_LANJUTAN 3_
👣📑
Ini kita lihat di catatan kakinya
(٧) مِنْهُمْ ابْنُ مَالِكٌ وَابْنُ هِشَام ، يَنْظُرُ التَّصْرِيْح َ (٢ /٣٥٧)
Jadi kalo ulama Bashrah dan para muhaqqiqin termasuk pengarang kitab Alfiyah, mereka berpendapat bahwa penashab fiil mudhari itu,
هِيَ الأَرْبَعَةُ الأُوْلَى مِنْهَا فَقَطْ.
Dia 4 huruf pertama saja yaitu, أَنْ، وَلَنْ، وَإِذَنْ ، وَكَيْ.
وَأَمَّا البَقِيَّةُ
Adapun sisanya, yaitu
لَامُ كَيْ
لاَمُ الجُحُوْد
حَتَّى
وَالجَوَابُ بِالفَاءِ وَالوَاوِ وَأَو
فَيَكُوْنُ النَّصْبُ بَعْدَهَا بِأَنْ مُقَدَّرَةً جَوَازًا أَوْ وُجُوْبًا .
🕯Adapun yang menjadikan nashab itu bukan hurufnya, tetapi أَنْ yang di takdirkan baik secara jawazan atau secara wujuban.
جَوَازًا بَعْدَ لَامِ التَّعْلِيْلِ (٨) وَوُجُوْبًا بَعْدَ البَاقِي
Jawazan itu setelah lam ta'lil, lam ta'lil itu yang لَامُ كَيْ
Dan wujub ini sisanya. Jadi
لاَمُ الجُحُوْد
حَتَّى
وَالجَوَابُ بِالفَاءِ وَالوَاوِ وَأَو
Ada 5 sisanya, ini أَنْ muqoddarah nya itu wujuuban.
Kita lihat disini, di catatan kaki no 8
(٨ ) لِجَوَازِ ظُهُوْرِهَا
Karena bolehnya menampakkannya, contohnya firman Allah ta'ala.
قَالَ اللهُ تَعَالَى : (وَ أُمِرْتُ لِأَنْ أَكُوْنَ أَوَّلَ المُسْلِمِيْنَ)
"Dan aku diperintahkan untuk menjadi orang pertama yang berislam."
🍁Jadi kalo menurut ulama kuffah, termasuk Ibnu Ajurrum Ash-Shonhaji, pokoknya 10 huruf nashab ini, menashabkan secara langsung.
Jadi kalo kita ngi'rob misalnya
٦ـ {وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللّٰهُ}.
Itu dikatakan
📗حَتَّى: حَرْفُ نَصْبٍ يَحْكُمَ مَنْصُوْبٌ بِحَتَّى
Ini yang mengatakan bahwa حَتَّى ini adalah huruf nashab.
🍁Tapi menurut ulama Bashrah dan muhaqqiqin _dan memang ini pendapat yang lebih kuat_ bahwa yang menashabkan ini bukan حَتَّى nya, tapi huruf أَنْ yang di takdirkan (disembunyikan).
Jadi asalnya
وَاصْبِرْ حَتَّى أَنْ يَحْكُمَ اللّٰهُ
Makannya kita kalo ngirabnya nanti, kalo menurut pendapat ulama Bashrah حَتَّى يَحْكُمَ ini, kita katakan يَحْكُمَ ini
📗 يَحْكُمَ : فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوْبٌ بِأنْ مُقَدَّرَةً بَعْدَ حَتَّى.
Dengan أَنْ yang ditakdirkan setelah حَتَّى
Ini ماشاء الله.. ini salah satu yang menunjukkan bahwasannya ilmu nahwu ini, merupakan ilmu yang sangat istimewa, karena sampai alasan kenapa suatu kata dibaca seperti itu, itu ada filosofinya, ada penjelasannya ماشاء الله
🍁 Bahwa kalo menurut ulama Kuffah 10 huruf nashab itu, semua langsung menashabkan nya. Seperti kalo ada kalimat
وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللّٰهُ
Kita katakan يَحْكُمَ ini مَنْصُوْبٌ بِحَتَّى,➡ langsung
🍁 Tapi kalo ulama Bashrah dan para peneliti yang lain _dan memang ini pendapat yang lebih kuat_ dari 10 huruf nashab,
💡 yang menashabkan dengan dirinya sendiri itu ada 4, yaitu أَنْ، لَنْ، إِذَنْ ، كَيْ.
Adapun sisanya yaitu,
لَامُ كَيْ
لاَمُ الجُحُوْد
حَتَّى
الجَوَابُ بِالفَاءِ وَالوَاوِ وَأَو
💡 6 sisanya ini, dia yang menashabkan itu bukan hurufnya tapi أَنْ yang ditakdirkan.
Contohnya kalo ayat
وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللّٰهُ
Itu ngirabnya
يَحْكُمَ : فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوْبٌ بِأنْ مُقَدَّرَةً بَعْدَ حَتَّى.
Seperti itu cara ngi'rob nya.
🕯Dan disini dijelaskan juga, kalo kasusnya pada lamu ta'lil ( لَامُ كَيْ )
kita katakan itu بِأنْ مُقَدَّرَةً جَوَازًا
🕯Tapi kalo sisanya, dari لاَمُ الجُحُوْد sampai أَوْ ini muqoddaratan nya وُجُوْبًا ، secara wajib.
Kenapa kalo kalo لَامُ تَعْلِيْلٍ ini jawazan? Karena contohnya dalam firman Allah Subhanallaah wata'ala,
(٨ ) وَ أُمِرْتُ لِأَنْ أَكُوْنَ أَوَّلَ المُسْلِمِيْنَ
"Dan aku diperintahkan agar aku menjadi orang muslim yang pertama."
Kita ambil contoh لِأَنْ أَكُوْنَ , nah sebelum أَكُوْنَ ini ada أَنْ nya ➡ لِأَنْ boleh ditampakkan لِأَنْ أَكُوْن
Adapun pada sisanya, sama sekali tidak boleh ditampakkan أَنْ nya.
🕯Jadi kalo لَامُ تَعْلِيْل
boleh ditampakkan➡ َلِأَنْ أَكُوْن
Boleh juga ➡ لِأَكُوْنَ
🕯Tapi kalo لاَمُ الجُحُوْد misalkan, tadi ayatnya
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ إِيْمَنَكُمْ
Ini benar-benar tidak boleh kita mengatakan:
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِأَنْ يُضِيْعَ إِيْمَنَكُمْ ❌
Ini gak boleh.
Karena dia harus *DITAKDIRKAN* (disembunyikan) seperti itu.
Thoyyib.
____________________________
Ini masih ada lagi contoh-contoh.
اَمْثِلَةٌ عَلَى الفِعْلِ المُضَارِعِ المَنْصُوْبِ بِأَنْ مُضْمَرَةً وُجُوْبًا :
Contoh-contoh fi'il mudhori' yang dinashabkan dengan ِأَنْ مُضْمَرَةً dengan أن,
æ📌 مُضْمَرَةً ini maksudnya disembunyikan
æ📌 وُجُوْبًا secara wajib.
Berarti selain lam ta'lil.
بَعْدَ حَتَّى :
🍀Setelah hatta
لاَ تَأْكُلْ حَتَّى تَجُوْعَ،
"Janganlah kamu makan, sampai kamu lapar "
لاَ تَدْخُلْ حَتَّى يُؤْذَنَ لَكَ.
"Janganlah kamu masuk, sampai kamu diizinkan"
🍀Setelah ف
بعْدَ فَاءِ السَّبَبِيَّةِ : لاَ تَهْمَلْ فَتَنْدَمَ ،
"Dan janganlah kamu malas, Maka kamu akan menyesal."
Kemudian
لَيْتَ لِيْ مَا لاً فَأَحُجَّ بِهِ.
Cobalah saya punya harta, maka saya akan berhaji dengan nya
بَعْدَ (أَوْ) :
🍀Setelah أَوْ contohnya
لَأَنْتَظِرَنَّ زَيْدًا أَوْ يَجِيْئَ،
"Saya benar-benar akan menunggu si Zaid sampai dia datang".
Seperti tadi sudah dijelaskan أَوْ ini artinya إلَّا atau إلى
Kemudian contohnya
إسْتَسْهَلًا ⬅ إسْتَسْهَلَ - يَسْتَسْهِلَ
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أْوْ أُدْرِكَ المَنَّى.
المَنَّى = artinya harapan
"Saya benar-benar akan mempermudah _menganggap enteng sebuah kesulitan_ sampai harapan didapatkan "
بَعْدَ لاَمِ الْجُحُوْدِ : kemudian kalimat
🍀Setelah lam juhud,
مَا كُنْتُ لأُخْلِفَ الوَعْدَ،
"Tidaklah aku akan mengingkari janji"
وَلَمْ أَكُنْ لأَنْقُضَ الْعَهْدَ
"Dan tidaklah aku akan melanggar perjanjian"
بَعْدَ وَاوِ الَمعِيَةَ :
🍀Setelah wawu ma'iyah
لَا تأْمُرْ بِالصِّدْقِ وَ تَكْذُبَ،
"Janganlah kamu memerintahkan untuk jujur, disaat yang sama kamu berdusta."
لَا تأْكُلِ السَّمَكَ وَ تَشْرِبَ الَّبَنَ.
"Janganlah kamu makan ikan, disaat yang sama (sambil) minum susu."
Thoyyib.
_____________________________
_bersambung_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar