Senin, 06 Maret 2017

Dars 16: Al Mu'rabat (bag.3) Jamak Taksit

📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 7
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 16 :: AL Mu’rabat Bag 3 - Jamak Taksir
⌛ Durasi audio ::  13.53 menit

----------------------------------------------------------------------------------------------


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله  وعلى اله و صحبه  ومن والاه, أما بعد.

Alhamdulillah kita masih melanjutkan pembahasan dari Kitab Al Mumti’ Fii Syarhil Ajurrumiyyah, yang kita masih di bab Al Mu’rabat bil harokat, yakni pembahasan yang kedua. Jadi kita sudah bahas panjang lebar tentang isim mufrad. Yang termasuk mu’rob dengan harokat, yang pertama isim mufrod dan sekarang kita bahas yang kedua.

🍃 ثَنِيًا: جَمْعُ التَكْسِيْرِ:
 Adalah jamak taksir

🔹yang mu’rob dengan harokat:

1⃣- yang pertama isim mufrad

2⃣- yang kedua jamak taksir

🍆 تَعْرِيْفُهُ :
🔸Definisi jamak taksir :
 هُوَ مَا دَلَّ عَلَى أَكْثَرَ مِنِ اثْنَيْنِ أَوْ اثْنَتَيْنِ مَعَ تَغَيُّرٍ فِيْ صِيْغَةِ مُعْرَدِهِ.
Definisi dari jamak taksir adalah kata yang menunjuki atas makna yang lebih dari dua, beserta adanya perubahan dari bentuk mufradnya.

☘ Jika jamak taksir itu bandingkan mufradnya dengan jamak taksirnya. Itu ada perubahan,
📌misalkan بَابٌ berubah menjadi➡ أَبْوَابٌ.
Lihat! ini beda dengan mutsanna dan jamak.

☘Jika mutsanna asalnya
📌misalkan بَابٌ menjadi➡ بَابَانِ/ بَابَيْنِ .

Lihat! Mufradnya sama dengan jamaknya. Sama-sama ba, alif, ba bedanya tambahkan alif nun dan ya’ nun.

☘Begitu juga jamak mudzakkar salim, misalkan
📌asalnya مُسْلِمٌ menjadi➡ مُسْلِمُوْنَ , مُسْلِمِيْنَ .

Lihat urutannya mim, sin, lam, mim. Jadi sebatas mufrad yang ditambahkan waw nun atau ya’ nun dibelakangnya.

☘Tapi jika jamak taksir, ini sangat berbeda.
📌 Misalkan قَلَمٌ menjadi➡ أَقْلَامٌ.

Jadi beda sekali, قَلَمٌ menjadi أَقْلَامٌ. Ini definisi dari jamak taksir. Ada perubahan dari صِيْغَة dari bentuk mufradnya.

____________

🍆حُكْمُهُ:
🔸Hukum I’robnya
يُرْفَعُ باِلضَّمَِّةِ، وَيُنْصَبُ بِالْفَتْحَةِ، وَيُجَرُّ بِالكَسْرَةِ

Jamak taksir ini sama seperti isim mufrad, dia tanda i’robnya selalu yang asli,
- dirafa’kan dengan dhommah,
- dinashobkan dengan fathah,
- dijarkan dengan kasroh.

مِثَالُهُ: رِجَالٌ، وَكُتُبٌ، وَزَيَانِبُ.

📌 Contohnya رِجَالٌ jamaknya➡ رَجُلٌ dia laki-laki,

📌æ كُتُبٌ jamaknya➡ كِتَابٌ, buku-buku.

📌Dan زَيَانِبُ ini jamaknya (dari) زَيْنَبُ "Zainab"

 .æ زَيَانِبُ Zainab-Zainab. Mungkin satu kelas yang namanya Zainab ada banyak. Makanya dibuat jamak taksir زَيَانِبُ .


فَهَذَا النَّوْعُ مِنَ الْجُمُوْعِ تَغَيَّرَتْ فِيْهِ صُوْرَةُ الْمُفْرَدِ حَالَ الْجَمْعِ عَنْ حَالِهَا الأَصْلِيَّةِ قَبْلَ الْجَمْعِ
Maka jamak macam ini, yaitu jamak taksir

 تَغَيَّرَتْ فِيْهِ صُوْرَةُ الْمُفْرَدِ
berubah gambaran mufradnya ketika jamak

 حَالَ الْجَمْعِ عَنْ حَالِهَا الأَصْلِيَّةِ قَبْلَ الْجَمْعِ
dari kedaannya yang semula sebelum jamak.

📝Artinya kalau jamak taksir, ketika mufrad dan jamak taksir, itu beda bentuknya. Seperti tadi saya jelaskan بَابٌ menjadi أَبْوَابٌ bukannya بَابٌ ditambahkan suatu seperti musanna dan jamak mudzakkar salim. Tapi jika jamak taksir betul-betul beda.
📌æ بَابٌ menjadi➡ أَبْوَابٌ
📌æ قَلَمٌ menjadi➡ أَقْلَامٌ
📌æ مَدْرَسَةٌ menjadi➡ مَدَارِسُ

Jadi adanya perubahan صِيْغَة bentuknya

فَمَثَلاً: (رِجَالٌ) مُفْرَدُهُ (رَجُلٌ)
Contohnya رِجَالٌ ini jamak taksirnya, tunggalnya adalah رَجُلٌ .

تَغَيَّرَتْ فِيْهِ صُوْرَةُ مُفْرَدِهِ:
Berubah bentuk mufradnya

بِكَسْرِ الرَّاءِ وَفَتْحِ الْجِيْمِ، وَزِيَادَةِ الأَلِفِ قَبْلَ اللاَّمِ.

Dengan mengkasrohkan ro’ dengan asalnya رَجُلٌ fathah menjadi ri’. Kembali ke وَفَتْحِ الْجِيْمِ، asalnya ju’ رَجُلٌ ju’, jimnya dhommah tapi ketika jamak jadi fathah رِجَا. Bukan رِجُ tapi رِجَا.

وَزِيَادَةِ الأَلِفِ قَبْلَ اللاَّمِ
dan penambahan alif sebelum lam. Jadi kalau mufradanya رَجُلٌ tidak ada alifnya, ketika jamak ada alifnya.

وَ مِنْ أَجْلِ هَذَا التَّغَيُّرِ الَّذِيْ يُشْبِهُ تَكْسِيْرَ الشَّيْءِ بَعْدَ أَنْ كَانَ صَحِيْحًا يُسَمَّى هَذَا النَّوْعُ مِنَ الْجُمُوْعِ جَمْعَ تَكْسِيْرٍ (١), وَهُوَ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ

Dikarenakan perubahan ini yang menyerupai تَكْسِيْرَ الشَّيْءِ  taksir itu kata كَسَرَ, berantakan. Artinya : Membuat sesuatu itu jadi berantakan. Asalnya رَجُلٌ menjadi رِجَالٌ , ini berubah banget.

بَعْدَ أَنْ كَانَ صَحِيْحًا
Setelah sebelumnya dia shohih, asalnya baik menjadi berantakan.

يُسَمَّى هَذَا النَّوْعُ مِنَ الْجُمُوْعِ جَمْعَ تَكْسِيْرٍ
Maka dinamakanlah jamak jenis ini sebagai jamak taksir.

📝Jadi alasan kenapa jamak taksir disebut sebagai jamak taksir karena, dia tidak beraturan. Jadi dia merubah sesuatu yang asalnya seperti :

📌æ رَجُلٌ menjadi berantakan➡ رِجَالٌ
📌æ  ٌقَلَم menjadi أَقْلَامٌ .

Jadi tidak ada aturannya.

____________________



Disini kita lihat catatan kakinya

١ـ وَأَنْوَاعُ التَّغْيِيْرِ الوَاقِعِ فِيْ جَمْعِ التَّكْسِيْرِ سِتَّةٌ، تُنْظَرُ فِيْ غَيْرِ هَذَا الْمُخْتَصَرِ .
Atau boleh juga kita baca تَنْظُرُ

Dan macam-macam perubahan yang terjadi pada jamak taksir itu ada enam.

Jadi ada enam jenis perubahan pada jamak taksir yang kamu bisa lihat atau kalau kita bacanya تُنْظَرُ  "yang bisa dilihat" perubahannya ini  pada kitab selain yang ringkas ini.

Jadi menurut beliau istilahkan, "rujuk !" kitab-kitab lain yang panjang lebar menjelaskan materi ini.

Karena memang kitab Al Mumti’ ini disajikan secara ringkas. Oleh karena itu beliau tidak ingin berpanjang lebar tentang masalah ini silahkan kita rujuk sendiri. Thoyyib

وَهُوَ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ
🔹 dan jamak taksir itu mu'rabnya dengan harokat

نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَ [ اَلرِّجَالُ قَوَّمُوْنَ عَالَنِّسَآءِ ]
contohnya firman Allah Subhanahu Wa Ta’alaa

[ اَلرِّجَالُ قَوَّمُوْنَ عَالَنِّسَآءِ ]
laki-laki itu pemimpin atas wanita. Ini dalam surah Annisa ayat 34.

📌Ini I’robnya disebutkan dalam footnotenya yaitu catatan kakinya

🔍 الرِّجَالُ: مُبْتَدَأُ،
🔍 وَقَوَّامُوْنَ: خَبَرُ المُبْتَدَأ مَرْفُوْعٌ بِالوَاوِ؛.لِاَنَّهُ جَمْعُ مُذَكَّرٍِ سَلِمٍ
الرٍجَالُ: مُبْتَدَأُ،
قَوَّامُوْنَ: خَبَرُ

yang dirofa’kan dengan wawu karena dia jamak mudzakkar salim ketika rofa’ tandanya adalah wawu.

Thoyyib
ف ( الرِّجَالُ ) : جَمْعُ تَكْسِيْرِ مَرْفُوْعٌ،
maka الرِّجَالُ merupakan jamak taksir dirofa’kan

لأَنَّهُ مُبْتَدَأٌ
karena ini sebagai mubtada

وَعَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ
dan tanda rofa’nya adalah dhommah.


وَ قَوْلِهِ تَعَالَى:
☘ dan firman Allah Subhanahu Wa Ta’alaa

(وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَلًا)
dan Allah ciptakan dari keduanya رِجَلًا (laki-laki)

Nah رِجَلًا  disini kita lihat dalam catatan kaki ini
وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَلًا
merupakan surah Annisa ayat 1

 I’robnya
🔍 بَثَّ : فِعْلٌ مَاضٍ ،
🔍 وَفَاعِلُهُ مُسْتَتِرٌ
🔍 بَثَّ : فِعْلٌ مَاضٍ
dan fa’ilnya itu tersembunyi, yakni kembali kepada Allah
 وَ مِنْهُمَا : جَارٌ وَ مَجْرُوْرٌ ،
 jadi huma nya jar majrur
 وَ رِجَالًا : مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ
dan رِجَالًا itu sebagai maful bih yang manshub.


👉Thoyyib

فَ (الرجال) : جَمْعُ تَكْسِيْرٍ   مَنْصُوْبٌ؛ لِأَنَّهُ مَفْعُوٌلٌ بِهِ وَ عَلَامَةُ نَصْبِهِ الفَتْحَةُ
📌Maka رِجَالًا dari ayat
 وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَلًا
ini adalah jamak taksir yang dinashobkan karena dia adalah maful bih dan tanda nashobnya adalah fathah. Thoyyib

🎯وَ قَولِهِ تَعَلَى : {وَ لِلرِجَالِ عَلَيهِنَّ دَرَجَةٌ}
☘ dan juga firman Allah Subhanahu Wa Ta’alaa

{وَ لِلرِجَالِ عَلَيهِنَّ دَرَجَةٌ}
dan bagi laki-laki itu yang memiliki derajat diatas wanita.

فَـ (الرِجَالِ) : جَمعُ التَكسِيرِ مَجرُورٌ، لِأَنَّهُ سُبِقَ بِحَرفِ جَرٍّ وَ عَلَامَةُ جَرِّهِ الكَسرَةُ

☘ Maka الرِجَالُ dalam ayat
 وَ لِلرِجَالِ عَلَيهِنَّ دَرَجَةٌ
Ia merupakan jamak taksir yang dijarkan.
Kenapa dijarkan? Karena dia didahului oleh huruf jar dan tanda jarnya adalah kasroh.

وَ لِلرِجَالِ عَلَيهِنَّ دَرَجَةٌ
ini ada dalam surah Al Baqoroh ayat 228.

I’robnya
٤) البَقَرَةُ : مِنَ الآيَةِ (٢٢٨)
🔍 . لِلرِّجَالِ : الَّامُ : حَرْفٌ جَرٍّ ، وَ الرِّجَالُ : اِسْمٌ مَجْرُوْرٌ ، وَالجَارُ و المَجْرُوْرُ خَبَرٌ مُقَدَّمٌ

jadi الرِجَالِ dalam
 وَ لِلرِجَالِ عَلَيهِنَّ دَرَجَةٌ
merupakan jar majrur sebagai khobar muqoddam. Ini contoh khobar yang didahulukan.

📝Hukum asalnya mubtada dulu baru khobar, tapi ada keadaan dimana khobar boleh dikedepankan bahkan ada keadaan dimana khobar wajib dikedepankan.

Contohnya dalam ayat ini, karena mubtadanya nakiroh  دَرَجَةٌ adalah mubtadanya دَرَجَةٌ mu’akhor. Mubtada yg diakhirkan دَرَجَةٌ karena dia nakiroh, maka khobarnya wajib didahulukan.

 æ📌 وَ لِلرِجَالِ عَلَيهِنَّ دَرَجَةٌ ini wajib. ✔

Tidak boleh
 æ📌 دَرَجَةُ لِلرِجَالِ. ❌

Ini memang harus
Aæ📌 لِلرِجَالِ دَرَجَةٌ ✔. seperti itu.


🔍 وَعَلَيْهِنَّ : جَارٌ وَمَجْرُوْرٌ
dan ayat

 وَعَلَيْهِ جَارٌ وَمَجْرُوْرٌ
🔍وَدَرَجَةٌ : مُبْتَدَأٌ مُؤَخَّرٌ مَرْفُوْعٌ وَعَلاَمَةُ رَفْعِهِ الضَّمَّةُ الظَّاهِرَةُ عَلىَ ا‌َخِرِهِ.

Dan دَرَجَةٌ merupakan mubtada mu’akhor, mubtada yang diakhirkan, marfu’ yang dirofa’kan dan tanda rofa’nya adalah dhommah yang nampak pada akhirnya.

Jadi jelas دَرَجَةٌ itu yang nampak pada akhirnya.

____________________


فَوَائِدَ وَتَنْبِيْهاَتٌ :
Faidah-faidah dan catatan penting

١. يُعْرَبُ جَمْعُ التَّكْسِيْرِ باِلْحَرَكاَتِ الُمُقَدَّرَةِ ، نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى : وَتَرَى النَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَماَهُمْ بِسُكَٰرَى


1🔹Jamak taksir ada juga yang mu’robnya dengan harokat muqoddaroh tentunya kalau kita bicara muqoddaroh, selalu kita bicara pada kata yang diakhiri oleh huruf illat, dalam ayat ini

وَتَرَى النَّاسَ سُكَٰرَىٰ,

æ📌سُكَٰرَىٰ ini ada alifnya. Maka kita katakan سُكَٰرَىٰ yakni, muqoddaroh.
æ📌 الُمُقَدَّرَةٌ alal alifi, ada alif maqsurohnya.


2🔹Kemudian yang kedua

يَجْرِ جَمْعُ التَّكْسِيْرِ بِالْفَتْحَةِ نِيَابَهُ عَنِ الْكَسْرَةِ إِذَا كَانَ غَيْرُ  مُنْصَرِفُ، نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى :<< لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ

Contohnya dalam ayat
 لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ
sungguh Allah benar-benar telah menolong kalian dibanyak negara/wilayah, dibanyak bumi.

☘ Contoh adalah مَوَاطِنَ, bentuknya merupakan shigot muntahal jumu’.
Dan shigot muntahal jumu’ termasuk ghoiru munshorif.

Makanya ketika dia didahului huruf jar
æ📌 tidak dibaca  فِي مَوَاطِنِ ❌
æ📌 tetap فِي مَوَاطِنَ.

Dan juga وَ قَوْلِهِ تَعَالَى contohnya juga firman Allah Subhanahu Wa Ta’alaa :

 وَلَقَدْ زَيَّنَّ  السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ

☘ Sungguh kami telah menghiasi langit dunia dengan مَصَابِيحَ jamaknya (misbah) lampu, tapi yang dimaksud adalah bintang-bintang.

æ📌 مَصَابِيحَ ini ghoiru munshorif, kenapa? karena dia shigot mumtahal jumu’.

Intinya yang ingin disampaikan oleh pengarang kitab Al Mumti’, Syaikh Salim, bahwa cara mengi’robnya sama seperti isim mufrod.

✒ Jika isim mufrod diakhiri oleh huruf illat, maka dia muqoddaroh.
✒ Kemudian kalau isim mufrod dan jamak taksir tandanya bukan tanda aslinya tetapi tetap harokat.

📝Maka kita katakan نِيَابَة . Jadi kalau kita mengi’rob tadi
فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ :
فِي حَرْفٌ جَرٍّ
مَوَاطِنَ مَجْرُوْرٌ بِ(فِيْ) وَعَلَامَةُ جَرِّهِ " فَتْحَةٌ نِيَابَةً " عَنِ الْكَسْرَةِ

dan tanda jarnya adalah fathah,

 نِيَابَةً عَنِ الْكَسْرَةِ
sebagai ganti dari kasroh.


Thoyyib barangkali cukup sampai disini, semoga bermanfaat.

--------------------------------------

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



✍🏻 Tim Transkrip BINAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar