•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 16
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 35.b :: Bab An Nawaasikh
°°Tambahan Faidah Kaana°°
⌛ Durasi audio : 14.49 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله و صحبه ومن والاه, أما بعد.
Audio ini kita didedikasikan untuk fawaid wa tanbihat dari bab An-Nawaasikh yang dulu belum sempat dibaca.
🍂 *Faidah 1*
١- قَالَ ابْنُ عُثَيْمِنُِ رَحِمَهُ اللَّهِ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى: (وَكَانَ اللَّهِ سَمِيْعًابَصِيْرًا) وَمَاأَشْبَهَهَا: هَذِهِ لَيْسَ المَعْنَى أَنَّهُ كَانَ فِيْمَا مَضٍى،بَلْ لَا يَزَالُ. تَفْسِيْرُ القُرْآنُ لِابْنِ عُثَيْمِيْنِ (١/ ١٢٦)
(1). Telah berkata Syaikhul Ibnu Utsaymin rohimalloohu 'anhu, dalam firman Allah سبحان الله تعالى :
(وَكَانَ اللهُ سَمِيْعًابَصِيْرًا)
"dan adalah Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat"
dan ayat-ayat yang serupa dengannya, ayat ini bukan berarti bahwasanya Allah itu Maha Mendengar dan Melihat di masa yang lalu.
بَلْ لَا يَزَالُ
Bahkan Allah senantiasa Maha Mendengar dan Melihat.
Lihat Tafsirul Qur'an oleh Ibnu Sholih Utsaimim(1/126).
🍂 *Faidah 2*
٢- اسْمٌٰ كَانَ وَأَخَوَاتِهَا لَهُ صُوْرٌ مُختَلِفَةٌ مِنْهَا أَنَّهُ يَكُوْنُاسْمًا ظَاهِرًا
مِثْلٌ: كَانَ عَلِىٌّ قَائِمًا،
وَيَكُوْنُ ضَمِيْرًا مُتَّصِلًا مِثْلٌ:كُنْتُ قَائِمًا ,وَيَكُوْنُ ضَمِيْرًا مُسْتَتِرًا مِثْلٌ: مُحَمَّدُ كَانَ قَائِمًا،و َيَكُوْنُ ضَمِيْرًا مُنفَصِلًا مِثْلٌ: مَا كَانَ قَائِمًا إِلَّا أَنْتَ
(2). Isim كَانَ dan saudara2nya memiliki gambaran bentuk-bentuk yang berbeda-beda,
مِنْهَا أَنَّهُ يَكُوْنُاسْمًا ظَاهِرًا
Diantaranya isim Kaana ada yang dzohir
seperti:
كَانَ عَلِىٌّ قَائِمًا
('Ali itu berdiri),
Disini isim kaana dan khobarnya dzohir.
وَيَكُوْنُ ضَمِيْرًا مُتَّصِلًا مِثْلٌ:كُنْتُ قَائِمًا
Dan ada juga yang merupakan dlomir muttashil contoh:
كُنْتُ قَائِمًا
(aku yang berdiri)
Disini isim kaana tidak dzohir tapi dhomir.
Karena dalam contoh
كُنْتُ قَائِمًا
Isim kaana adalah dhomir ta'-nya maka ini contoh isim kaana yang merupakan dhomir muttashil.
وَيَكُوْنُ ضَمِيْرًا مُسْتَتِرًا مِثْلٌ: مُحَمَّدُ كَانَ قَائِمًا،
dan ada juga yang dhomir mustatir tersembunyi seperti:
مُحَمَّدُ كَانَ قَائِمًا
Karena kalau kalimatnya seperti ini maka irobnya
🔹مُحَمَّدُ Mubtada
🔹كَانَ fiil madhi Naqish merofa'kan isim dan merofa'kan khobar
Mana isimnya? Isimnya dhomir mustatir kembali kepada Muhammad.
Makanya disebutkan ia contoh yang isim kaana nya dhomir mustatir.
و َيَكُوْنُ ضَمِيْرًا مُنفَصِلًا مِثْلٌ: مَا كَانَ قَائِمًا إِلَّا أَنْتَ
dan ada juga isim kaana yang merupakan dhomir munfashil (bersambung) seperti:
مَاكَانَ قَائِمًا إّلَّا أَنْتَ
(tidak ada yang berdiri kecuali engkau).
Disini yang menjadi isimnya Kaana Anta
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah 3*
٣- خَبَرُ كَانَ و أَخْوَاتِهَا مِثْلُ : خَبَرُ المُبْتَدَأ مِنْ حَيْثُ اتَنْوَعِ وَ الاَنْقَسَمِ،
فَقَدْ يَكُوْنُ مُفْرَدًا مِثْلُ : كَانَ مُحَمَّدٌ مُذَكَّرًا. وَقَدْ يَكُوْنُ جُمْلَةٌ فِعْلِيَّةٌ نَحْوُ: كَانَ مُحَمَّدٌ يُذَاكَرُ الدَّرْسَ
أَوْ جُمْلَةٌ اسْمِيَّةٌ نَحْوُ: كَانَ مُحَمَّدٌ مُذَاكَرَاتُهُ جَيِّدَةٌ .
وَ قَدْ يَكُونُ شِبْهُ جُمْلَةٍ مِنَ الجَارِ وَ المجرُوْرِ مِثْلُ: كَانَ مُحَمَّدٌ فِي البَيْتِ،
أَوْ مِنَ الظَرْفِ مِثْلُ: كَانَ مُحَمَّدٌ فَوْقَ البَيْتِ
(3) Khobar Kaana dan saudari2nya itu seperti khobar mubtada dari sisi tanawu' وَ الاَِنْقَسَمِ dari sisi macam-macam dan jenisnya.
فَقَدْ يَكُوْنُ مُفْرَدًا
Ada khobar Kaana yang mufrod sebagaimana Mubtada-Khobar khobarnya ada yang mufrod, ada yang jumlah Fi'liyyah, ada yang jumlah ismiyyah, ada yang dzorof dsb.
Contoh khobar Kaana yang Mufrod :
كَانَ مُحَمَّدٌ مُذَكَّرًا.
"Muhammad itu mengulang-ngulang pelajarannya"
وَقَدْ يَكُوْنُ جُمْلَةٌ فِعْلِيَّةٌ
Terkadang khobar kaana berupa jumlah fi'liyyah , contoh :
كَانَ مُحَمَّدٌ يُذَاكَرُ الدَّرْسَ
— Kaana fiil madhi naqish
— Isimnya adalah Muhammad
— Khobarnya kaana dalam bentuk khobar jumlah , khobar ghairu mufrod.
— yaitu keseluruhan makna dari يُذَاكَرُ الدَّرْسَ
أَوْ جُمْلَةٌ اسْمِيَّةٌ نَحْوُ: كَانَ مُحَمَّدٌ مُذَاكَرَاتُهُ جَيِّدَةً .
Atau khobar kaana dalam bentuk jumlah ismiyyah.
Contoh :
كَانَ مُحَمَّدٌ مُذَاكَرَاتُهُ جَيِّدَةٌ .
"Muhammad itu cara dia mengulang-ngulang pelajaran itu baik"
— Dalam contoh ini isim kaana adalah Muhammad
— Khobarnya keseluruhan makna
مُذَاكَرَاتُهُ جَيِّدَةٌ .
Jadi kalau kita irob secara detail :
— kaana fiil madhi naqish
— Muhammadun isim kaana
مُذَاكَرَاتُهُ جَيِّدَةٌ
— مُذَاكَرَا : mubtada
— ـه : mudhof ilaih
— جَيِّدَةٌ : مُذَاكَرَاتُه ُkhobar bagi mubtada
— Keseluruhan dari مُذَاكَرَاتُهُ جَيِّدَةٌ ini menjadi khobarnya kaana.
وَ قَدْ يَكُونُ شِبْهُ جُمْلَةٍ مِنَ الجَارِ وَ المجرُوْرِ مِثْلُ: كَانَ مُحَمَّدٌ فِي البَيْتِ،
Terkadang khobar kaana ini dari bentuk syibhu jumlah dari bentuk jar wa majrur.
Contohnya :
كَانَ مُحَمَّدٌ فِي البَيْتِ،
— Muhammad isimnya Kaana
— Khobarnya فِي البَيْتِ
أَوْ مِنَ الظَرْفِ مِثْلُ: كَانَ مُحَمَّدٌ فَوْقَ البَيْتِ
Atau syibhu jumlah dari dzorof.
Contoh :
كَانَ مُحَمَّدٌ فَوْقَ البَيْتِ
"Muhammad di atas rumah"
— Muhammad isimnya Kaana
— Khobarnya keseluruhan dari فَوْقَ البَيْتِ
وَاعْلَمْ أنَّ: خَبَرُ كَانَ إذَا كَانَ مُفْرَدًا يَكُوْنُ مَنْصُوْبًا
※ Ketahuilah bahwa khobar kaana apabila dia Mufrod maka dia dinashobkan, langsung.
Misal :
كَانَ زيدٌ قائمًا
Jelas. Manshub dengan fathah.
وَ إذَا كَانَ جُمْلَةً أَوْ شِبْهَ الجُمْلةً يَكُوْنُ فِيْ مَحَلِّ نَصْبٍ
※ Apabila khobar kaana dalam bentuk jumlah atau syibhu jumlah tentu kalau kita bilang :
كان زيد في الدار
Kita tidak bisa bilang في الدار , hanya bisa mengatakan في الدار fii mahalli nashbin khobaaru kaana.
Ini maksud dari perkataan Al-Mushonnif.
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah ke-4*
٤- كَانَ وَأَخَوَاتُهَا تُسَمَّى الْأَفْعَالُ النَّاقِصَةُ،
(4) Kaana dan saudara-saudaranya dinamakan fiil Naqish, kenapa? Karena
لِعَدَمِ اكْتِفَائِهَا بِمَرْفُوْعِهَا عَنْ مَنْصُوْبِهَا؛
Karena ketiadaan ketercukupan Kaana dengan rofa'nya saja.
Bahkan kaana butuh kepada nashobnya. Jadi,
لِعَدَمِ اكْتِفَائِهَا بِمَرْفُوْعِهَا عَنْ مَنْصُوْبِهَا؛
Karena ketiadaan ketercukupan dari Kaana dengan marfu' saja, bahkan dia butuh kepada manshubnya.
لأَنَّكَ إِذَا قُلْتَ : كَانَ زَيْدٌ
Karena kalau kamu mengatakan
كَانَ زَيْدٌ
وَ لَمْ تَقُلْ : قَائِمًا،
Dan kamu tidak melanjutkannya dengan قَائِمًا jadi kita bilang كَانَ زَيْدٌ
مَثَلاً؛ كَانَ الْكَلَامُ نَاقِصًا
Tentu perkataan ini menjadi kurang. Tidak bisa dipahami.
Karena kalau kita mengatakan
كَانَ زَيْدٌ
Ini tidak bisa dipahami oleh yang mendengarkan. Harus ada manshubnya, harus ada khobarnya.
Kalau kita bilang
كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا
Barulah paham.
لأَنَّكَ إِذَا قُلْتَ : كَانَ زَيْدٌ وَ لَمْ تَقُلْ : قَائِمًا، مَثَلاً؛ كَانَ الْكَلَامُ نَاقِصًا كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا لَمْ تَحْصُلْ بِهِ فَائِدَةً لِلْمُسْتَمِعِ .
Karena kalau kamu mengatakan Kaana Zaidun saja dan kamu tidak menambahkan قَائِمًا sebagai contoh. Maka kalimat ini kurang , tidak menghasilkan faidah bagi orang yang mendengarkan.
Pasti orangnya nanya, kalau kita hanya mengatakan misalkan :
كَانَ زَيْدٌ
Pasti mereka tanya, lanjutannya apa? Pasti harus ada terusannya , misalkan :
كَانَ زَيْدٌ مجتهد
كَانَ زَيْدٌ عالما dsb
يَنْظُرُ : الكَوَاكِبَ (١/١٩٥)
Silakan dilihat di kitab Al-Kawaakib jilid 1 halaman 195.
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah ke-5*
٥- يَجُوْزُ فِيْ (كَانَ، وَ أَمْسَى، وَ أَصْبَحَ، وَ أَضْحَى، وَ ظَلَّ) أَنْ تُسْتَعْمَلَ بِمَعْنَى صَارَ،
(5) Kita diperbolehkan menggunakan
كَانَ، وَ أَمْسَى، وَ أَصْبَحَ، وَ أَضْحَى، وَ ظَلَّ
dipergunakan dengan makna صَارَ "menjadi".
Hukum asalnya أَمْسَى maknanya "di waktu sore", أَصْبَحَ "di waktu subuh", أَضْحَى "di waktu dhuha" , tapi kita boleh menggunakan kalimat ini,
كَانَ، وَ أَمْسَى، وَ أَصْبَحَ، وَ أَضْحَى، وَ ظَلَّ
dengan makna صَارَ semua bermakna "menjadi".
نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى : (وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ)
"Mereka menjadi orang-orang kafir"
(فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا)،
Artinya bukan ,
❌"Di waktu subuh kalian dengan nikmatnya menjadi saudara" bukan. ❌
Ayat ini
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Maksudnya : "Maka kalian dengan sebab nikmat dari Allah سبحانه وتعالى menjadi إِخْوَانًا saling bersaudara"
(ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًا)
Dzolla disini bukan berarti ❌"di waktu siang wajahnya menjadi menghitam"❌ tidak!.
Tapi maksudnya :
(ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًا
"Wajahnya menjadi menghitam"
Ini maksud perkataan beliau dari
كَانَ، وَ أَمْسَى، وَ أَصْبَحَ، وَ أَضْحَى، وَ ظَلَّ
bisa digunakan dengan makna "صَارَ" (menjadi).
يَنْظُرُ : شَرْحَ الْمُفَصَّلِ، (٦ /١٠٦) وَ قَطْرَ النَّدَى ص (١٨٦) وَ حَشِيَةَ أَبِيْ النَّجَا صِ (٨٥)
Silakan dilihat di kitab syarah al-Mufashol jilid 6 halaman 106 dan di Qatrun Nada halaman 176, dan Hasyah Abi Najaa halaman 80.
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah ke-6*
٦- وَرَدَتْ (بَاتَ) فِيْ مَوْضُعٍ وَاحِدٍ مِنَ الْقُرْآنِ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى (وَالَّذِيْنَ يَبِتُوْنَ لِرَبِّهَمْ سُجَّدًا وَ قِيَامًا)
(6) Baata terdapat dalam satu tempat di Alquran yaitu pada firman Allah سبحانه وتعالى
(وَالَّذِيْنَ يَبِتُوْنَ لِرَبِّهَمْ سُجَّدًا وَ قِيَامًا)
"Dan orang-orang yang bermalam menghiasi malam-malamnya mereka sujud dan mendirikan qiyaamul lail kepada Tuhan mereka".
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah ke-7*
٧- لَمْ يَرِدْ (أَمْسَى) فِعْلاً نَاسِخًا فِي القَرْآنِ الكَرِيْمِ، وَ أَمَّا (أَضْحَى) فَلَمْ يُرَدْ البَتَةُ. مَعَانِي النَحْوَ للسَمِراَئِي.(٢١٨/١)
(7) Tidak terdapat (أَمْسَى) dalam bentuk fi'il yg nasikh di dalam alQur'an.
Jadi Beliau hanya ingin menegaskan kalau كان di Alquran banyak, kalau _Baata_ ada satu, tapi kalau _Amsaa_ tidak ada dalam Alquran contohnya.
_Amsaa_ yang maknanya fiil naasikh tidak ada terdapat dalam Alquran.
وَ أَمَّا (أَضْحَى) فَلَمْ يَرِدْ البَتَةُ. مَعَانِي النَحْوَ للسَمَارَئِي.(٢١٨/١)
Adapun adh-haa maka tidak ada sama sekali.
_Ini bisa dilihat dalam Ma'aniy Nahwi lissaamiroiy, jilid 1 halaman 218_.
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah ke-8*
٨- إِنَّمَا اشْتُرِطَ دُخُوْلُ النَّفْيِ عَلَى زَالَ وَأخَوَاتِهَا،لأَنَّهَا بِمَعْنَى النَّفْيِ ،
فَإِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا النَّفْيُ اِنْقَلَبَ إِثْبَاتًا فَأَفَدَتْ الاسْتِمْرَرَ. يَنْظُرُ حَاشِيَةَ أَبِي نِجَاصِ (٨٥)
(8) Harus disyaratkan masuknya nafiy atas زَالَ dan saudaranya karena زَالَ sendiri bermakna nafiy.
فَإِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا النَّفْيُ
maka jika kita tambahkan nafiy lagi ia berubah bermakna itsbaatan.
— itsbat lawan dari nafiy
— Nafiy itu peniadaan
— Itsbat itu penetapan
فَأَفَدَتْ الاسْتِمْرَرَ
maka dengan adanya nafiy ini زَالَ ditambahkan Maa atau laa di depannya menjadi مازال bermakna istimror (senantiasa/dia terus berlangsung).
Jadi kita tahu bahwasanya di antara saudara-saudaranya Kaana disitu ada ,
مازال ، ماانفكَّ ، مافتئ, مابرح ، و مادام
Ini wajib didahului nafiy atau syibhu nafiy.
Dan keseluruhannya bermakna "senantiasa".
_Ini bisa dilihat di Hasyah Abi Najaa halaman 85._
🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
🍂 *Faidah ke-9*
٩- وَ سُمِيَتْ (مَا) الدَخِلَةَ عَلَى (دَامَ) مَصْدَرِيَّةً؛ لأَنَّهَا تُقَدَّرُ مَعَ الفِعْلِ الَّذِيْ بَعْدَهَا بِالمَصْدَرِ، وَهُوَ الدَوَامُ، وَظُرُفِيَةً؛ لِنِيَابَتِهَا عَنِ الظُرُفِ وَهُوَ المَدَّةُ.
(9) Dan dinamakan ما yang masuk atas دام adalah ما masdariyah.
Jadi diantara yang bentuknya seperti
مازال ، ماانفكَّ ، مافتئ, مابرح
Maa-nya disebut sebagai maa nafiy.
Tapi kalau مادام maa-nya adalah maa mashdariyyah.
لأَنَّهَا تُقَدَّرُ مَعَ الفِعْلِ الَّذِيْ بَعْدَهَا بِالمَصْدَرِ،
Karena maa dalam kalimat مادام menaqdirkan fiil yang ada setelahnya menjadi seperti mashdar.
وَهُوَ الدَّوَامُ،
Dan maksudnya adalah "senantiasa/terus-menerus".
وَظَرْفِيّةً؛
Disebut juga maa-nya maa dzorfiyah, kenapa?
لِنِيَابَتِهَا عَنِ الظُرُفِ
Karena dia seperti menggantikan dzorof.
وَهُوَ المَدَّةُ.
Yaitu masa waktu/tenggang waktu.
Thayyib, barangkali cukup sampai disini semoga bermanfaat .
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
✍🏻 *Mari bersama mengambil peran. Kami menerima dengan senang hati koreksi-koreksi dari transkrip yang telah beredar Jazaakumullaahu khayran*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar