Senin, 06 Maret 2017

Dars 30: Fail Dzohir

❀━━━••❃❃••━━━❀
📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 14
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 30 :: Fail Dzohir
⌛ Durasi audio ::  15.05 menit
❀━━━••❃❃••━━━❀

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله  وعلى اله و صحبه  ومن والاه, أما بعد.

Alhamdulillah kita telah sampai pembahasan kitab Al-Mumthi' fii Syarhil Ajurrumiyyah dalam pembahasan بَابُ الفَاعِلِ bab tentang Fail.


قَالَ المُصَنِّفُ :
(بَابُ الفَاعِلِ: الفِعْلُ هُوَ  الاِسْمُ المَرْفُوْعُ المَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ،

Berkata Al-Mushonnif : bab tentang fail :
🔹*fail adalah isim yang dirofa'kan yang disebutkan sebelumnya (sebelum fail),
 fiilnya*.

Definisi yang sangat sederhana, fail adalah isim yang dirofa'kan yang disebutkan sebelumnya fiilnya.

Jadi ada fiil, kalau setelahnya ada isim yang dirofa'kan maka Isim itu adalah fail namanya.


وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ: ظَاهِرٍ ،وَمُضْمَرٍ،

Fail ada dua macam :::
1. Dzohir (ada yang sifatnya nampak)
2. Mudhmar (ada fail yang sifatnya dhomir)

Apa itu dzohir dan apa itu dhomir?
Beliau memberi contoh :
 فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ :
Maka fail yang dzohir itu seperti perkataan :
🔸🔸قَامَ زَيْدٌ
🔸🔸"Zaid telah berdiri"

Lihat, Zaid disini dzohir (nampak) disebut namanya. Itulah kenapa disebut dzohir , kalau dhomir berupa dhomir. Kita kenal ada 14. Jadi kalau bukan dhomir itu namanya dzohir.

🔸🔸 وَ يَقُوْمُ زَيْدٌ
🔸🔸 "Zaid sedang berdiri"

🔸🔸 وَ قَامَ الزَّيْدَانِ
🔸🔸"Dua orang Zaid telah berdiri"

*Perhatikan*
Ketika Zaid-nya sendiri → قَامَ زَيْدٌ  , tanpa Alif Lam karena memang nama itu sudah ma'rifat dan tidak boleh lagi ditambah AL ta'rif.

Jadi tidak boleh
❌ قَامَ  الزّٙيدُ ❌
Tidak bisa diberi AL.

Kecuali  nama-nama yang memang secara sama-iy diberikan AL. Itupun bukan AL ta'rif tetpi AL ziyadah (AL tambahan) yang biasanya kalau nempel pada nama itu bermakna التفائل (optimisme atau harapan baik).

Misalkan diantara nama yang dikasih AL adalah :
🔸🔸الحٙسٙنُ (cucu Rasulullah صلى الله عليه وسلم )

Al-Hasan, AL pada nama al-Hasan bukan menunjukkan AL ta'rif (yang membuat kata menjadi ma'rifah) karena nama sudah ma'rifat.

Tetapi AL pada contoh nama AL-HASAN merupakan التفائل , AL yang bermakna optimisme.

Karena Hasan kan artinya *Baik* harapannya orang yang bernama Hasan itu AL-Hasan _baik beneran_.

Jadi al-Hasan semacam kita memanggil orang sekaligus mendoakannya.

"Wahai orang baik"
al-Hasan itu sekaligus doa.

Seperti misalkan nama yang boleh dikasih AL ,
فٙاضِل ← "punya keutamaan"

Kalau kita memanggil orang yg namanya الفٙاضل sekaligus doa.

Kita berharap orang yang namanya Fadhil itu "Fadhil beneran" mempunyai keutamaan beneran.

Sebagaimana orang yang punya Hasan , Hasan beneran.
Jadi ini AL pembahasan pada nama.


Kenapa ketika الزيدانِ ada AL-nya?
🔸🔸 وَ قَامَ الزَّيْدَانِ
Disini  AL-nya , untuk membedakan mana yang menunjukkan makna mutsanna, mana menunjukkan makna mufrod.

Kalau kita bacanya :
🔸🔸قَامَ زيدانِ  tanpa AL
Maka ini ada orang yang namanya Zaidaani. Tapi kalau kita kasih AL disitu
🔸🔸قَامَ الزَّيْدَانِ
Ini menunjukkan bahwa الزَّيْدَانِ ini → زٙيدٌ و زيدٌ
"Telah berdiri dua orang Zaid"

Kalau kita hilangkan AL-nya :
🔸🔸قَامَ زيدانِ
"Telah berdiri seorang Zaidaani"
Jadi ada nama orang namanya Zaidaani.

Ini kaidahnya pemberian AL pada nama.


 🔸🔸 وَ  قَامَ الزَّيْدُوْنَ،
"Banyak Zaid telah berdiri"

🔸🔸 وَيَقُوْمُ الزَّيْدُوْنَ
"Banyak Zaid sedang berdiri"

🔸🔸وَ قَامَ الرِّجَالُ
"Para laki-laki telah berdiri"

🔸🔸وَيَقُوْمُ الرِّجَالُ
"Para laki-laki sedang berdiri"

🔸🔸وَقَامَتْ هِنْدٌ
"Hindun telah berdiri"

🔸🔸 وَتَقُوْمُ هِنْدٌ،
"Hindun sedang berdiri"

🔸🔸 وَقَامَتِ الهِنْدَانِ،
"Dua orang Hindun telah berdiri"

🔸🔸وَتَقُوْمُ الهِنْدَانِ،
"Dua orang Hindun sedang berdiri"

🔸🔸 وَقَامَتِ الهِنْدَاتُ،
"Banyak Hindun telah berdiri"

🔸🔸 وَتَقُوْمُ الهِنْدَاتُ،
"Banyak Hindun sedang berdiri"

🔸🔸وَقَامَتِ الهُنُوْدُ،
"Banyak Hindun telah berdiri"

🔸🔸وَتَقُوْمُ الهُنُوْدُ،
"Banyak Hindun sedang berdiri"

🔸🔸وَقَامَ أَخُوْكَ،
"Saudaramu telah berdiri"

🔸🔸وَيَقُوْمُ أَخُوْكَ،
"Saudaramu sedang berdiri"

🔸🔸 وَقَامَ غُلَامِي،
"Telah berdiri pembantuku"

🔸🔸وَيَقُوْمُ غُلَامِي،
"Dan sedang berdiri pembantuku"

وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Dan apa yang menyerupai demikian (dsb).


Inilah jalan yang diperoleh oleh Ibnu Aajurrum Ash-Shonhajiy ketika menjelaskan sesuatu beliau tidak ingin bertele-tele dalam berteori.

Maka  ketika menjelaskan apa itu isim fail, beliau hanya menyebutkan fail itu adalah isim yang dirofa'kan yang disebutkan sebelumnya fiilnya.

Sederhana sekali.

Begitu juga ketika menjelaskan fail ada Dua ada dzohir dan dhomir, beliau tidak memberikan definisi tapi langsung contoh.

Ketika beliau memberi contoh :
🔸🔸قَامَ زَيْدٌ ,  وَ يَقُوْمُ زَيْدٌ  dst
Dari contoh ini kita dapat melihat bahwa beliau ingin memberikan kaidah:
√ bagaimana kalau dalilnya mufrod ,
√ bagaimana kalau failnya mutsanna,
√ bagaimana kalau failnya jamak mudzakar Salim
√ bagaimana kalau failnya jamak taksir
√ bagaimana kalau failnya mufrod muannats , mustanna muannats, jamak muannats
√ bagaimana kalau failnya isim yang lima
√ bagaimana kalau failnya diidhofahkan kepada ya' mutakallim

Jadi dengan melihat contoh-contoh yang beliau berikan kita bisa membuat kaidah, menyimpulkan kaidah.

Ketika misalkan failnya mufrod maka rofa'nya dengan dhommah.
🔸🔸قامٙ زٙيدٌ

Kalau failnya mutsanna mudzakkar maka failnya dengan Alif.
🔸🔸قَامَ زيدانِ

Kalau jamak mudzakkar salim maka failnya dengan wawu ,
🔸🔸َ  قَامَ الزَّيْدُوْنَ،

Kalau failnya jamak taksir dhommah :
🔸🔸قَامَ الرِّجَالُ

Kalau dia mufrod muannats dengan dhommah :
🔸🔸وَقَامَتْ هِنْدٌ

Kalau jamak muannats salim dengan dhommah :
🔸🔸َقَامَتِ الهِنْدَاتُ،

Kalau isim yang lima :
🔸🔸وَقَامَ أَخُوْكَ، (bukan akhiika)

Kalau failnya bersambung dengan ya' mutakallim dibacanya :
🔸🔸 وَقَامَ غُلَامِي،  (bukan ghulamuy)


Kelebihan kitab ini tidak panjang berteori tapi banyak memberikan contoh dan dari contohnya kita dapat mengambil semacam kesimpulan.
(Semoga Allah memberkahi ilmu dari Ibnu Aajurrum Ash-Shonhajiy)

-------------------------------------------------------


🔶 الشَّرْحُ : الفَاعِلُ 🔶

 تَعْرِيْفُهُ  لُغَةً : هُوَ مَنْ أَوْجَدَ الفِعْلَ.

Definisi fail secara bahasa لُغَةً
~ هُوَ مَنْ أَوْجَدَ الفِعْلَ.
"Adalah orang yang melakukan sebuah perbuatan"


~~~~~~~

Kalau Antum nanya kenapa dibaca :
~  تَعْرِيْفُهُ  لُغَةً
Ini adalah نائب الظرف atau istilah lainnya :
منصوب بِنزعِ الخافضِ

Asalnya ~>  تَعْرِيْفُهُ في لُغَة , "Ta'rif nya dari sisi lughoh/bahasa".

Tapi في nya dibuang jadi lughotan لُغَةً jadilah dia manshub. Namanya naib dzorof نائب الظرف.

Dia menjadi dzorof disebabkan karena ada huruf fii في yg dibuang.

~~~~~~~



وَاصْطِلَاحًا : هُوَ الاسْمُ المَرْفُوْعُ المَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ.

Adapun makna fail secara istilah : adalah isim yang dirofa'kan yang disebutkan sebelumnya fiilnya.

مِثَالُهُ : قَامَ زَيْدٌ.
إِعْرَابُهُ : قَامَ : فِعْلٌ مَاضٍ، زَيْدٌ : فَاعِلٌ. وَهُوَ اسْمٌ مَرْفُوْعٌ ذُكِرَ قَبْلَهُ فِعْلٌ وَاقِعٌ مِنْهُ.

Contohnya :
🔸Qooma قَامَ adalah fiil madhi
🔸Zaidun زَيْدٌ adalah fail

🔸Zaidun زَيْدٌ adalah isim yang dirofa'kan disebutkan sebelumnya fiil yang ia kerjakan.




🔷 أنْوَعُهُ : ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ

🔷 Macam-macam Fail ada Dua :
1. Ada Fail yang dzohir
2. Ada Fail yang dhomir (mudhmar)


1⃣ *أَوَّلًا : الفَاعِلُ الظَّاهِرُ*

 1⃣ *Pertama : Fa'il yang dzohir*

📖 وَهُوَ يُرْفَعُ بِالضَّمَّةِ
إِذَاكَانَ مُفْرَدًا، نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى: (وَجَآءَ رَبُّكَ ) (١)

Fail yang dzohir itu dirofa'kan dengan dhommah , kapan?
🌠Apabila ia mufrod.

Contohnya , firman Allah سبحانه وتعالى
(وَجَآءَ رَبُّكَ ) (١)
Robbu disini adalah mufrod.
Jamaknya => أرْبابٌ
(Ini dalam surat Al-Fajr ayat 22)


Kemudian dirofa'kan dengan dhommah ,
أَوْ جَمْـعَ مُؤَنَّثٍ سَالِمًا نَحْوُ قَوْلِهِ: (إِذَا جَآءَكُمُ المُؤْمِنَتُ) (٢)

Pertama dirofa'kan dengan dhommah :
🌠 Pertama Mufrod
🌠 Kedua jamak muannats salim

Contohnya , firman Allah سبحانه وتعالى :
إِذَا جَآءَكُمُ المُؤْمِنَتُ (٢)
"Apabila banyak wanita beriman mendatangi kalian"

Maka المُؤْمِنَتُ dhommah. Kenapa? Karena jamak muannats salim kaidahnya marfu' dengan dhommah.


🌠 Ketiga : Jamak Taksir
أَوْجَمْعَ تَكْسِرٍ، نَحْوُ قَوْلِهِ
← (قَالَتِ الأَعْرَابُ) (٣)
"Telah berkata orang Arab"
Dalam surat Al Hujurot ayat 14.

Lihat, الأَعْرَابُ dhommah. Karena jamak taksir.

Jadi kesimpulannya fail yang dzohir marfu' dengan dhommah kalau dia mufrod, jamak muannats salim, dan ketiga jamak taksir.



📖 وَيُرْفَعُ بِالوَاوِ
إِذَ كَانَ جَمْعَ مُذَكَّرٍ سَالِماً،نَحْوُ قَوْلِهِ : (قَالَ الحَوَارِيُّوْنَ) (٤)

Dirofa'kan dengan wawu. Fail dzohir itu dirofa'kan dengan wawu, kapan?

🌠 Pertama ~> إِذَ كَانَ جَمْعَ مُذَكَّرِ سَالِماً apabila ia dalam bentuk jamak mudzakkar salim

Contohnya , firman Allah سبحانه وتعالى :
 (قَالَ الحَوَارِيُّوْنَ) (٤)

Jadi tidak :
❌قَالَ الحَوَارِيِّينٙ ❌
Tapi dengan dhommah.


🌠Kedua ~>
أْوْ مِنَ الأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ،نَحْوُقَوْلِهِ: (قَالَ أَبُوْهُمْ) (٥)
Atau kalau dia termasuk isim yang lima.

نَحْوُقَوْلِهِ: قَالَ أَبُوْهُمْ (٥)
"Telah berkata Bapak mereka"

Jadi ada dua fail dzohir yang rofa'nya itu dengan wawu.
Karena sudah sepakat bahwa yang namanya fail pasti marfu'.
Cuma ada yang marfu'-nya dengan dhommah (sudah disebutkan ada tiga mufrod-jamak muannats salim - jamak taksir) , kemudian kita bahas ada dua yang marfu'-nya dengan wawu (jamak mudzakkar salim dan isim yang lima).

Sebenarnya ini mengulang pelajaran kita di bab
 معرفة العلمة الإعراب


📖 وَيُرْفَعُ بِالأَلِفِ
🌠Di rofa kan dengan Alif , kapan?
🌠 إِذَا كَانَ مُثَنَّى ، نَحْوُ قَوْلِهِ: قَالَ رَجُلَانِ
Dalam surat Al-Maidah ayat 23.

Jadi fail itu sudah pasti marfu'. Marfu'-nya ada yang dengan dhommah, wawu dan Alif.

Apa yang ketika marfu' dengan Alif?
Adalah mustanna.

Contohnya :
قَالَ رَجُلَانِ
Bukan :
قَالَ رَجُلَينِ


Kesimpulan ::
Fail ada yang dzohir dan ada dhomir.

Fail yang dzohir adalah fail yang jelas disebutkan nama pelakunya.

Fail itu marfu', dan marfu'-nya ada yang dengan dhommah, dengan wawu, dan dengan Alif.

Jadi ini kesimpulan dari pelajaran yang pertama dari baabul Fail.

Semoga bermanfaat.

❀━━━••❃❃••━━━❀

Tidak ada komentar:

Posting Komentar