bagian kalimat itu ada tiga :
📌 isim
📌 Fi'il
📌 Dan huruf yang memiliki arti.
الشَّرْحُ : بَيَّنَ المُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللّٰهُ أَنَّ الأَلْفَاظَ الَّتِي تَسْتَخْدِمُهَا العَرَبُ فِي كَلَامِهَا لاَ تَخْرُجُ عَنْ وَاحِدٍ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ : الاسْمِ، أَوِ الفِعْلِ، أَوِالحَرْفِ
*Penjelasan* :
Pengarang (yakni Ibnu AlAjurrum As-Shonhajiy semoga Allah merahmati nya) menjelaskan bahwasanya lafadz-lafadz yang digunakan oleh orang Arab di dalam kalimat mereka tidaklah keluar dari salah satu dari tiga unsur ,
📌 isim
📌 Fi'il
📌huruf
*Halaman 14*
📑 فَالاِسْمُ:
تَعْرِيْفُهُ : هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ .
📙 Maka *ISIM* itu adalah :
Definisinya : Kata yang menunjuki sebuah makna yang ada pada dirinya dan tidak berkaitan dengan waktu.
مِثَالُهُ : زَيْدٌ، وَفَرَسٌ، وَعُصْفُوْرٌ، وَزَهْرَةٌ، وَبَيْتٌ، وَذَكَاءٌ.
Contoh-contohnya : Zaid (nama Orang) , kuda, burung kecil, bunga, rumah dan kecerdasan.
فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الأَلْفَاظِ يَدُلُّ عَلَى مَعْنًى يُفْهَمُ مِنْ نَفْسِ الكَلِمَةِ .
Dan setiap salah satu dari lafadz-lafadz ini menunjuki sebuah makna yang dipahami langsung dari katanya.
(Artinya kalau kita menyebut Zaid maka kita akan paham bahwa Zaid adalah nama orang.
Ketika kita menyebutkan Faros maka kita akan paham bahwa Faros adalah nama hewan yaitu kuda.
Ini yang dimaksud dengan دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا yang menunjuki sebuah makna yang ada pada dirinya.
Jadi ketika disebutkan kata tersebut kita langsung memahami maknanya.)
وَ هَذَا المَعْنَى قَدْ يَكُوْنُ لِشَيْءٍ مَحْسُوْسٍ , بِأَنْ يَكُوْنَ : ذَاتَ إِنْسَانٍ كَزَيْدٍ، أَوْ حَيَوَانٍ كَفَرَسٍ، أَوْ طَيْرٍ كَعُصْفُوْرٍ، أَوْ نَبَاتٍ كَزَهْرَةٍ، أَوْجَمَادٍ كَبَيْتٍ.
Dan makna ini terkadang untuk sesuatu yang bisa didapat oleh panca indera.
(Maksudnya itu bisa diraba oleh kelima panca indera baik indera penglihatan, penciuman, raba, rasa dan sbg. )
Terkadang menunjuki makna kepada :
🍂 manusia seperti Zaid
🍂 hewan seperti Faros :kuda,
🍂 burung seperti ushfur : jenis burung yang kecil,
🍂 atau tumbuh-tumbuhan seperti bunga ,
🍂 atau benda mati seperti rumah.
اَوْ يَكُوْنُ لِشَيْءٍ مَعْنَوِيٍّ ـ غَيْرِ مَحْسُوْسٍ ـ يُدْرَكُ بِالعَقْلِ كَالذَّكَاءِ، وَالشَّرَفِ، وَالعِلْمِ،
Terkadang isim itu untuk sesuatu yang bersifat maknawi (bukan inderawi: bukan yg diraih oleh panca indera) yang bisa diketahui dengan akal seperti kecerdasan , kemuliaan,dan Ilmu.
فَكُلُّ كَلِمَةٍ دَلَّتْ عَلَى ذَاتٍ أَوْ مَعْنًى وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ فَهِيَ اسْمٌ.
Maka setiap kata yang menunjuki atas dzat atau makna , dan tidak berkaitan dengan waktu maka dia adalah isim.
Jadi setelah dijelaskan apa itu isim ,beliau melanjutkan dengan fiil.
📑 وَالفِعْلُ
تَعْرِيْفُهُ : هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا وَاقْتَرَنَتْ بِزَمَنٍ.
📑 *FI'IL*
FI'IL adalah kata yang menunjuki atas makna yang ada pada dirinya dan berkaitan dengan waktu.
(Jadi kalau isim tidak berkaitan dengan waktu, kalau fiil وَاقْتَرَنَتْ بِزَمَنٍ. )
مِثَالُهُ : قَامَ ، يَقُوْمُ ، قُمْ
Contoh-contohnya :
🍂 قَامَ : fiil madhi
🍂. يَقُوْمُ : fiil mudhoori'
🍂قُمْ : fiil amr
فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الأَلْفَاظِ يَدُلُّ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهِ وَهُوَ الحَدَث،ُ وَ هُوَ مُقْتَرِنٌ بِزَمَنٍ،
Maka setiap satu dari lafadz-lafadz ini menunjuki atas makna pada dirinya dan itu berupa kejadian, dan ia berkaitan dengan waktu.
فَ(قَامَ) تَدُلُّ عَلَى حُدُوْثِ القِيَامِ فِيْ زَمَنٍ مَاضٍ(١)
Maka قَامَ menunjuki atas kejadian "berdiri" pada waktu yang telah berlalu.
وَ( يَقُوْمُ ) تَدُلُّ عَلَى حُدُوْثِ القِيَامِ فِيْ زَمَنٍ حَاضِرٍ (٢) أَوْ مُسْتَقْبَلٍ( ٣) ،
Dan (يَقُوْمُ) menunjuki atas kejadian "berdiri" pada waktu yang sedang terjadi atau akan datang.
وَ(قُمْ) تَدُلُّ عَلَى طَلَبِ القِيَامِ فِيْ زَمَنٍ مُسْتَقْبَلٍ
Dan (قُمْ) menunjuki atas makna atas permintaan "berdiri" pada zaman yang akan datang.
(Artinya kalau kita mengatakan قُمْ kan belum terjadi justru kita minta pada yg kita perintahkan agar ia mengerjakan setelah kita mengatakan ini)
فَكُلُّ كَلِمَةٍ دَلَّتْ عَلَى حَدَثٍ فِيْ زَمَنٍ فَهِيَ فِعْلٌ
Maka setiap kata yang menunjuki atas kejadian pada suatu masa maka dia adalah fiil.
_______________________
_Lihat Catatan Kaki_ :
(١)الزَّمَنُ المَاضِي : هُوَ مَا قَبْلَ زَمَنِ التَكَلُّمِ
(1) masa yang telah lalu adalah masa sebelum waktu berbicara.
(٢)الزَّمَنُ الحَاضِرُ : هُوَ زَمَنُ التَّكَلُّمِ
(2) waktu yang sedang berlangsung adalah waktu saat berbicara.
(٣)الزَّمَنُ المُسْتَقْبَلُ : هُوَ مَا بَعْدَ زَمَنِ التَكَلُّمِ
(3) masa yang akan datang : adalah waktu setelah berbicara.
____________________________________________________
📑 Halaman 15
فَالفِعْلُ يَنْقَسِمُ إِلَى ثَلاَ ثَةِ أَقْسَامٍ :
Maka fi'il itu terbagi menjadi tiga jenis :
1 📌 مَاضٍ : وَهُوَ مَا دَلَّ عَلَى حَدَثٍ وَقَعَ فِي الزَّمَانِ المَاضِي
Fi'il madhi adalah : fiil yang menunjukkan atas kejadian yang terjadi pada masa yang telah lewat.
مِثْلُ : كَتَبَ، سَافَرَ، صَلَّى.
Contoh : (كَتَبَ) telah menulis, (سَافَرَ) telah safar, (صَلَّى) telah shalat
2 📌 وَمُضَارِعٍ : وَهُوَ مَا يَدُلُّ عَلَى حَدَثٍ يَقَعُ فِي الزَّمَانِ الحَاضِرِ أَوْ المُسْتَقْبَلِ.
Fi'il mudhari' adalah : fiil yang menunjukkan atas kejadian yang terjadi pada zaman yang sedang terjadi atau akan datang.
مِثْلُ : يَكْتُبُ، يُسَافِرُ، يُصَلِّي.
Contoh : (يَكْتُبُ) sedang menulis, (يُسَافِرُ)sedang safar, (يُصَلِّي) sedang/akan shalat.
3 📌 وَأَمْرٍِ : وَهُوَ مَا يَدُلُّ عَلَى حَدَثٍ يُطْلَبُ حُصُوْلُهُ فِي الزَّمَانِ المُسْتَقْبَلِ
Fi'il amar yaitu : Fi'il yang menunjukkan atas kejadian yang diminta hasilnya pada zaman yang akan datang.
(Jadi kita tahu kalau memerintahkan seseorang maka maksudnya segera setelah kita memerintahkan itu harus dikerjakan)
مِثْلُ : اكْتُبْ , سَافِرْ ,صَلِّ
Contoh: (اكْتُبْ) Tulislah! - (سَافِرْ) berpergianlah! - (صَلِّ) sholatlah!.
📑 وَالحَرْفُ :
تَعْرِيْفُهُ : هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي غَيْرِهَا
📑 *HURUF*
Definisinya : kata yang menunjukkan atas makna pada selainnya.
مِثَالُهُ : لَمْ، وَ فِي، وَهَلْ
Contoh-contohnya: لَمْ tidak, فِي di dalam, dan هَلْ apakah
فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الأَلْفَاظِ حَرْفٌ يَدُلُّ عَلَى مَعْنًى، وَهَذَا المَعْنَى يَظْهَرُ فِي غَيْرِه ِفَقَطْ ،
Maka setiap lafadz-lafadz ini (yakni لَمْ، وَ فِي، وَهَلْ ) adalah huruf yang menunjukkan atas suatu makna, dan makna ini tampak pada selainnya saja.
فَمَثَلًا :(لَمْ) مَعْنَاهَا النَّفْيُ، وَهَذَا النَّفْيُ لاَ يَظْهَرُ وَيَتَّضِحُ حَتَّى تَضُمَّهَا إِلَى غَيْرِهَا ،
Contohnya (lam) maknanya adalah penafian (pengingkaran), dan penafian ini tidak tampak dan jelas sampai ia digabungkan pada selainnya,
فَتَقُوْلُ : لَمْ يَقُمْ زَيْدٌ، فَكَلِمَةُ (لَمْ) دَلَّتْ عَلَى نَفْيِ قِياَمِ زَيْدٍ .
Maka kamu katakan : "Zaid tidak berdiri", maka kata (lam) menunjukkan atas penafian dari berdirinya si Zaid.
[ Maksudnya begini : kalau kita bicara Fi'il dan isim, kita katakan Dzahaba "dia pergi" orang paham maknanya adalah pergi.
Kemudian kita katakan Zaid , orang akan paham Zaidun adalah nama orang.
Ketika kita bicara tiba-tiba langsung bilang "Lam" maka orang tidak paham.
Supaya antum lebih memahaminya bisa misalkan kalau kita bertanya , "أَيْنَ زَيْدٌ" ("Dimana Zaid) kemudian kita menjawab "Dzahaba" saja misalkan, hanya menjawab "Dzahaba" apakah dipahami? Tentu dipahami. Dimana Zaid? Dia pergi.
Sekalipun kita hanya menjawab "Dzahaba" tapi orang paham bahwa yang pergi adalah Zaid.
Kemudian gambaran kedua: misalkan seseorang ditanya "مَا اسْمُكَ؟" jawab "زَيْدٌ". Ini hanya satu kata tapi bisa dipahami.
Tapi misalkan kita bertanya "أَيْنَ زَيْدٌ", kemudian kita jawab "Lam لَمْ" saja. Maka ini tidak bisa dipahami. Kecuali ditambah fiil atau isim yang ada setelahnya. Kalau huruf dia tidak bisa memberikan faidah kecuali setelahnya itu ada fiil atau isim sehingga menjadi jelas maksudnya.
Jadi ini yang dimaksud kenapa huruf itu dimasukkan sebagai كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي غَيْرِهَا yaitu kata yang menunjukkan makna yang ada pada selainnya.
Artinya huruf itu tidaklah bermakna kecuali setelah diiringi oleh fiil atau isim yang sesuai dengan huruf tersebut. Thoyyib kita kembali ke kitab. ]
____________________________________________________
فَكُلُّ كَلِمَةٍ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِيْ غَيْرِهَا فَهِيَ
حَرْفٌ.
Maka setiap kata yang menunjukkan atas makna pada selainnya maka itu adalah huruf.
______________________
_Lihat Catatan Kaki _
📑 فَوَائِدُ وَ تَنْبِيْهَاتٌ
📑 Faedah-Faidah/Keterangan Penting:
📌 ١ - جَعَلَ المُصَنِّفُ الإِسْمَ وَالفِعْلَ وَالحَرْفَ أَقْسَامًا لِلْكَلَامِ، وَجَعَلَهَا غَيْرُهُ أَقْسَامًا لِلْكَلِمَةِ، وَكِلَا التَّقْسِيْمَيْنِ صَحِيْحٌ
1. Almushannif (Ibnu Ajurrum) menjadikan isim, fiil, dan huruf sebagai jenis-jenis dari kalimat. Dan yang selain AlMushonnif (ulama nahwu yang lain) mengatakan bahwasanya isim, fiil dan huruf bukan bagian dari kalimat tapi bagian dari kata.
[ Maksudnya isim, fiil dan huruf bukan jenis-jenis dari kalimat tapi jenis-jenis kata. Akan tetapi ini hanya sebatas teori penyebutan saja tidak terlalu masalah, makanya kata Syaikh Malik bin Salim disini وَكِلَا التَّقْسِيْمَيْنِ صَحِيْحٌ dan pembagian dua ini shohih.
Jadi tidak masalah, mau kita katakan bahwa isim ,fiil, itu أَقْسَامُ الكلام atau أَقْسَامُ الكَلمة dua-duanya boleh insya Allah. ]
فَمَنْ أَرَادَ بِالأَقْسَامِ الأَجْزَاءَ جَعَلَهَا أَقْسَامًا لِلْكَلَامِ؛ لِأَنَّهُ يَتَرَكَّبُ مِنْهَا وَيَتَأَلَّفُ
Maka siapa yang menginginkan pembagian dari sisi jus-jusnya /bagian-bagiannya, ia boleh menjadikannya sebagai pembagian kalimat, karena kalimat itu tersusun dari fiil ,isim dan huruf.
وَمَنْ أَرَادَ بِالأَقْسَامِ الأَنْوَاعَ جَعَلَهَا أقْسَامًا لِلْكَلِمَةِ ؛ فَالكَلِمَةُ جِنْسٌ يَشْمَلُ الإِسْمَ وَالفِعْلَ وَالحَرْفَ
Dan barangsiapa yang menghendaki bagian dari sisi macam-macamnya , ia menjadikannya macam-macam kata.
Maka kata itu adalah nama jenis yang meliputi isim , fiil, dan huruf.
يُنْظَرُ مُجِيْبُ النِّدَا ص (٣١) وَحَاشِيَةُ أَبِيْ النَّجَا عَلَى شَرْحِ
الأَزْهَرِي لِلآجُرُّوْمِيَّةِ ص (٢٥)
وَ مَجْمُوْعُ الفَتَوَى(١٠٨/١٢)
Silakan melihat di kitab Mujib an-Nida hlm 31, dan juga kitab Hasyiyah Abi an-Naja 'ala Syarh al-Azhariy li al-Ajurrumiyyah hlm 25, dan Majmu' al-Fatawa (Jilid 12/hal. 108)
📌 ٢ِ- اِحْتَرَزَ المُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ : (حَرْفٌ جَاء َلِمَعْنًى) عَنْ حُرُوْفِ التَّهَجِّيْ ، فَلَيْسَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهَا كَلِمَةً ، لِعَدَمِ دَلَالَتِهِ عَلَى مَعْنًى
2. AlMushonnif mengecualikan dengan perkataannya :
Huruf yang memiliki arti dari huruf-huruf hijaiyyah.
[Jadi tidak semua huruf hijaiyyah itu yang dimaksud huruf disini, tetapi huruf yang memiliki makna.]
Maka tidak semua yang ada pada huruf hijaiyyah itu disebut sebagai kata karena tidak menunjukkan atas sebuah makna.
____________________________________________________
Thayyib, kesimpulan dari pelajaran kita pada kesempatan kali ini adalah :
- penyusun kalimat ada tiga yaitu : Isim, Fi'il dan Huruf.
Definisi Fi'il adalah :
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا وَاقْتَرَنَتْ بِزَمَنٍ.
*Kata yang menunjuki atas makna yang ada pada dirinya dan berkaitan dengan waktu*.
Ini sisi perbedaan fi'il dibanding isim. Kalau Isim وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ *tidak berkaitan dengan waktu*.
Adapun huruf berbeda dengan fi'il dan isim yang maknanya terkandung pada dirinya, kalau huruf كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي غَيْرِهَا *kata yang menunjuki makna yang ada pada selainnya*.
Artinya kalau Fi'il dan isim susunan huruf-hurufnya itu mengandung makna langsung yang bisa kita pahami.
Adapun huruf itu tidak bisa kita pahami kecuali setelah digabung atau setelah diiringi oleh fiil ataupun isim.
Thayyib barangkali cukup untuk pelajaran kali ini semoga bermanfaat.
____________________SELESAI______________________
✒ Tim Transkrip BINAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar