📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 8
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 17 :: Al Mu'rabat Bilharakat – Jamak Muannats Salim
⌛ Durasi audio :: 14.41 menit
-----------------------------------------------------------------------------------
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله, و على اله وصحبه ومن والاه، أما بعد.
Alhamdulillah kita masih membahas Kitab Al Mumti’ Fii Syarhil Ajurrumiyyah, dan kita masih di pembahasan المُعْرَبَاتُ.
Pada pelajaran sebelumnya kita sudah membahas bahwasanya
🌾Almu’rabat itu ada 4, yakni:
1. Isim mufrad
2. Jamak taksir
Dan dua ini telah kita bahas pada pembahasan sebelumnya.
3. Jamak muannats salim
4. Fiil mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhiran sesuatu.
Thayyib.
Sekarang kita lanjutkan pelajaran kita, ke Almu’rabat Bilharakat yang ketiga, yaitu *Jamak Muannats Salim*.
Kita baca buku halaman 41.
🍁ثَالِثًا: جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمُ:
Yang ketiga, yakni yang mu’rabnya dengan harakat, adalah jamak muannats salim:
🍁تَعْرِيْفُهُ:
🌾Definisinya adalah:
🍃هُوَ مَا جُمِعَ بِأَلِفٍ وَتَاءٍ مَزِيْدَتَيْنِ عَلَى مُفْرَدِهِ (١).
Jamak muannats salim adalah jamak yang menjadi jamak dengan adanya alif dan ta’ tambahan dari bentuk mufradnya.
Dan ini definisi sederhana dari jamak muannats salim. Yaitu jamak yang dibentuk dengan cara apa? Dengan cara menambahkan alif dan ta’ dari bentuk mufradnya. Jadi misalkan bentuk مُسْلِمٌ , ditambahkan alif dan ta’ dibelakangnya menjadi مُسْلِمَاتٌ. Misalkan مُؤْمنٌ, ditambah alif dan ta’ dibelakangnya jadi مُؤْمنَاتٌ.
Jadi ini definisi dari jamak muannats salim.
Ini referensinya diambil dari kitab الْحُدُودُ النَّحْوِيَّةُ
halaman 281.
Thayyib…
🍁حُكْمُهُ:
Hukumnya, yakni hukum I’rabnya
يُرْفَعُ بِالضَّمَّةِ وَيُنْصَبُ وَيُجَرُّ بِالْكَسْرَةِ.
Di-rafa'-kan dengan dhammah, di-nashab-kan dan di-jar-kan dengan kasrah.
Dan ini memang termasuk yang aneh. Artinya dia tidak mengikuti tanda asli. Ketika rafa dia dhammah, betul. Ketika jar dia kasrah. Namun ketika nashab dia tetap kasrah, bukannya fathah malah kasrah.
🍁مِثَالُهُ:
Contohnya: yakni yang termasuk jamak muannats salim
مُؤْمِنَاتٌ، وَزَيْنَبَاتٌ، وَسَمَوَاتٌ...
Contohnya مُؤْمِنَاتٌ, ini jamak مُؤْمِنَة artinya wanita beriman, kemudian زَيْنَبَاتٌ, jamaknya زَيْنَب. Jadi kalau misal ada banyak Zainab pada suatu tempat ini jamaknya seperti ini زَيْنَبَاتٌ. Kemudian وَسَمَوَاتٌ ini jamaknya langit.
🍃وَمِثَالُ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ الْمَرْفُوْعِ: قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ ﴾ (٢).
Dan contoh jamak muannats salim yang marfu’: adalah firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala: إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ – apabila wanita-wanita beriman mendatangimu.
🍁فَالْمُؤْمِنَاتُ: جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ مَرْفُوْعٌ؛ لِأَنَّهُ فَاعِلٌ وَعَلاَمَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
Maka lafadz الْمُؤْمِنَاتُ, adalah jamak muannats salim, dirafa’kan karena dia adalah fail, dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang dhahir pada akhirnya. Jadi جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ, dalam ayat ini الْمُؤْمِنَاتُ merupakan fail.
Nah ayat إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ ini adalah Surat Al Mumtahanah ayat 12.
I’rabnya
🍁إِذَا: ظَرْفٌ لِمَا يُسْتَقْبَلُ مِنَ الزَّمَانِ،
Nah ini salah satu faidah yang bisa kita ambil dari buku Al-Mumti’ ini adalah beliau memberikan contoh cara-cara ngi’rab. Jadi إِذَا ini cara ngi’rabnya
ظَرْفٌ لِمَا يُسْتَقْبَلُ مِنَ الزَّمَانِ
Idza adalah termasuk dzaraf, untuk menjelaskan kejadian dimasa mendatang
🍁جَاءَكَ: جَاءَ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ،
Dan جَاءَ adalah fi’il madhi dimabniykan atas fathah
🍁وَالْكَافُ: ضَمِيْرٌ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحِ فِيْ مَحَلِّ نَصْبٍ مَفْعُوْلٌ بِهِ مُقَدَّمٌ،
Dan kaf pada lafadz جَاءَكَ, merupakan dhamir yang bersambung dimabniykan atas fathah, dalam kedudukan nashab menjadi maf’ulbih yang didahulukan, مُقَدَّمٌ.
Kan biasanya dalam kalimat itu, fiil – fail – maf’ulbih, tapi dalam kasus إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ, ini setelah fiil, mafulbih dulu baru fail.
Dan ini memang harus seperti itu. Kalau failnya dzahir, dan maf’ul-bihnya dhamir, maka maf’ul bihnya didahulukan.
إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَات.
🍁الْمُؤْمِنَاتُ: فَاعِلٌ مُؤَخَّرٌ مَرفُوْعٌ وَعَلاَمَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
Adapun الْمُؤْمِنَاتُ, adalah fail yang مُؤَخَّرٌ, yang diakhirkan, dirafa’kan, dan tanda rafa’nya adalah dhammah yang nampak pada akhirnya
🍃وَمِثَالُ جَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ الْمَنْصُوْبِ: قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ﴾ (٣).
Dan contoh jamak muannats salim yang manshub: adalah firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala: إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ, apabila kalian telah menikahi para wanita beriman.
Ini dilihat di surat Al-Ahzab ayat 49.
I’rabnya:
إِذَا: ظَرْفٌ لِمَا يُسْتَقْبَلُ مِنَ الزَّمَانِ،
Ini sama cara ngi’rabnya
نَكَحْتُمُ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنُ،
Jadi cara ngi’rab نَكَحْتُمُ, dicicil ya, نَكَحَ nya dulu, fi’il madhi mabniy atas sukun
🍁وَالتَّاءُ: ضَمِيْرٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الضَّمِّ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٌ،
Dan ta’nya, yakni نَكَحْتُمُ, setelah ح kan ada ta’, nah ta’ ini adalah failnya.
وَالْمِيْمُ عَلاَمَةُ عَلَى جَمْعِ الذَّكُوْرِ،
Dan mimnya, نَكَحْتُمُ, setelah ta ada mim, itu merupakan tanda bahwa dia adalah mudzakar.
Dan ini merupakan salah satu cara ngi’rab yang dicicil, detail, نَكَحْتُمُ, dicicil, ta’nya apa, mimnya apa. Dalam sebuah pendapat boleh juga kita katakan تُمُ saja, jadi kita katakan:
🍁تُمُ: ضَمِيْرٌ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنُ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٌ
Boleh seperti itu atau dicicil, kita katakan, ta’nya failnya, mim nya adalah tanda jamak mudzakkar.
🍁الْمُؤْمِنَاتِ: مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُبٌ وَعَلاَمَةُ نَصْبِهِ الْكَسْرَةُ نِيَابَةٌ عَنِ الْفَتْحَةُ؛ لِأَنَّهُ جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ.
Kata الْمُؤْمِنَاتِ, dalam lafadz إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ, adalah maf’ul bih yang dinashabkan, dan tanda nashabnya adalah kasrah sebagai ganti dari fathah.
Jadi semua I’rab yang bukan I’rab aslinya ditambahkan kata نِيَابَةٌ dibelakangnya.
نِيَابَةٌ عَنِ الْفَتْحَةُ؛ لِأَنَّهُ جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ
Sebagai ganti dari fathah, karena dia adalah jamak muannats salim. Dan ini cara ngi’rabnya.
Thayyib…
🍁فَالْمُؤْمِنَاتِ: جَمْعُ مُؤَنَّثٍ سَالِمٌ مَنْصُوْبٌ؛ لِأَنَّهُ مَفْعُوْلٌ بِهِ، وَعَلاَمَةُ نَصْبِهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ.
Maka الْمُؤْمِنَاتِ, dalam إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ, merupakan jamak muannats salim yang dinashabkan, karena dia adalah maf’ulbih, dan tanda nashabnya adalah kasrah yang nampak.
Ini jelas kita lihat ada kasrah, إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ, ti, jelas kasrahnya.
🍃وَمِثَالُ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ الْمَجْرُوْرِ: قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنَاتِ ﴾ (٤).
Dan contoh jamak muannats salim yang dijarkan/majrur: adalah firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala: وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنَاتِ, "dan katakanlah kepada para wanita beriman".
Ini kita lihat catatan kakinya, surat Nuur ayat 31.
🍁قُلْ: فِعْلُ أَمْرٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ،
وَالْفَاعِلُ ضَمِيْرٌ مُسْتَتِرٌ وُجُوْبًا تَقْدِرُهُ أَنْتَ.
Dan failnya adalah dhamir mustatir, dhamir yang tersembunyi, وُجُوْبًا, dalam keadaan wajib, takdirnya adalah أَنْتَ
Ya jadi nanti dhamir mustatir ini ada جَوَازًا, ada وُجُوْبًا.
Kalau dhamir yang mukhathab dan mutakalim itu وُجُوْبًا. Kenapa? Karena mukhatab dan mutakalim itu sudah sangat jelas siapa pelakunya. Seperti قُلْ, tidak lain selain أَنْتَ. Misalkan lagi fi’il mudhari’, أَقُوْمُ, tidak lain selain أَنَا.
Tapi kalau dhamir mustatir jawaz, itu berlaku dhamir yang ghaib, yaitu kata ganti orang ketiga هُوَ – هُنَّ. Lebih khususnya lagi adalah dhamir هُوَ dan هِيَ. Karena kalau dhamir هُمَا, هُمْ, dan هُنَّ, masing-masing sudah memiliki fail yang nempel pada fiilnya.
Tapi kalau yang هُوَ , seperti misalkan يَذْهَبُ, kita katakan dhamir mustatir jawazan, kenapa jawazan? Karena jawaz, jawaz itu artinya boleh, yang menjadi fail bisa siapa aja, boleh zaid, boleh umar, boleh dia, dsb. Itu maksud dari جَوَازًا, dan وُجُوْبًا.
🍁لِلْمُئْمِنَاتِ: اللاَّمُ: حَرْفٌ جَرٍّ، الْمُئْمِنَاتِ: اِسْمٌ مَجْرُوْرٌ بِاللاَّمِ وَعَلاَمَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ
Ini insya Allah mudah ya terjemahnya.
Thayyib kita balik lagi ke matannya
🍁فَالْمُؤْمِنَاتِ: اسْمٌ مَجْرُوْرٌ؛ لِأَنَّهُ سُبِقَ بِحَرْفِ جَرٍّ وَهُوَ اللاَّمُ وَعَلاَمَةُ جَرِّهِ الْكَسْرَةُ الظَّاهِرَةُ.
Maka الْمُؤْمِنَاتِ, dalam kalimat وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنَاتِ, adalah isim yang dijarkan, karena ia didahului oleh huruf jar, yaitu huruf jar lam, dan tanda jarnya adalah kasrah yang الظَّاهِرَةُ, kasrah yang nampak.
---------------------------------------
🌾* فَوَائِدُ وَتَنْبِيْهَاتُ:
*Faidah-faidah dan catatan khusus*
🍃١ – سُمِىَ هَذَا الْجَمْعُ بِالسَّالِمِ؛ لِسَلاَمَةِ بِنَاءِ مُفْرَدِهِ مِنْ التَغَيُّرِ غَالِبًا.
Dinamakan jamak ini sebagai jamak yang salim, karena selamat bentuk mufradnya dari perubahan secara umum.
Artinya, kenapa jamak muannats salim disebut dengan jamak muannats salim? Karena bentuk mufradnya selamat dari perubahan. Tidak seperti jamak taksir.
Coba kalau kita lihat jamak taksir, بَابٌ menjadi أبْوَابٌ, lihat ini tidak selamat dari perubahan. Asalnya بَابٌ jadi أبْوَابٌ . Tapi kalau jamak muannats salim, asalnya مُسْلِمٌ menjadi مُسْلِمَاتٌ . Tetep مُسْلِمٌ , hanya saja ditambahkan alif dan ta’ dibelakangnya.
يُنْظَرُ شَرْحُ الْأَزْهَرِيِّ عَلَى الْآجُرُوْمِيَّةِ.
Silahkan lihat di kitab syarah Al-Azari atas kitab Al- Ajurrumiyyah
---------------------------------------
Kemudian fawaid yang kedua, faidah yang kedua:
🍃٢ – قَالَ ابْنُ مَالِكٍ فِيْ أَلْفِيَّتِهِ:
Berkata Ibnu Malik dalam bait Alfiyahnya,
وَمَا بِتَا وَأَلِفٍ قَدْ جُمِعًا
يُكَسَرُ فِيْ الجَّرِّ وَفِيْ النَّصْبِ مَعًا
Dan apa yang dijamak dengan ta’ dan alif, maksudnya adalah jamak muannats salim, dia dikasrahkan ketika jar, dan ketika nashab bersamaan.
Artinya dia dikasrahkan tidak hanya pada jar saja, tapi juga ketika nashab. Memang ini termasuk kekhususan pada jamak muannats salim, ketika nashab dia bukannya fathah malah kasrah.
---------------------------------------
Kemudian yang ketiga
🍃٣ – لَيْسَ مِنْ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ: (أَبْيَاتٌ، وَأَوْقَاتٌ، وَأَصْوَاتٌ) لِأَنَّ تَاءَاتِهَا أَصْلِيَّةٌ لِوُجُوْدِهَا فِيْ مُفْرَدَاتِهَا أَصْلِيَّةٌ. بَيْتٌ وَوَقْتٌ وَصَوْتٌ، وَتَاءُ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ لاَ تَكُوْنُ إِلاَّ زَائِدَةً . يُنْظَرُ قَطْرُ النَّدَى ص(٧۹).
Bukanlah termasuk jamak muannats salim, kata-kata seperti أَبْيَاتٌ, rumah-rumah, jamaknya بَيْتٌ, أَوْقَاتٌ, jamaknya وَقْتٌ, waktu, أَصْوَاتٌ, suara-suara, jamaknya صَوْتٌ.
لِأَنَّ تَاءَاتِهَا أَصْلِيَّةُ لِوُجُوْدِهَا فِيْ مُفْرَدَاتِهَا أَصْلِيَّةُ: بَيْتٌ وَوَقْتٌ وَصَوْتٌ،
Karena ta’nya, yaitu ta’ pada أَبْيَاتٌ - أَوْقَاتٌ- أَصْوَاتٌ, ini adalah ta’ yang asli, karena dia ada ketika mufradnya. Jadi أَبْيَاتٌ - أَوْقَاتٌ- أَصْوَاتٌ, bukan jamak muannats salim tapi jamak taksir, karena asalnya
بَيْتٌ- أَبْيَاتٌ
وَقْتٌ- أَوْقَاتٌ
صَوْتٌ- أَصْوَاتٌ.
لِوُجُوْدِهَا فِيْ مُفْرَدَاتِهَا أَصْلِيَّةُ: بَيْتٌ وَوَقْتٌ وَصَوْتٌ،
Karena ta’nya itu asli, ia ada pada mufradnya secara asli, contohnya apa? Yaitu بَيْتٌ , وَقْتٌ , صَوْتٌ. Ta pada أَبْيَاتٌ - أَوْقَاتٌ- أَصْوَاتٌ, ini diambil dari bentuk mufradnya بَيْتٌ , وَقْتٌ , صَوْتٌ.
وَتَاءُ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ لاَ تَكُوْنُ إِلاَّ زَائِدَةً
Dan ta’ jamak muannats salim tidak boleh kecuali ta’nya itu merupakan ta’ tambahan.
يُنْظَرُ قَطْرُ النَّدَى ص(٧۹).
Silahkan lihat Kitab Qatrun Nada halaman 69.
Thayyib… ana rasa cukup sampai disini, nanti disambung lagi dengan audio yang lain.
Semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar