•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 16
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 35 :: Bab An Nawaasikh
°°Kaana dan Saudaranya°°
⌛ Durasi audio :: 24.49 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله و صحبه ومن والاه, أما بعد.
Alhamdulillah kita lanjutkan pelajaran kita dari Kitab Al Mumti’ Fii Syahril Ajurrumiyyah, dan alhamdulillah kita sudah sampai ke بَابُ النَّوَاسِخِ, bab tentang Amil-amil perusak.
قَالَ الْمُصَنِّفُ رحمه الله تعالى
بَابُ العَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَى المُبْتَدَإ وَالخَبَرِ : وَ هِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ :
١ ★ كَانَ وَأَخَوَتُهَا،
٢ ★ وَإِنَّ وَأَخَوَاتُهَا،
٣ ★ وَظَنَنْتُ وَ أَخَوَاتُهَا
🍁🍃 Bab tentang amil-amil yang masuk atas mubtada dan khabar🍁🍃
Dan dia itu ada 3:
1☆. Kaana dan saudaranya,
2☆. Inna dan saudaranya,dan
3☆. Dzhanantu dan saudaranya.
الشَّرْحُ :
Penjelasan:
المُبْتَدَأُ وَالخَبَرُ مَرْفُوْعَانِ،
Mubtada dan khabar itu keduanya rofa’.
وَلَكِنْ قَدْ يَدْخُلُ عَلَيْهِمَا عَامِلٌ لَفْظِيٌّ فَيُغَيِّرُ وَيَنْسَخُ حُكْمَهُمَا السَّابِقَ، وَتُسَمَّى هَذِهِ العَوَامِلَ بِا النَّوَاسِخِ.
Jadi hukum asalnya mubtada dan khabar itu marfu’ keduanya.
Akan tetapi terkadang, mubtada dan khabar ini kemasukan amil lafdzi, amil yang berupa lafadz,
Maka amilnya itu mengubah dan menghapus hukum keduanya yang lalu.
Yang artinya, yang asalnya mubtada dan khabar itu marfu’, bisa berubah menjadi yang lain.
وَتُسَمَّى هَذِهِ العَوَامِلَ بِا النَّوَاسِخِ.
Dan dinanamakan seluruh amil ini dengan An-Nawaasikh النَّوَاسِخِ.
Dari kata نَسَخَ , yaitu artinya adalah perusak.
Kenapa dinamakan annawasikh, dari kata نَاسِخٌ
Bentuk jamak dari نَاسِخٌ.
Karena amil-amil ini, yaitu kaana, inna, dan dzhana, ini merusak mubtada dan khabar yang asalnya marfu keduanya.
Sebagaimana nanti akan kita pelajari.
○○ Kalau kaana itu menjadikan isimnya tetap marfu’, tapi khabarnya jadi manshub.
○○ Adapun inna, sebaliknya, isimnya atau mubtadanya jadi manshub, khabarnya tetap marfu’.
○○ Adapun dzhanantu dan saudaranya, ia menashabkan keduanya.
Bahkan kalau dzhanantu dan saudaranya, ini benar-benar mengubah mubtada dan khabar, menjadi manshub keduanya.
وَالنَّوَاسِخُ : هِيَ : جَمْعُ نَاسِخٍ،
Dan النَّوَاسِخُ merupakan jamak dari kata: نَاسِخٌ
وَالنَّسْخُ فِي اللُّغَةِ لَهُ مَعَانٍ
Dan naskh, menghapus, ini di dalam bahasa memiliki banyak makna, مِنْهَا : الإزَالَةُ،
Diantaranya: الإزَالَةُ
Artinya "menghilangkan".
يُقَالُ : نَسَخَتِ الشَّمْسُ الظِّلَّ إذَا أَزَالَتْهُ.
Contohnya, dikatakan:
نَسَخَتِ الشَّمْسُ الظِّلَّ إذَا أَزَالَتْهُ.
"Matahari menghapus bayangan".
Artinya, kalau ada matahari, tentu bayangan itu menghilang.
إذَا أَزَالَتْهُ.
"Apabila ia menghilangkannya"
وَفِي الاِصْطِلاَحِ : إِزَالَةُ حُكْمِ المُبْتَدَإِ وَالخَبَرِ.
Dan di dalam istilah إِزَالَةُ ini adalah menghapus, atau menghilangkan hukum mubtada dan khabar.
■ أَنْوَاعُهَا : هِيَ ثَلاَثَةُ أَنْوَاعٍ :
■ Macam amil nawasikh ini ada 3
🔸🔹🔸١ - مَا يَرْفَعُ المُبْتَدَأَ وَيَنْصِبُ الخَبَرَ،
🏷 Yang pertama:: yang merofa’kan mubtada, dan menashabkan khabar
🍁 وَهِيَ : كَانَ وَ أَخَوَاتُهَا،
Dan dia itu adalah kaana dan saudara-saudaranya.
وَكُلُّهَا أَفْعَالٌ،
Dan semuanya ini, yaitu Kaana dan saudaranya, adalah fiil.
وَيُسَمَّى الأوَّلُ مِنْ مَعْمُولَي (كَانَ) إِسْمَهَا، وَيُسَمَّى الثَّانِي : خَبَرَهَا، مِثْلُ : كَانَ زَيْدٌ نَشِيْطًا
Dan dinamakan yang pertama dari dua ma’mulnya kaana.
*kalau ada istilah ‘amil, nanti ada istilah ma’mul*.
*Jadi ‘amil itu faktor yang menjadikan sesuatu berubah*.
Adapun *ma’mul adalah istilah untuk kata yang diubah dengan sebab adanya ‘amil.*
Kalau kita bicara kaana, maka ada dua ma’mul. Karena kaana ini dia merusak mubtada dan khabar.
Ketika ada kaana didepannya, kita tidak lagi mengatakan kaana, kemudian mubtadanya kaana dan khabarnya kaana, tapi kita ganti istilahnya menjadi isimnya kaana.
Jadi yang asalnya namanya mubtada, ketika ada kaana, ma’mulnya ini dinamakan isimnya kaana.-
Adapun yang kedua, asalnya khabar mubtada, menjadi khabar kaana.
Contohnya:
كَانَ زَيْدٌ نَشِيْطًا.
☆ Zaidun زَيْدٌ disini sebagai isimnya kaana, marfu’,
☆ Kemudian نَشِيْطًا sebagai khabar kaana, manshub
🔸🔹🔸٢ - مَا يَنْصِبُ المُبْتَدَأَ وَيَرْفَعُ الخَبَرَ،
🏷 Yang kedua:
√ Apa yang menashabkan mubtada dan merofa’kan khabar.
Ini lawannya kaana. Kalau kaana merofa’kan mubtada dan menashabkan khabar.
Adapun yang ini yaitu inna dan saudaranya, dia menashabkan mubtada’ dan merofa’kan khabar.
🍁 وَهِيَ : إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا،
Dan dia itu adalah inna dan saudaranya
وَهِيَ حُرُوْفٌ،
🅾 Inna dan saudaranya ini adalah huruf,
🅾 sebagaimana kaana dan saudaranya adalah fi’il semua.
Jadi ini, harus kita ingat-ingat dan pahami bahwa, kalau kaana dan saudaranya adalah semuanya adalah fi’il.
Meskipun fi’ilnya adalah fi’il naqish, fi’il yang kurang.
Kenapa dikatakan kurang?
==» Karena dia fi’il tapi tidak ada failnya.
Jadi dia fi’il tapi bukannya punya fail, tapi dia punyanya isim dan khabar.
Inilah kenapa disebut dengan fi’il naqish. Salah satu sebabnya seperti itu.
Kemudian kalau inna dan saudara2nya, itu semuanya adalah huruf, bukan fi’il.
وَيُسَمَّى الأَوَّلُ مِنْ مَعْمُولَي (إِنَّ) إِسْمَهَا، وَيُسَمَّى الثَّانِي خَبَرَهَا،
Dan dinamakan ma’mul yang pertama, adalah isimnya inna.
_sama seperti kaana tadi, mubtadanya diganti namanya menjadi isim inna_.
Dan dinamakan yang kedua khabarnya inna.
»» مِثْلُ إنَّ زَيْدًا نَشِيْطٌ.
Perhatikan, kalau kaana ::
»» كَانَ زَيْدٌ نَشِيْطًا.
Kalau inna,
»» إنَّ زَيْدًا نَشِيْطٌ.
Kebalikannya kaana.
Dimana إنَّ زَيْدًا نَشِيْطٌ ::
» Zaidan زَيْدًا Isimnya inna, manshub,
» dan نَشِيْطٌ Khabarnya inna, marfu
🔸🔹🔸٣- مَا يَنْصِبُ المُبْتَدَأَ وَالخَبَرَ،
🏷 Yang ketiga:
√ Yang menashabkan mubtada dan khabar.
Jadi kalau tadi kaana dan inna salah satunya saja yang dinashabkan.
Tapi kalau dzanantu dan saudaranya ini, ini dua-duanya dinashabkan, mubtada maupun khabar keduanya manshub.
🍁 وَ هِيَ : ظَنَّ وَ أَخَوَاتُهَا، وَهِيَ أَفْعَالٌ
Dan yang menashabkan mubtada dan khabar ini adalah dzanna dan saudara2nya
وَهِيَ أَفْعَالٌ
Dzanna dan saudaranya ini adalah fi’il.
وَيُسَمَّى الأَوَّلُ مِنْ مَعْمُولَي (ظَنَّ) وَأَخَوَاتِهَا : مَفْعُوْلاً أَوَّلاً،
Dinamakan ma’mul yang pertama dari dua ma’mulnya dzanna dan saudaranya adalah maf’ul awwal,
وَالثَّانِي مَفْعُوْلاً ثَانِيًا،
dan ma’mul yang kedua disebut sebagai maf’ul tsani.
مِثْلُ : ظَنَنْتُ زَيْدًا نَشِيْطًا.
Jadi ini juga ada istilah yang berbeda.
Jadi kalau kaana dan inna menggunakan istilah ::
●● isimnya kaana , khabarnya kaana
●● isimnya inna ,khabarnya inna
●● adapun dzanantu, istilahnya bukan isim dan khabar, tapi maf’ul, maf’ul awwal – maf’ul tsani.
Karena dzanna dan saudara-saudaranya ini termasuk yang menashabkan dua isim.
Jadi butuh kepada dua maf’ul.
Kalau biasanya kalau kita membuat kalimat yang ada maf’ulbihnya, cukup satu ya, misalkan kita katakan:
رَكِبْتُ الفَرَسَ
"Saya menunggangi kuda"
Cukup satu saja…
Adapun dzanantu dan saudaranya, ini mafulnya perlu dua.
Sebagaimana kita katakan
ظَنَنْتُ زَيْدًا نَشِيْطًا.
"Saya menyangka Zaid itu rajin"
Kalau kita hanya mengatakan
√ ظَنَنْتُ زَيْدًا saja
Tidak faham kita, “saya menyangka si Zaid”, kenapa si Zaid?
»» Harus disempurnakan dengan نَشِيْطًا.
Dibawahnya ini ada semacam bagan ya, bahwa Annawasikh ada 3:
1. كَانَ وَأَخَوَاتُهَا,
2. إِنَّ وَ أَخَوَاتُهَا
3. ظَنَّ وَ اَخَوَاتُهَا
🍂 Dimana كَانَ وَأَخَوَاتُهَا,
⬅ تَرْفَعُ الاسْمَ وَتَنْصِبُ الخَبَرَ
à contohnya كَانَ زَيْدٌ نَشِيْطًا
🍂 Adapun إِنَّ وَ أَخَوَاتُهَا
⬅ تَنْصِبُ الاسْمَ وَتَرْفَعُ الخَبَرَ
à contohnya إَنَّ زَيْدًا نَشِيْطٌ
🍂 Dan ظَنَّ وَ اَخَوَاتُهَا
⬅ تَنْصِبُ ألاسْمَ وَالخَبَرِ (menashobkan keduanya)
à contohnya ظَنَنْتُ زَيْدًا نَشِيْطًا.
Thayyib…
------------------------------------------------------------
Kita bahas yang pertama dulu:
أُوَّلاً: كَانَ أَخَوَاتُهَا
🌴 Yang pertama: *Kaana dan Saudara2nya*
قَالَ المُصَنِّفُ:
Berkata penulis:
(فَأَمَّا كَانَ وَ أَخَوَاتُهَا: فَإِنَّهَا تَرْفَعُ الاسْمَ، وَ تَنْصِبُ الخَبَرَ،
Maka adapun kaana dan saudara-saudaranya, maka dia itu merofa’kan isim dan menashabkan khabar.
※※ وَ هِيَ: كَانَ، وَ أَمْسَى، وَ أَصْبَحَ، وَ أَضْحَى، وَ ظَلَّ، وَ بَاتَ، وَ صَارَ، وَ لَيْسَ، وَ مَازَالَ، وَ مَاانفَكَّ، وَ مَافَتِئَ، وَ مَابَرِحَ، وَ مَادَامَ، وَ مَاتَصَرَّفَ مِنْهَا،
Dan kaana dan saudaranya itu adalah:
â 🍀 كَانَ،
â 🍀 أَمْسَى, di waktu sore
â 🍀 أَصْبَحَ، di waktu subuh
â 🍀 أَضْحَى، di waktu dhuha
Dan memang *saudaranya kaana ini kebanyakannya adalah keterangan waktu.*
â 🍀 ظَلَّ، di waktu siang
â 🍀 بَاتَ، di waktu malam
â 🍀 صَارَ، menjadi
â 🍀 لَيْسَ، tidak
â 🍀 مَازَالَ، مَاانفَكَّ, مَافَتِئَ، مَابَرِحَ، مَادَامَ
→semua artinya senantiasa
وَ مَاتَصَرَّفَ مِنْهَا
»» dan apa2 yang di tasrif darinya.
Artinya tidak cuma كَانَ saja, tapi
يَكُونُ – كُنْ
jadi bukan hanya fiil madhi kaananya saja, tapi turunan/tasrifannya kaana, seperti:
كَانَ – كَانَا – كَانُوا , dan seterusnya
Begitupun tasrif istilahiy-nya ::
كَانَ – يَكُونُ – كُنْ
Ini semuanya juga bisa menjadi amil nawasikh.
ini yang dimaksud dengan وَمَاتَصَرَّفَ مِنْهَا
نَحْوُ: كَانَ، وَ يَكُوْنُ، وَ كُنْ، وَأَصْبَحَ، وَيُصْبِحُ، وَأَصْبِحْ
Contohnya:
كَانَ – يَكُونُ – كُنْ
أَصْبَحَ – يُصْبِحُ - أَصْبِحْ
Jadi yang menjadi amil nawasikh bukan hanya fi’il madhinya saja, bukan hanya أَصْبَحَ saja.
Tapi mudhari’nya يُصْبِحُ
Fiil amrnya أَصْبِحْ
Ini semuanya juga berlaku amil nawasikh
√ تَقُوْلُ: كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا،
"Zaid itu berdiri"
√ وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا
"Dan tidaklah si Amr hadir"
وَ مَا أَشْبَهَ ذَلِكَ
Dan apa-apa yang menyerupai yang demikian
●● الشَرْحُ:
●● Penjelasan ●●
كَانَ وَ أَخَوَاتُهَا: هِيَ: كَانَ، وَ أَمْسَى، وَ أَصْبَحَ، وَ أَضْحَى، وَ ظَلَّ، وَ بَاتَ، وَ صَارَ، وَ لَيْسَ، وَ مَازَالَ، وَ مَاانفَكَّ، وَ مَافَتِئَ، وَ مَابَرِحَ، وَ مَادَامَ.
Kaana dan saudara-saudaranya itu adalah:
*كَانَ، أَمْسَى، أَصْبَحَ، أَضْحَى، ظَلَّ، بَاتَ، صَارَ، لَيْسَ، مَازَالَ، مَاانفَكَّ، مَافَتِئَ، مَابَرِحَ، مَادَامَ.*
Kalau kita menemukan yang semacam ini, patut bagi kita untuk menghafalnya. Karena Jurumiyyah ini, Masya Allah, merupakan kitab yang ringkas.
Dengan kita menghafalnya, maka ini akan memudahkan dalam berhujjah, di dalam bidang nahwu.
Jadi sekalipun kita agak sulit menghafal matan Al Jurrumiyyah secara keseluruhan, maka minimal kita menghafalkan huruf-huruf atau amil-amil yang disebutkan dalam kitab Jurrumiyyah ini.
Mungkin kita tidak punya waktu untuk menghafal keseluruhan teks dari bab tentang nawasikh ini.
Minimal ketika ada pembagian amil-amil seperti ini, kita hafal.
Jadi minimal kita hafal yang ininya. Kita hafalkan amil nawasikh, kaana dan saudaranya itu.
كَانَ، أَمْسَى، أَصْبَحَ، أَضْحَى، ظَلَّ، بَاتَ، صَارَ، لَيْسَ، مَازَالَ، مَاانفَكَّ، مَافَتِئَ، مَابَرِحَ، مَادَامَ.
Ini harus dihafalkan.
عَمَلُهَا: تَرْفَعُ الاسْمَ وَ تَنْصِبُ الخَبَرَ.
*Amalnya adalah merofa’kan isim dan menashabkan khabar.*
مِثَالُهَا: كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا.
Contohnya:
√ كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا.
Asalnya
√ زَيْدٌ قَائِمٌ
"Zaid berdiri"
Ketika ada كَانَ berubah hukumnya, jadi
◎◎ كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا.
إِعْرَابُهُ:
I’rabnya:
√ كَانَ: فِعْلٌ مَاضٍ نَاسِخٌ يَرْفَعُ الاسْمَ وَ يَنْصِبُ الخَبَرَ.
Ini cara i’rab kaana ya..
Kaana adalah fi’il madhi naasikh, merofa’kan isim dan menashabkan khabar
√ زَيْدٌ: اسْمُ كَانَ مَرْفُوْعٌ، وَ عَلَامَةُ رَفْعِهِ الضَمَّةُ الظَاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
√ قَائِمًا: خَبَرُ كَانَ مَنْصُوْبٌ وَ عَلَامَةُ نَصْبِهِ الفَتْحَةُ الظَاهِرَةُ عَلَى آخِرِهِ.
Ini insya Allah cukup jelas.
-------------------------------------
وَ كَانَ وَ أَخَوَاتُهَا تَنْقَسِمُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ:
○●» أَحَدُهَا: مَا يَعْمَلُ هَذَا العَمَلَ بِلَاشَرْطٍ:
○وَ هِيَ ثَمَانِيَةُ أَلفَاظٍ:
Jadi kaana dan saudaranya ini, terbagi menjadi tiga kelompok.
🔸🔸*Yang pertama:*
*kelompok yang beramal seperti amal ini, yakni merofa’kan isim dan menashabkan khabar, dengan tanpa syarat.*
Pokoknya langsung berlaku tentang amil nawasikh, dan itu ada 8 lafadz, yaitu:
💧 ١- كَانَ
💧٢- أَمْسَى،
💧٣- أَصْبَحَ،
💧٤- َ أَضْحَى،
💧٥- ظَلَّ،
💧٦- بَاتَ،
💧٧- صَارَ،
💧٨- لَيْسَ
Apa itu kaana?
○○ *كَانَ:* وَ هِيَ تُفِيْدُ اتِّصَافَ الاسْمِ بِالخَبَرِ فِي المَاضِي، مِثْلُ: كَانَ البَرْدُ شَدِيْدًا.
_Kaana ini digunakan yang memberikan faidah, berupa اتِّصَافَ الاسْمِ mensifati isim dengan khabar pada masa lalu_
مِثْلُ: كَانَ البَرْدُ شَدِيْدًا.
Barusan,
Kaana كَانَ itu telah terjadi di lampau.
البَرْدُ شَدِيْدًا.
"Dinginnya itu sangat"
Syadiidan شَدِيْدًا artinya "Sangat", “barusan sangat dingin”
○○ *أَمْسَى* »» وَ هِيَ تُفِيْدُ اتِّصَافَ الاسْمِ بِالخَبَرِ فِي المَسَاءِ، مِثْلُ: أَمْسَى زَيْدٌ ذَاكِرًا.
Adapun amsaa yakni bermanfaat/berfaidah untuk mensifati isim dengan khabar di waktu sore.
Contohnya:
◎ أَمْسَى زَيْدٌ ذَاكِرًا.
"Di waktu sore si Zaid itu ingat/berdzikir"
○○ *أَصْبَحَ* »» وَ هِيَ تُفِيْدُ اتِّصَافَ الاسْمِ بِالخَبَرِ فِي الصَّبَاحِ،
Dan ashbaha ini berfaidah mensifati isim dengan khabar di waktu subuh.
Contohnya:
◎ أَصْبَحَ البَرْدُ شَدِيْدًا.
"Diwaktu subuh sangat dingin."
○○ *أَضْحَى* »» وَهِيَ تُفِيْدُ اتِّصَافَ الاسْمِ بِالْخَبَرِ فِيْ الضُّحَى، مِثْلُ: أَضْحَى زَيْدٌ نَشِيْطًا.
Adh-ha ini mensifati isim dengan khabar di waktu dhuha.
Contohnya:
◎ أَضْحَى زَيْدٌ نَشِيْطًا.
"Diwaktu dhuha, Zaid itu rajin."
○○ *ظَلَّ* »» وَهِيَ تُفِيْدُ اتِّصَافَ الاسْمِ بِالْخَبَرِ فِيْ النَّهَارِ، مِثْلُ: ظَلَّ زَيْدٌ صَائِمًا.
Jadi ini mensifati isim dengan khabar di waktu siang.
Contohnya:
ظَلَّ زَيْدٌ صَائِمًا.
"Diwaktu siang, Zaid itu berpuasa."
○○ *بَاتَ* »» وَهِيَ تُفِيْدُ اتِّصَافَ الاسْمِ بِالْخَبَرِ فِيْ الْلَّيْلِ، مِثْلُ: بَاتَ زَيْدٌ مُصَلِّيًا.
Jadi بَاتَ ini berfaidah untuk memberikan sifat isim dengan khabar di waktu malam.
Contohnya:
بَاتَ زَيْدٌ مُصَلِّيًا.
"Diwaktu malam Zaid itu shalat."
○○ *صَارَ* »» وَهِيَ تُفِيْدُ تَحَوُّلَ الاسْمِ إٍلَى الْحَالَةِ الَّتِيْ يَدُلُّ عَلَيْهَا الْخَبَرُ:
Adapun صَارَ berfaidah merubah isim kepada kondisi yang ditunjuki oleh khabar.
Jadi kalau صَارَ ini, merubah kondisi isim kepada kondisi yang ditujukan oleh khabar.
Contohnya:
صَارَ الْعَجِيْنُ خُبْزًا
"Tepung itu menjadi roti."
Dimana disini, menunjukkan bahwa tepung ini berubah menjadi roti.
○○ *لَيْسَ* »» وَهِيَ تُفِيْدُ نَفْيَ الْخَبَرِ عَنِ الاسْمِ، مِثْلُ قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىِٰ﴾
Adapun لَيْسَ , dia berfaidah untuk menafikan khabar dari isim .
Contohnya adalah firman Allah Subhaana wa Ta’ala :
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىِٰ
"Dan tidaklah laki-laki itu seperti wanita."
Ini dalam Surat Ali Imran ayat 36.
--------------------------------------------
وَالثَّانِي: مَا يَعْمَلُ بِشَرْطِ تَقَدُّمِ نَفْيٍ:
🔸🔸*Dan yang kedua:*
Jadi kalau 8 lafadz yang tadi, dari كَانَ sampai لَيْسَ, tidak ada syaratnya.
Memang semuanya adalah amil nawasikh.
Adapun kelompok yang kedua, *kelompok yang beramal dengan syarat didahului oleh nafiy.*
وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَلْفَاظٍ
Dan dia itu ada 4 lafadz, yaitu:
🍁 ١- زَالَ،
🍁 ٢- بَرِحَ،
🍁 ٣- فَتِئَ،
🍁 ٤- انْفَكَّ
=» وَهِيَ تُفِيْدُ الْاِسْتِمْرَارَ،
Dan dia berfaidah berkelanjutan, senantiasa.
نَحْوُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ: "مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِ
Contohnya sabda Rasulullah Shallallahu’alayhi wassalam
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِ
"Senantiasa"
Jadi مَا زَالَ itu artinya
الْاِسْتِمْرَارَ
Selalu, berkelanjutan
“Senantiasa Jibril itu mewasiatkan/memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga”
Ini merupakan hadits Mutafaqun ‘alayh dari Ibnu Umar dan ‘Aisyah radhiallahu’anhum ‘ajma’iin.
وَنَحْوُ قَوْلِكَ: مَا بَرِحَ زَيْدٌ قَارِئًا،
"Senantiasa si Zaid itu membaca"
وَمَا فَتِئَ عَمْرٌو ذَاكِرًا،
"Dan senantiasa Amr itu berdzikir"
وَمَا انْفَكَّ بَكْرٌ مُصَلِّيًا.
"Dan Bakr itu senantiasa shalat."
Jadi kalau 🔹زَالَ، بَرِحَ، فَتِئَ، انْفَكَّ🔹
🍁 Tidak beramal seperti amil nawasikh, kecuali kalau di depannya ada nafiy.
Seperti مَا atau لَا
Jadi مَازَالَ، مَاانفَكَّ، مَافَتِئَ، مَابَرِحَ
Kalau tanpa مَا di depannya atau لَا didepannya, maka ini tidak berlaku amil nawasikh, ini syarat.
--------------------------------------------
وَالثَّالِثُ: مَا يَعْمَلُ بِشَرْطِ تَقَدُّمِ (مَا) المَصْدَرِيَّةِ الظَّرْفِيَّةِ:
🔸🔸*Yang ketiga:*
*Apa yang beramal dengan syarat ia didahului مَا mashdariyyah dzarfiyyah*
وَهُوَ (دَامَ) لَا غَيْرُ،
Dan dia itu adalah دَامَ saja, tiada ada yang lain. Artinya cuma دَامَ.
وَهِيَ تُفِيْدُ بَيَانَ المُدَّةِ،
Dan dia itu menjelaskan, memberi faidah
بَيَانَ المُدَّةِ
menjelaskan مُدَّةِ (itu masa waktu).
نَحْوُ قَوْلِ تَعَالَى:﴿وأَوْصَنِي بِالصَّلَوةِ وَالَّزَّكَوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا﴾(۳)
"Dan Ia mewasiati aku supaya shalat dan zakat, مَا دُمْتُ حَيًّا selama saya hidup"
*Jadi مَادَامَ »» Memberikan faidah, menjelaskan tenggat waktu.*
Artinya dalam ayat ini,
وأَوْصَنِي بِالصَّلَوةِ وَالَّزَّكَوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
menunjukkan bahwa yang diwasiatkan kepadanya untuk melakukan shalat dan zakat, kapan?
مَا دُمْتُ حَيًّا
“selama saya hidup”
Jadi ini menjelaskan tenggat waktu atau masa waktu.
أَيْ مُدَّةَ دَوَامِي حَيًّا
"Artinya sepanjang aku hidup"
وَ مَعْنَى قَوْلِ الْمُصَنِّفِ رَحِمَهُ اللّٰهُ:
(وَمَا تَصَرَّفَ مِنْهَا ) أَيْ مِنْ كَانَ وَ أَخَوَاتِهَا ، فَإِنَّهُ يَعْمَلُ عَمَلَ الْمَضِي، سَوَاءٌ كَانَ مُضَارِعًا أوْ أَمَرًا أَوْ غَيْرُ ذَالِكَ، تَقُوْلُ :
🔹 كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا،
🔹 وَ يَكُوْنُ زَيْدٌ قَائِمًا،
🔹 وَ كُنْ قَائِمًا.
Adapun maksud dari perkataan Mushannif رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالى ::
وَمَا تَصَرَّفَ مِنْهَا
Maksudnya, dari kaana dan saudaranya.
Artinya tasrifan dari
كَانَ، أَمْسَى، أَصْبَحَ، أَضْحَى، ظَلَّ، dan seterusnya
Ini juga beramal, sebagai amail nawasikh.
------------
فَإِنَّهُ يَعْمَلُ عَمَلَ الْمَضِي،
Maka sesungguhnya ia itu beramal, seperti amalan fi’il madhinya.
سَوَاءٌ كَانَ مُضَارِعًا أوْ أَمَرًا أَوْ غَيْرُ ذَالِكَ
Sama saja apakah ia adalah fi’il mudhari’ atau amr, atau yang selain itu.
تَقُوْلُ : كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا، وَ يَكُوْنُ زَيْدٌ قَائِمًا، وَ كُنْ قَائِمًا.
Artinya baik fiil mudhari’nya, ataupun fi’il amrnya, itu beramal seperti fi’il madhinya.
○○ Yaitu merofa’kan isim, dan menashabkan khabar.
Ini yang dimaksud dengan
يَعْمَلُ عَمَلَ الْمَضِي
Jadi bukan berarti mudhari’ dan amrpun maknanya madhi, tapi yang dimaksud disini adalah mudhari dan amrnya mengikuti fi’il madhinya.
Yaitu sama-sama merafakan isim dan menashabkan khabar.
وَقَوْلُهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ :
◎◎ ﴿لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ﴾
Dan sabda Nabi Shallallahu’alayhi Wassalam,
“senantiasa lisanmu basah dari berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla”
Ini hadits riwayat Ahmad dari Abdullah bin Busyr radhiallahu’anhu.
Ana rasa cukup disini ya, karena sudah lumayan panjang audionya.
Semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
Jazakillah khairan kashiira
BalasHapusMohon izin belajar.
Mohon izin belajar
BalasHapusBoleh ikut belajarnya tidak ustdz
BalasHapusAlhamdulillah bermanfaat,mohon izin belajar ustz.
BalasHapusBagus ustadz penjelasaanyaa,saya pengen audionyaa
BalasHapusBagus ustadz penjelasaanyaa,saya pengen audionyaa
BalasHapusKalau mau liat dari bab sebelumnya abelum nya dmn ya ustadz
BalasHapusMohon berikan saya tiga contoh selain dzaidun ko imun ust
BalasHapusعمرو جالس
BalasHapus