------------------------------------------------------------------------------------
📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 9
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 20 :: Al Mu'rabat Bilhuruf 2 – Jamak Mudzakkar Salim
⌛ Durasi audio :: 14.17 menit
------------------------------------------------------------------------------------
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah kita masih melanjutkan pelajaran dari Kitab Al Mumti’ Fii Syarhil Ajurrumiyyah, dan kita sudah sampai ke pembahasan المُعْرَبَاتُ بِالحُرُوفِ .
Pada pertemuan sebelumnya kita sudah membahas bahwa kelompok kata yang mu’rabnya dengan huruf ada 4, yaitu:
1. Mutsanna
2. Jamak mudzakkar salim
3. Isim yang lima
4. Fi’il yang lima
Dan kita juga sudah membahas, mu’rabat bilhuruf yang pertama yaitu mutsanna. Pada pelajaran ini kita akan membahas:
*Mu’rabat bilhuruf yang kedua: Jamak Mudzakkar Salim*
ثَانِيًا : جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّالِمُ (۱)
--------------------------------------------------------
Kita lihat catatan kakinya:
۱) سُمِّىَ بِالسَّالِمِ، لِأَنَّهُ يَسْلَمُ مُفْرَدُهُ مِنَ التَّغْيِيْرِ عِنْدَ جَمْعِهِ أَيْ: يَبْقَى عَلَى حَالَتِهِ الأَصْلِيَّةِ
Dinamakan dengan salim, jamak mudzakkar salim kan namanya jamak mudzakkar salim, kenapa ada kata salim dibelakangnya?
لِأَنَّهُ يَسْلَمُ مُفْرَدُهُ مِنَ التَّغْيِيْرِ
Karena bentuk mufradnya itu selamat dari perubahan
عِنْدَ جَمْعِهِ
ketika jamaknya
أَيْ: يَبْقَى عَلَى حَالَتِهِ الأَصْلِيَّةِ
Artinya dia tetap dalam keadaannya yang asli.
وَ إِنَّمَا يُزَادُ عَلَيْهِ وَاوٌ وَ نُوْنٌ أَوْ يَاءٌ وَ نُوْنٌ عِنْدَ الجَمْعِ فَيُقَالُ فِيْ جَمْعِ (مُسْلِمٌ) مُسْلِمُوْنَ فِيْ حَالَةِ الرَّفْعِ، وَمُسْلِمِيْنَ فِيْ حَالَتِيْ النَّصْبِ وَالجَرِّ
Hanya saja dia ditambahkan ”wawu dan nun” atau “ya dan nun” ketika jamak. Maka dikatakan pada jamaknya مُسْلِمٌ
مُسْلِمُوْنَ فِيْ حَالَةِ الرَّفْعِ،
ketika rofa'
مُسْلِمُوْنَ
وَمُسْلِمِيْنَ فِيْ حَالَتِيْ النَّصْبِ وَالجَرِّ
dan
مُسْلِمِيْنَ
pada keadaan nashab dan jar.
Jadi ini lah kenapa jamak mudzakkar salim dinamakan salim.
Karena lihat
مُسْلِمٌ
menjadi
مُسْلِمُوْنَ
kata مُسْلِمٌ nya tidak berubah sama sekali, tetap مُسْلِمٌ hanya saja ditambahkan wawu dan nun dibelakangnya, ya’ dan nun dibelakangnya.
Ini berbeda dengan jamak taksir.
Kalau jamak taksir, contohnya بَابٌ, ini betul² berubah, dari
بَابٌ
menjadi
أَبْوَابٌ.
Jadi tidak ada unsur بَابٌ nya lagi, betul² berubah.
Begitupun كِتَابٌ misalkan, dari
كِتَابٌ
menjadi
كُتُبٌ,
ini bener² berubah bentuknya.
--------------------------------------------------------
Thayyib.
تَعْرِيْفُهُ : هُوَ مَا دَلَّ عَلَى أَكْثَرَ مِنِ اثْنَيْنِ بِزِيَادَةِ وَاوٍ وَنُوْنٍ أَوْ يَاءٍ وَنُوْنٍ عَلَى مُفْرَدِهِ (۲)
Definisi dari jamak mudzakkar salim adalah kata yang menunjuki atas makna lebih dari dua, dengan menambahkan wawu dan nun atau ya’ dan nun ke bentuk mufradnya.
--------------------------------------------------------
Thayyib, kita lihat catatan kakinya:
۲) وَ هَذِهِ الزِّيَادَةُ تُغْنِيَ عَنِ الإِتْيَانِ بِوَاوِ العَطْفِ وَتَكْرِيْرِ الإِسْمِ فَبَدَلًا مِنْ أَنْ يُقَالَ: جَاءَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ، يُقَالُ: جَاءَ الزَّيْدُوْنَ
Dan penambahan ini, yakni penambahan wawu dan nun, dan ya dan nun, mencukupkan dari mendatangkan wawu athaf dan mengulang-ulang isim. Maka sebagai ganti dari kita mengatakan
جَاءَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ
dikatakan
حَاءَ الزَّيْدُوْنَ.
*Jadi fungsi jamak mudzakar salim itu untuk meringkas.*
Karena ketika kita mengatakan
جَاءَ المُسْلِمُوْنَ
misalkan, maka itu sebetulnya kita meringkas dari perkataan,
جَاءَ المُسْلِمُ وَالمُسْلِمُ وَالمُسْلِمُ.
Ketika kita mengatakan
جَاءَ الزَّيْدُوْنَ,
maka ini kita meringkas dari
جَاءَ زَيْدٌ وَزَيْدٌ وَزَيْدٌ.
Inilah yang dimaksud dengan
تُغْنِيَ عَنِ الإِتْيَانِ بِوَاوِ العَطْفِ وَتَكْرِيْرِ الإِسْمِ.
Mencukupkan dari mendatangkan wawu athaf dan mengulang² isim.
Ini keadaanya sama dengan mutsanna kemarin ya.
-------------------------------------------------------
مِثَالُهُ : ( المُؤْمِنُوْنَ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ)
Contohnya,
المُؤْمِنُوْنَ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ,
"orang² yang beriman"
وَ(الزَّيْدُوْنَ، وَالزَّيْدِيْنَ)،
Ini jamaknya زَيْدٌ
Dan ini kaidahnya, *kalau kita ingin menjamak nama atapun membuat ia mutsanna, harus diberi alif lam*.
Misalkan =
زَيْدٌ
ini mufrad, kalau mutsanna
الزَّيْدَانِ,
*harus pakai al didepannya*.
Ketika jamak harus
الزَّيْدُوْنَ.
Tidak boleh kita mengatakan,
زَيْدٌ – زَيْدَانِ – زَيْدُوْنَ .
Karena kalau tanpa al, ini tidak menunjukkan makna mutsanna.
Kalau kita katakan
زَيْدَانِ,
berarti ada orang yang namanya زَيْدَانِ .
Tapi kalau pakai al
الزَّيْدَانِ
ini maksudnya
زَيْدٌ وَزَيْدٌ
Begitu pula
الزَّيْدُوْنَ
Ini yang benar. Ini maknanya ada banyak zaid.
Tapi kalau kita katakan
زَيْدُوْنَ
tanpa al, Ini maknanya ada orang yang namanya زَيْدُوْنَ
Jadi untuk membedakan mana yang bermakna mutsanna dan jamak dan mana yang memang namanya seperti itu, kita menggunakan al.
وَ(الصَّادِقُوْنَ، وَالصَّادِقِيْنَ)
"Dan orang² yang benar"
حُكْمُهُ : يُرْفَعُ بِالوَاوِ، وَيُنْصَبُ وَ يُجَرُّ بِالْيَاءِ
Hukumnya, dirofa’kan dengan wawu dan dinashabkan dan dijarkan dengan ya’.
Ini sering kita pelajari, bahwa jamak mudzakkar salim itu ketika rofa’ wawu, ketika nashab dan jar sama² ya’ ي.
مُسْلِمُوْنَ
Ini untuk rofa’
مُسْلِمِيْنَ
Ini untuk nashab dan jar
فَمِثَالُ جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ المَرْفُوعِ: قَوْلُهُ تَعَالَى {قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُوْنَ} (۳)
Maka contoh jamak mudzakkar salim yang marfu’ adalah firman Allah Subhānahu wa Ta'āla :
👈 قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُوْنَ
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman."
------------------------------------------------------
Kita lihat catatan kakinya:
المُؤْمِنُوْنَ مِنَ الايَة (١)
Ini surat Al-Mu’minun ayat 1, i’rabnya
🔍 قَدْ : حَرْفُ تَحْقِيْقٍ
Qad itu i’rabnya harfu tahqiiqin
🔍 أَفْلَحَ: فِعْلٌ مَاضٍ , مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ
🔍 المُؤْمِنُوْنَ: فَاعِلٌ مرْفُوعٌ وَعَلاَمَةُ رَفْعِهِ الوَاوُ نِيَابَةً عَنِ الضَّمَةِ لِأَنَّهُ جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ
Ini insya Allah mudah i’rabnya
--------------------------------------------------------
فَ( المُؤْمِنُوْن )
Maka المُؤْمِنُوْن, dari ayat قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُوْنَ
جَمْعُ مُذَكَّرٍ سالِمٌ مَرْفُوعٌ؛ لِأَنَّهُ فَاعِلٌ وَ عَلاَمَةُ رَفْعِهِ الوَاوُ نِيَابَةً عَنِ الضَمَّةِ
jadi failnya dia
"sungguh beruntung orang beriman"
maka orang yang beriman disini menjadi fail.
عَلاَمَةُ رَفْعِهِ الوَاوُ نِيَابَةً عَنِ الضَمَّةِ
Dan tanda rofa’nya adalah wawu sebagai ganti dari dhammah.
Karena tanda asal rofa’ adalah dhammah. Makanya dikatakan
نِيَابَةً عَنِ الضَمَّةِ
Sebagai ganti dari dhammah
وَمِثَالُ جَمْعٍ المُذَكَّرِ السَّالِمِ المَنْصُوْبِ: قَوْلُهُ تَعَالَىَ: (وَبَشِّرِ المُؤْمِنِيْنَ) (٤)
Maka contoh jamak mudzakkar salim yang manshub adalah firman Allah Subhānahu wa Ta'āla:
👈 وَبَشِّرِ المُؤْمِنِيْنَ
----------------------------
Kita lihat catatan kakinya:
٤) البَقَرَة مِنَ الآيَةِ (۲۲۳)
Ini surat Al-Baqarah ayat 223
🔍 بَشِّرِ: فِعْلٌ أَمْرٍ مَبْنِيٌ عَلَى السُّكُوْنِ
Fiil amr dimabnikan atas sukun
-- وَإِنَّمَا كُسِّرَ لِالتِّقَاءِ السَّاكِنِيْنَ,
Adapun ia dikasrahkan, (kan diayatnya وَبَشِّرِ, bukan وَبَشِّرْ, tapi وَبَشِّرِ المُؤْمِنِيْنَ), karena bertemunya dua sukun.
Ini kaidah ya, kalau ada dua sukun
وَبَشِّرْ المُؤْمِنِيْنَ (wabasysyir almu'miniina)
ini tidak bisa dibaca, karena sama-sama sukun.
Bisa jika waqaf, وَبَشِّرْ- اَلمُؤْمِنِيْنَ (wa basysyir - almu'miniina)
Kalau kita mau washal, maka harus dikasi harakat وَبَشِّرْ dikasi harakat menjadi وَبَشِّرِ المُؤْمِنِيْنَ, (wa basysyiril mu'miniina) biar bisa dibaca.
-- وَ الفَاعِلُ ضَمِيْرٌ مُسْتَتِرٌ وُجُوْبًا تَقْدِيْرُهُ أَنْتَ
Jadi kalau dhamirnya mukhattab, memang dia وُجُوْبًا , تَقْدِيْرُهُ أَنْتَ
🔍 المُؤْمِنِيْنَ: مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ وَعَلَامَةُ نَصْبِهِ اليَاءُ نِيَابَةً عَنِ الفَتْحَةِ لِأَنَّهُ جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ
Dan ini, cara mengi’rabnya seperti ini ya.
Jadi dikatakan
نِيَابَةً عَنِ الفَتْحَةِ
Karena dia manshub, dan tanda asal nashab itu fathah, makanya dikatakan
نِيَابَةً عَنِ الفَتْحَةِ لِأَنَّهُ جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ
--------------------------------------------------------
Thayyib..
فَ( المُؤمِنِيْنَ)
Yakni dari ayat وَبَشِّرِ المُؤْمِنِيْنَ,
جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ مَنْصُوْبٌ؛ لِأَنَّهُ مَفْعُوْلٌ بِهِ
Adalah jamak mudzakkar salim yang manshub karena dia adalah maf’ulbihnya.
وَبَشِّرِ المُؤْمِنِيْنَ
"Dan berilah kabar". Siapa yang diberi kabar? المُؤْمِنِيْنَ, orang-orang yang beriman, maka ini adalah maf’ulbih
وَ عَلاَمَةُ نَصْبِهِ اليَاءُ نِيَابَةً عَنِ الفَتْحَةِ
Thayyib
وَمِثَالُ جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ المَجْرُوْرِ: قَوْلُهُ تَعَالَى {رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ المُؤْمِنِيْنَ} (٥)
Maka contoh jamak mudzakkar salim yang majrur adalah firman Allah Subhānahu wa Ta'āla:
👈 رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ المُؤْمِنِيْنَ
Dalam surat Al-Fath ayat 18, i’rabnya
🔍 رَضِيَ: فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الفَتْحِ
🔍 اللّٰهُ: لَفْظُ الجَلَالَةِ، فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ
🔍 عَنْ: حَرْفُ جَرٍّ
🔍 المُؤْمِنِيْنَ: اِسْمٌ مَجْرُوْرٌ بِعَنْ وَعَلَامَةُ جَرِّهِ اليَاءُ نِيَابَةً عَنِْ الكَسْرَةِ لِأَنَّهُ جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ
Thayyib. Insya Allah ini mudah.
فَ( المُؤمِنِيْنَ)
Yakni dari lafadz رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ المُؤْمِنِيْنَ
جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ مَجْرُوْرٌ؛
Adalah jamak mudzakkar salim yang majrur.
لِأَنَّهُ سُبِقَ بِحَرْفٍ جَرٍّ
Karena ia didahului huruf jar
وَ عَلاَمَةُ جَرِّهِ اليَاءُ نِيَابَةً عَنِ الكَسْرَةِ
Dan tanda jarnya adalah ya’ sebagai ganti dari kasrah
-------------------------------------------------
فَوَائِدُ وَتَنْبِيْهَاتٌ:
*Faidah² dan catatan²* :
🔷 Yg pertama
١- لَا يَجْمَعُ جَمْعُ المُذَكَّرِ السَّالِمُ إِلَّا الأَسْمَاءَ الدَّالَةَ عَلَى العُقَلَاءِ مِنَ الذُّكُوْرِ
_Tidaklah di jamak menjadi jamak mudzakkar salim, kecuali isim² yg menunjukkan atas yang aqil (yg berakal), مِنَ الذُّكُوْرِ_
Jadi jamak mudzakkar salim itu khusus untuk kata yg mudzakkar dan juga yg 'aqil.
Jadi kalau ghairu aqil tidak boleh jamaknya mudzakkar salim.
Jadi khusus jamak mudzakkar salim, untuk kata yg mudzakkar dan lilaqil.
-- فَلَا يُقَالُ: نَصَحْتُ النِّسَاءَ المُتَزَوِّجِيْنَ،
Maka tidak boleh dikatakan, saya menasehati para wanita yg menikah.
Tidak boleh
المُتَزَوِّجِيْنَ
Karena
المُتَزَوِّجِيْنَ
adalah jamak mudzakkar, adapun
النِّسَاءَ
Ini muannats. Maka tidak boleh disifati dengan jamak mudzakkar salim.
-- وَلَا رَفَعْتُ الكُتُبَ
المَوْضُوْعِيْنَ
Dan tidak boleh kita mengatakan, "aku mengangkat buku² yg berjudul²*.
Ini tidak boleh juga
Karena ,
الكُتُبُ
merupakan ghairu 'aqil.
Adapun tadi
النِّسَاءُ
bukannya mudzakkar tapi muannats.
-- بَلْ يُقَالُ النِّسَاءُ المُتَزَوِّجَاتُ
Bahkan yang benar, dikatakan,
النِّسَاءُ المُتَزَوِّجَاتُ
"Wanita² yg menikah."
وَالكُتُبُ المَوْضُوعَةُ
"Dan kitab² yg berjudul², atau disusun²"
Jadi jamak mudzakkar salim ini khusus untuk:
1. Mudzakkar
2. Lil'aqil, yang berakal
٢- لَيْسَ مِنْ جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ: (شَيَاطِيْنُ وَمَسَاكِيْنُ)
Bukanlah jamak mudzakkar salim, kata :
شَيَاطِيْنُ وَمَسَاكِيْنُ
sekalipun ada ya' dan nun
-- وَإنَّمَا هُمَا مِنْ جَمْعِ التَّكْسِيْرِ؛
Alasannya keduanya adalah jamak taksir, bukan jamak mudzakkar salim. kenapa?
-- لِأَنَّ نُوْنَهُمَا أَصْلِيَةٌ
Karena nun keduanya adalah asli.
Jadi nun dalam lafadz
شَيَاطِيْنُ - مَسَاكِيْن
Bukan tambahan, dia adalah asli. Dari شَيْطَان , menjadi
شَيَاطِيْنُ
dari
مِسْكِيْن
menjadi
مَسَاكِيْن
لِوُجُوْدِهَا فِيْ المُفْرَدِ: شَيْطَانٌ وَمِسْكِيْنٌ
Karena keberadaan nunnya pada mufrad.
شَيْطَانٌ- مِسْكِيْنٌ
Lihat ada nunnya, jadi ini memang asli bukan tambahan.
Jadi bukan jamak mudzakkar salim
وَنُونُ جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ لَا تَكُوْنُ إِلَّا زَائِدَةً مَفْتُوحَةً
Dan nun jamak mudzakkar salim, tidak layak, kecuali bersifat tambahan dan ia difathahkan
قَالَ تَعَالَى :
Allah Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
{۞ إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا ٌ} [التوبة : 60]
Sesungguhnya shadaqah itu hanyalah untuk orang² fakir, org² miskin, dan para 'amil (yg mengurusi shadaqah)
-------------------------------------
Thayyib insya Allah cukup sampai disini
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar