📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 7
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 14 :: Al Mu'robat Bag 1
⌛ Durasi audio :: 15.25 menit
-----------------------------------------------------------------
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله, و على اله وصحبه ومن والاه، أما بعد.
Alhamdulillah kita melanjutkan kembali pelajaran kita dari Kitab Al Mumti’ Fii Syarhil Ajurrumiyyah, dan Alhamdulillah kita sudah ke bab al-mu'robaatu (المُعْرَبَاتُ), bab tentang yang dii'rob.
قَلَ المُصَنِّفُ ( رحم الله تعالى) :
Berkata Pengarang, semoga Allah merahmatinya
فَصْلٌ : المُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ : قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالحَرَكَاتِ، وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بِالحُرُوفِ
Fasal, sebuah pembahasan.
المُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ
Kata yang mu'rab itu ada 2 kelompok.
1⃣ Kelompok yang pertama, mu'rab dengan harakat dan
2⃣ Kelompok yang kedua, mu'rab dengan huruf.
Jadi bab المُعْرَبَاتُ ini merupakan intisari dari
bab ( معرفة علامات الإعراب )
Jadi ini merupakan intisari dari bab mengenal tanda-tanda i'rab, dimana kalo di bab mengenal tanda-tanda irab, kita membahas tentang tanda asli dan tanda far'i dari setiap i'rab, dari mulai rofa', nashab, jar dan jazm.
Adapun fokus pembahasan dari bab al-mu'robat ini, untuk menjelaskan bahwasannya diantara kata yang mu'rab itu, ada yang mu'rabnya dengan harakat, ada yang mu'rabnya dengan huruf.
Artinya ada yang berubah-ubah harakatnya, hurufnya tidak, adapula yang berubah hurufnya, tapi harakatnya tidak berubah.
Jadi ini adalah inti pembahasan dari bab al-mu'robat
فَالَّذِ يُعْرَبُ بِالحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ
Maka yang mu'rabnya dengan harakat itu ada 4 macam,
: الاسْمُ المُفْرَدُ، وَجَمْعُ التَّكْسِيْرِ، وَجَمْعُ المُؤَنَّثِ السَّالِمُ، وَالفِعْلُ المُضَارِعُ الَّذِي لَمْ يَتَّسِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ
📒 4 kata yang mu'rabnya dengan harakat, adalah
🔹1. Yang pertama isim mufrad, kemudian
🔹2. Jamak taksir,
🔹3. yang ketiga Jamak muannats salim
🔹4. Dan yang keempat adalah Fiil mudhari' yang tidak bersambung dengan akhiran sesuatu.
Sebagai contoh.
1.🔹Isim mufrod ini yang berubah-ubah adalah harakat nya.
Seperti:
جَاءَ زَيْدٌ.
رَأَيْتُ زَيْدًا.
مَرَرْتُ بِزَيْدٍ.
Lihat harakatnya jelas berubah. Zaidun, Zaidan, Zaidin.
2.🔹Begitu pula jamak taksir. Misalnya
جَاءَ الرِّجَالُ
رَأَيْتُ الرِّجَالَ
مَرَرْتُ بِالرِّجَالِ
Lihat harakatnya berubah-ubah. Dhommah, fathah, kasrah.
3.🔹Yang ketiga jamak muannats salim, contohnya
جَاءَتِ المُسْلِمَاتُ
رَأَيْتُ المُسْلِمَاتِ
مَرَرْتُ بالمُسْلِمَاتِ
Lihat harakatnya berubah-ubah, dhommah dan kasrah. Dan memang jamak muannats salim ini termasuk yang unik, karena jamak muannats salim ini anti-fathah.
Dia hanya ada dua pilihan dhommah atau kasrah. Ketika rofa' dia dhommah, ketika jar jelas dia kasrah, tapi ketika nashab bukannya fathah tapi dia malah kasrah juga.
4.🔹Kemudian yang ke empat adalah Fi'il mudhari' yang tidak bersambung dengan akhiran sesuatu. Contohnya, yang lazim aja, misalnya
يَذْهَبُ زَيْدٌ
لَنْ يَذْهَبَ زَيْدٌ
لَمْ يَذْهَبْ زَيْدٌ
Lihat disini fi'il mudhori' يَذْهَبُ berubah-ubah,
- ada yang dhommah يَذْهَبُ, kemudian
- ada yang fathah لَنْ يَذْهَبَ karena didahului oleh huruf nashab.
Kemudian,
- ada yang sukun seperti لَمْ يَذْهَبْ karena didahului oleh huruf jazm.
Ini menujukkan bahwa keempat kelompok ini, isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim, dan fi'il mudhori' yang tidak bersambung dengan akhiran sesuatu, ini mu'rabnya dengan harakat, artinya yang berubah adalah harakatnya.
____________
Kemudian Mushonnif meneruskan
وَكُلُّهَا تُرْفَعُ بِا الضَّمَّةِ وَ تُنْصَبُ بِالفَتْحَةِ وَ تُخْفَضُ بِالكَسْرَةِ وَ تُجْزَمُ بِالسُّكُوْنِ،
Dan semuanya itu
- dirofa'kan dengan dhommah,
- di nashabkan dengan fathah,
- dijarkan dengan kasrah,
- dijazmkan dengan sukun.
Tentu yang disebutkan ini semuanya adalah tanda asli dari rofa, nashab, jar, dan jazm.
وَ خَرَجَ عَنْ ذَلِكَ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ :
Dan keluar dari kondisi yang asli demikian, tiga sesuatu.
Artinya
- yang rofa'nya bukan dengan dhommah,
- yang nashabnya bukan dengan fathah,
- yang jarnya bukan dengan kasrah,
👉 ada tiga.
📓 جَمْعُ المُؤَنَّثِ السَّالِمُ يُنْصَبُ بِا الكَسْرَةِ،
🔸1. jamak muannats salim ini dinashabkan dengan kasrah, harusnya kan kalau kita bicara nashab tandanya fathah, tapi jamak muannats salim ini keluar dari kondisi asli, dimana dia ketika nashab tandanya malah kasrah.
📓 وَالْاِسْمُ الَّذِي لَايَنْصَرِفُ يُخْفَضُ بِالفَتْحَةِ
🔸2. Yang kedua, kata yang menyimpang dari keadaan awal, adalah isim ghairu munsharif itu di-jarkan dengan fathah, jadi bukannya dengan kasrah, isim ghairu munsharif dijarkan dengan fathah.
📓 وَالفِعْلُ المُضَارِعُ المُعْتَلُّ الٓاخِرِ يُجْزَمُ بِحَذْفِ آخِرِهِ
🔸3. Dan fi'il mudhori' yang mu'tal akhirnya dijazmkan dengan membuang akhirnya. Yakni dengan membuang huruf illat nya.
☘ Kita ambil contoh jamak muannats salim itu ketika nashab bukannya ➡ رَأَيْتُ المُسْلِمَاتَ ❌
Tapi ➡ رَأَيْتُ المُسْلِمَاتِ ✔
☘ Begitupun isim ghairu munsharif ketika jar bukannya kasrah malah fathah.
Seperti ➡ مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ ✔
Bukan ➡ مَرَرْتُ بِأَحْمَدِ ❌
☘ Dan fi'il mudhori' yang mu'tal akhirnya, ketika jazm itu bukannya dengan sukun, tapi dengan membuang huruf illatnya.
Contohnya misalkan :
Asalnya ➡ يَدْعُو , ketika ada لَمْ
Menjadi ➡ لَمْ يَدْعُ
æ ➡ يَرْمِيْ ada ي nya, ketika ada لَمْ dibuang ي nya
æ ➡ لَمْ يَرْمِ .
Kemudian,
ã➡ يَخْشَى ada alif maqshurohnya, ketika ada لَمْ menjadi :
ã ➡ لَمْ يَخْشَ .
Jadi dibuang huruf ilat yang terakhir.
_________________
📓 الشَّرْحُ: هَذَا الفَصْلُ لَخَّصَ فِيْهِ المُصَنِّفُ جَمِيْعَ مَا تَقَدَّمَ فِي بَابِ عَلَامَاتِ الإِعْرَابِ.
Penjelasan.
Seperti yang ana jelaskan tadi, bahwasanya bab fashal tanda mu'rabati ini meringkas, Mushonnif ini meringkas seluruh pembahasan yang telah terdahulu didalam bab mengenal tanda-tanda i'rab.
فَقَالَ : الْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ
📝 Maka Mushonnif berkata, mu'rab itu ada dua kelompok.
📓 قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ,
Yang pertama mu'rab nya dengan harakat,
👈 : الضَّمَّةِ ، وَالْفَتْحَةِ ، والْكَسْرَةِ ، وَالسُّكُنِ
Harakat dhommah, fathah, kasrah, dan sukun
📓 وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحُرُوْفِ
Dan satu kelompoknya lagi mu'rab nya dengan huruf
👈 : الْوَاوِ ، وَالْاَلِفِ ، وَالْيَاءِ ، وَالنُّوْنِ.
Baik hurufnya wawu, alif, ya, dan nun
📓 وَبَدَأَ الْمُصَنِّفُ بِذِكْرِ الْمُعْرَبَاتِ بِالْحَرَكَاتِ ؛ لِأَنَّهَا الأَصْلُ.
Dan Mushonnif yaitu pengarang memulai dengan menyebutkan yang mu'rab nya dengan harakat. Karena mu'rab dengan harakat merupakan asal.
📝 Jadi memang hukum asalnya kata itu berubah harakatnya.
Adapun hukum turunannya atau hukum cabangnya baru nanti berubah hurufnya. Seperti itu
📊 Disini kita bisa lihat ada tabel yang meringkas, disitu ada tabel yang meringkas bahwasannya yang mu'rab dengan harakat itu ada empat, yaitu :
1⃣. isim mufrad, kemudian
2⃣. jamak taksir,
3⃣. jamak muannats salim, dan
4⃣. fi'il mudhori'.
Kemudian disitu ada detail lagi,
1⃣. isim mufrad itu ada yang munsharif ada yang ghairu munsharif. Yang munsharif seperti Zaidun, kemudian yang ghairu munsharif seperti Ahmadu.
☘ Kemudian ketika rofa' isim mufrad yang munsharif
📌 tandanya dhommah, جَاءَ زَيْدٌ.
Begitu pula ghairu munsharif sama
æ📌 جَاءَ أَحْمَدُ
☘ Kemudian ketika nashab isim mufrad yang munsharif ( yang bertanwin ) tandanya
📌 fathah, رَأَيْتُ زَيْدًا.
Begitu pula yang ghairu munsharif, sama
📌 fathah juga, رَأَيْتُ أَحْمَدَ
☘ Perbedaannya terlihat ketika jar, kalo isim mufrad yang munsharif ketika majrur
📌dia kasrah مَرَرْتُ بِزَيْدٍ.
Kalau ghairu munsharif ketika jar
📌dia malah fathah مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ
Thoyyib. Ini isim mufrad
2⃣. Yang kedua jamak taksir. Jamak taksirpun bisa kita bagi lagi menjadi dua. Ada jamak taksir yang munsharif, ada jamak taksir yang ghairu munsharif.
🌿 Yang munsharif seperti رِجَال , ketika rofa' dia dhommah'.
📌 Contohnya جَاءَ الرِّجَالُ , Ini dhommah
Kemudian yang ghairu munsharif, misalkan مَسْجِد jamaknya adalah مَسَاجِدُ ini gak boleh tanwin, karena مَسَاجِدُ wazannya sighot munthahal jumu'.
Misalkan kita mengatakan ,
📌 "ini adalah masjid-masjid" هَذِهِ مَسَاجِدُ ✔
Nggak boleh هَذِهِ مَسَاجِدٌ ❌
Thoyyib, jadi ketika rofa' dia dhommah,
🌿 Kemudian ketika nashab,
📌dia fathah رَأَيْتُ الرِّجَالَ
Ini untuk yang munsharif, fathah.
Begitupun yang ghairu munsharif ketika nashab fathah juga.
📌Misalkan رَأَيْتُ مَسَاجِدَ
Bedanya dia tidak boleh tanwin,
✔ kalau tanpa al, رَأَيْتُ مَسَاجِدَ ,
✔ Atau رَأَيْتُ المَسَاجِدَ .
Keduanya boleh.
🌿 Bedanya terlihat ketika jar, kalau yang munsharif ketika jar tetap kasrah, kembali ke hukum asalnya
📌 seperti مَرَرْتُ بِالرِّجَالِ
Tapi kalau ghairu munsharif ketika majrur dia bukannya kasrah malah fathah, karena semua yang ghairu munsharif baik dia mufrad maupun jamak taksir, ketika majrur dia fathah.
📌 Misalnya أَنْظُرُ إلى مَسَاجِدَ
"Saya melihat kepada masjid-masjid"
Maka مَسَاجِدَ ini tidak dibaca "masaajidi". Karena ghairu munsharif ketika jar fathah. Thoyyib
3⃣. Kemudian yang ketiga yang mu'rab dengan harakat sesuai dengan tabel ini, jamak muannats salim.
🍃 Jamak muannats salim ini ketika rofa' dhommah,
📌contohnya جَاءَتِ المُسْلِمَاتُ
🍃 Ketika nashab dia kasrah, dan ini memang *penyimpangan*. Jadi kita lagi bahas nashab bukannya fathah
📌 dia malah kasrah رَأَيْتُ المُسْلِمَاتِ
🍃 Dan ketika jar dia tetap kasrah, kembali ke hukum asalnya
æ📌 مَرَرْتُ بِالمُسْلِمَاتِ
4⃣. Kemudian yang keempat yang mu'rab dengan harakat adalah fi'il mudhori'. Tentunya fi'il mudhori' yang tidak bersambung dengan akhiran sesuatu.
Fi'il mudhori' ini ada 2,
✒1. ada fi'il mudhori' yang shohih, maksud shohih disini bukannya shohih dari sisi huruf penyusunnya, tapi shohih akhir.
✒1. ada yang shohih akhir
✒2. ada yang mu'tal akhir.
☘ Fi'il mudhori'yang shohih akhirnya, ketika dia rofa' tandanya dhommah.
Yang shohih contohnya يَذْهَبُ , huruf terakhirnya adalah ب dan ini adalah shohih, bukan mu'tal.
💧 يَذْهَبُ زَيْدٌ .
Begitupun yang mu'tal ketika rofa' dia dhommah,
📌 misalkan يَدْعُو زَيْدٌ
☘ Kemudian ketika nashab dia fathah, misalnya kemasukkan huruf لَنْ
لَنْ يَذْهَبَ زَيْدٌ
Kemudian untuk fi'il yang mu'tal akhirnya, ketika dia nashab dia juga fathah.
📌 Misalnya لَنْ يَدْعُوَ زَيْدٌ
Hanya saja untuk fi'il yang mu'tal akhirnya ini ada penjabarannya. Fi'il mu'tal akhir itu ada yang akhirnya alif, wawu, dan ya.
🔹📝 Kalo yang akhirnya alif, ini apapun yang terjadi, dibacanya yah seperti itu.
📌Misalnya يَخْشَى bacanya➡ لَنْ يَخْشَى
🔹Adapun kalo yang diakhiri و,
📌asalnya يَدْعُو , ketika ada لَنْ
📌jadi fathah لَنْ يَدْعُوَ
🔹Begitupun yang diakhiri ي,
æ📌 يَرْمِيْ , Ketika ada لَنْ dia dibacanya
æ📌 لَنْ يَرْمِيَ
Tapi kalo لَنْ يَخْشَى selamanya "yakhsya" sekalipun dia didahului oleh huruf nashab tetep bacanya "yakhsya". Karena yang namanya alif, tidak mungkin kita kasih harakat, kalo alif dikasih harakat bukan alif, namanya hamzah.
☘Kemudian ketika jazm fi'il mudhori' yang shohih itu sukun tandanya. Seperti
æ📌 يَذْهَبُ زَيْدٌ , ketika ada لَمْ (huruf jazm) menjadi
æ📌 لَمْ يَذْهَبْ زَيْدٌ
Adapun fi'il mudhori' yang mu'tal akhirnya ketika ada لَمْ dibuang huruf illatnya.
æ📌 يَدْعُو menjadi➡ لَمْ يَدْعُ
æ📌 يَرْمِي menjadi➡ لَمْ يَرْمِ
æ📌 يَخْشَى menjadi➡ لَمْ يَخْشَ
Thoyyib, barangkali kita cukupkan sampai disini semoga bermanfaat.
-----------------------------
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar