Senin, 06 Maret 2017

Dars 32 : Naibul Fail

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 14
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 32 :: Na'ibul Fa'il
⌛ Durasi audio ::  20.32 menit

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله  وعلى اله و صحبه  ومن والاه, أما بعد.

Alhamdulillah kita lanjutkan kembali pelajaran kita dari kitab Al-Mumti' fii Syarhil Ajurrumiyah. Alhamdulillah kita sudah sampai di pembahasan نَائِبُ الفَاعِلِ , bab tentang Na'ibul fa'il.

قَالَ المُصَنِّفُ (رحم الله تعالى):
(بَابُ المَفْعُولِ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ:

Telah berkata pengarang kitab jurumiyah, Ibnu Ajurrum As-Shonhaji
Bab tentang maf'ul yang tidak disebutkan fa'ilnya.


وَهُوَ الاِسْمُ المَرْفُوْعُ الَّذِي لَمْ يُذْكَرْمَعَهُ فَاعِلُهُ،

🔹Dan maf'ul yang tidak disebutkan fa'ilnya ialah, isim yang dirofa'kan yang tidak disebutkan bersamanya fa'ilnya.

فَإِنْ كَانَ الفِعْلُ مَاضِيًا،ضُمَّ أَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَاقَبْلَ آخِرِهِ
🔹Maka jika fi'ilnya itu adalah fi'il madhi, di dhommahkan huruf yang pertama, dan dikasrohkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir.

وَإِنْ كَانَ مُضَرِعًا، ضُمَّ أَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَاقَبْلَ آخِرِهِ
🔹Dan jika ia adalah fi'il mudhari, didhommahkan huruf pertama dan difathahkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir.

______________________________

●● Penjelasan ●●

الشَّرْحُ: بَعْدَ أَنْ فَرَغَ المُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ مِنَ الفَاعِلِ ، شَرعَ فِيْ النَّئِبِ عَنِ الفَاعِلِ،
Setelah Mushonnif selesai menjelaskan tentang fa'il, maka pada bab ini Mushonnif mulai menerangkan tentang Na'ibul fa'il.

🔹Kata na'ib dari sisi bahasa artinya pengganti. Na'ib itu artinya pengganti.

لأَِنَّ حُكْمَهُ كَحُكْمِ الفَاعِلِ فِيْ وُجُوهٍ كَثِيْرَةٍ،

Kenapa namanya Na'ibul fa'il? Ini dijelaskan kenapa namanya pengganti fa'il. Karena hukum dari na'ibul fa'il itu seperti hukum fa'il dari banyak sisi.

وَسَمَّاهُ المَفْعُوْلَ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ
Dan Mushonnif menamainya dengan maf'ul yang tidak disebutkan fa'ilnya.
Ini nama panjangnya,  versi panjang dari na'ibul fa'il, yaitu ::
"المَفْعُوْلَ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ"

 أَيْ: لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ لِقِيَامَةِ مُقَامَهُ
🔹Kalau ada na'ibul fa'il, maka fa'il nya tidak disebutkan lagi.
Kenapa?
لِقِيَامَةِ مُقَامَهُ
Karena Na'ibul fa'il ini sudah menggantikan kedudukannya si-fa'il.
Makanya kalau sudah ada na'ibul fa'il, fa'il tidak boleh disebutkan lagi. Itulah kenapa ini namanya na'ibul fa'il (pengganti), kalau pengganti sudah ada maka yang diganti tidak perlu disebutkan lagi.


__________________________

📑👣
Kita lihat catatan kaki nya

(١) إِذَا رَأَيْتَ زَيْدًا يَقْطَعُ غَصْنًا مِنْ شَجَرَةٍ، وَأَرَدْتَ أَنْ تُخْبِرَ عَنْ ذَلِكَ، تَقُوْلُ : قَطَعَ زَيْدٌ الغَصْنَ،
Jika kamu melihat si Zaid sedang memotong dahan atau cabang pohon, dan kamu ingin mengabarkan tentang kejadian ini.
Kamu berkata "Zaid telah memotong dahan/cabang pohon"

فَ (زَيْدٌ) فَاعِلٌ مَرْفُوْعٌ ،
maka Zaid adalah fa'il yang dirofa'kan

وَ( الغَصْنَ) مَفْعُوْلٌ بِهِ مَنْصُوْبٌ.
Dan الغَصْنَ adalah maf'ul bih yang dinashabkan.

Jadi kalimat
قَطَعَ زَيْدٌ الغَصْنَ، ini jelas sekali

æ📌 قَطَعَ = fi'il madhi
æ📌 زَيْدٌ = fa'il
æ📌 الغَصْنَ = maf'ul bih

وَأَمَّا إِذَا لَمْ تَعْلَمْ مَنْ قَطَعَ الغَصْنَ ، أَوْ عَلِمْتَ وَ لَكِنْ لاَ تُرِيْدُ ذِكْرَهُ    لِسَبَبٍ، تَقُوْلُ : قُطِعَ الغَصْنُ
(Disini  لَمْ تَعْلَمْ karena shigoh, kalimatnya sedang berbicara dengan anta)

🔹Adapun jika kamu tidak mengetahui siapa yang memotong dahan, atau sebenarnya kamu tahu, akan tetapi kamu tidak ingin menyebutkan namanya karena suatu sebab, kamu boleh berkata:
قُطِعَ الغَصْنُ
"dahan telah dipotong"
Siapa yang memotong? Tidak disebutkan.

💡Jadi kalimat dengan na'ibul fa'il memang bertujuan untuk menyembunyikan pelaku, baik disengaja atau tidak disengaja karena tidak tahu.

Kalimat dengan na'ibul fa'il adakalanya memang kita tidak tahu siapa pelakunya, atau adakalanya kita tahu pelakunya tetapi tidak ingin menyebutkan namanya. Makanya langsung menyebutkan na'ibul fa'ilnya.

"Cabang/dahan pohon telah dipotong"

فَتَحْذَفُ الفَاعِلَ ،
Maka kamu buang fa'il nya.

وَتَضَعُ مَكَانَهُ المَفْعُوْلَ ،
Dan kamu letakkan pada tempatnya si fa'il, maf'ul bih nya

🍀 asalnya,  قَطَعَ زَيْدٌ الغَصْنَ،
Asalnya الغَصْنَ ini maf'ul bih, tapi karena Zaid nya dihilangkan, maka الغَصْنَ ini menggantikan kedudukan si Zaid. Jadilah dia marfu' seperti fa'il.

🍀 Jadinya, قُطِعَ الغَصْنُ

Cuma ada syarat bahwa fi'ilnya pun harus diubah ke bentuk mabniy lil majhul. Nanti akan dijelaskan cara mengubahnya.

وَيُسَمَّى نَائِبَ فَاعِلٍ،
Dan dinamakan Na'ibul fa'il
Yang asalnya maf'ul bih, kemudian dinamakan menjadi Na'ibul fa'il.

وَ يَجِبُ فِيْهِ الرَّفْعُ
Dan Na'ibul fa'il itu seperti fa'il, wajib rofa'

_______________________________


Kita lanjutkan.

وَ نَائِبُ الفَاعِلِ
تَعْرِيْفُهُ :هُوَ الإِسْمُ المَرْفُوْعُ الَّذِيْ لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ .

🔹Dan Na'ibul fa'il itu definisi nya, adalah isim yang dirofa'kan yang tidak disebutkan bersamanya fa'ilnya.

مِثَالُهُ :قَوْلُ نَبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
 بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ

Contohnya adalah sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
"Islam dibangun di atas lima"

(Ini hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari ibnu Umar Radhiyallahu Anhumaa).

🍀 Cara ngi'rabnya:
إِعْرَابُهُ : بُنِيَ فِعْلٌ مَاضٍ المُغَيَّرُ الصِّيْغَةِ

Buniya itu fi'il madhi, tapi bukan fi'il madhi ma'lum, tapi fi'il madhi majhul.
Ini ada satu istilah baru. Satu istilah yang juga merupakan nama lain dari mabniy lil majhul, dan nama ini lebih afdhol dibandingkan dengan mabniy lil majhul.

Nanti akan kita bahas
📌 kenapa مُغَيَّرُ الصِّيْغَةِ lebih afdhol
📌 dari pada مَبْنِي لِلمَجْهُوْل


الإِسْلَامُ : نَائِبُ فَاعِلٍ مَرْفُوْعٌ
Jadi kalimat
بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ

🍀Buniya nya = fi'il madhi mughayaru shigoh
🍀Kemudian islamu nya = Na'ibul fa'il, marfu'


أَصْلُهُ(بَنَى اللهُ الإِسْلَامَ )
Asalnya kalimat ini
 بَنَى اللهُ الإِسْلَامَ
"Allah membangun Islam"

فَحُذِفَ الفَاعِلُ وَهُوَ لَفْظُ الجَلَالَةِ لِلْعِلْمِ بِهِ،
Maka dibuang fa'il nya dan dia adalah lafdzul jalalah Allah, karena sudah maklum. Karena sudah diketahui.

وَأَقِيْمُ :مَفْعُوْلُ (الإِسْلَامَ )مَقَامَهُ فَصَارَ مَرْفُوْعًا بَعْدَ أَنْ كَانَ مَنْصُوْبًا ،
📌Kemudian maf'ul bih nya menduduki kedudukannya fa'il.
(Asalnya 'kan بَنَى اللهُ الإِسْلَامَ , islamanya maful bih)

Al-islam asalnya maf'ul bih lil manshub, dia menggantikan lafdzul jalalah Allah sebagai Na'ibul fa'il. Maka dia berubah menjadi marfu' setelah sebelumnya adalah manshub.

Asalnya
بَنَى اللهُ الإِسْلَامَ
Al-islama ini manshub karena maf'ul bih.  Tapi ketika dia diubah ke bentuk kata kerja yang pasif بُنِيَ ، maka berubahlah hukumnya yang asalnya manshub menjadi marfu'
 بُنِيَ الإِسْلَامُ

وَ غُيِّرَتْ مَعَهُ صُوْرَةُ الفِعْلِ ،
Dan diubah juga bersamanya bentuk dari fi'ilnya,

فَصَارَ (بُنِيَ الإِسْلَامُ )
🍀Jadi nggak. بَنَى  الإِسْلَامُ ❌
Tapi harus diubah juga fi'ilnya menjadi

🍀fi'il majhul  بُنِيَ الإِسْلَامُ ✅



طَرِيْقَةُ تَغْيِيْرِصُوْرَةِ  الغِعْلِ مَعَ نَا ئِبِ الفَاعِلِ :
Cara merubah bentuk fi'il bersama na'ibul fa'il.

🔹إِذَا كَانَ مَاضِيًا يُضَمُّ أَوَّلُهُ وَ يُكْسَرُ مَا قَبْلَ آخِرِهِ،

🔹Apabila fi'ilnya fi'il madhi maka didhamahkan huruf yang pertama dan dikasrahkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir.

نَحْنُ : ضُرِبَ ، كُتِبَ ، أُكْرِمَ.

Perhatikan ضُرِبَ ini asalnya ضُرِبَ ، fathah semuanya. Kemudian untuk diubah ke bentuk majhul.

➡ Didhommahkan yang pertama,
asalnya dho menjadi dhu ضُرَبَ،
➡ Kemudian dikasrohkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir.
Huruf terakhir adalah ب , satu huruf yang sebelumnya adalah ر ، maka ro yang asalnya fathah menjadi kasrah ضُرِبَ

Kemudian كَتَبَ menjadi كُتِبَ ,

æ📌 أَكْرَمَ huruf pertama nya Hamzah
➡ menjadi أُكْ ,
kemudian satu huruf sebelum huruf terakhir adalah ر ,
➡ menjadi kasrah  أُكْرِمَ

Ini kalau fi'ilnya fi'il madhi. Kalau fi'il mudhari beda.

Kalau fi'il mudhari,

🔹إِذَا كَانَ مُضَارِعًا يُضَمُّ أَوَّلُهُ وَيُفْتَحُ مَا قَبْلَ آخِرِهِ،

🔹Apabila fi'ilnya fi'il mudhari, di dhommah huruf yang pertama, dan difathahkan satu huruf sebelum huruf yang terakhir.

نَحْنُ: يُضْرَبُ، يُكْتَبُ ، يُكْرَمُ.

🍀 Asalnya يَضْرِبُ menjadi➡ يُضْرَبُ
🍀 Asalnya يَكْتُبُ menjadi➡ يُكْتَبُ
🍀 Asalnya يُكْرِمُ menjadi➡ يُكْرَمُ

______________________________

أَقْسَامُ نَائِبِ الْفَاعِلِ
*Pembagian Na'ibul Fa'il*

قَالَ الْمُصَنِّفُ : وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ: ظَاهِرٍ، وَمُضْمَرٍ،

🔹Dan na'ibul fa'il itu ada dua kelompok,
- ada yang dzohir
- ada yang mudhmarin. Sama seperti fa'il.

فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ: ضُرِبَ زَيْدٌ، وَ يُضْرَبُ زَيْدٌ، وَ أُكْرِمَ عَمْرٌو، وَ يُكْرَمُ عَمْرٌو
dzohir itu lawan dari dhomir, pokoknya selain dhomir maka dia dzohir.

Maka yang dzohir itu contohnya perkataan mu

🍀æ  ضُرِبَ زَيْدٌ "Zaid dipukul" Siapa yang memukul?, Tidak tahu.

Karena kalau dalam bahasa Arab beda dengan bahasa kita, kalau bahasa kita kan bentuknya passivepun masih boleh menyebutkan pelakunya. Misalkan, Zaid dipukul oleh Bakr.

Begitupun dalam bahasa Inggris, sekalipun kalimat nya passive, tetap boleh menyebutkan pelakunya, misalkan Zaid is hitted by Bakr.

💡Tapi kalau dalam bahasa Arab ini benar-benar tidak boleh, tidak boleh kita menyebutkan fa'il.

Jadi pilihannya kalau kita mau membuat kalimat yang ada fa'il nya, bentuknya harus bentuk aktif  (fi'il bina ma'lum).

Tapi kalau kita pakai fi'il bina majhul, wajib membuang fa'ilnya.

Makannya kalimat  ضُرِبَ زَيْدٌ , tidak diketahui siapa pelakunya.

Tahunya kita "Zaid dipukul", yang mukul nya siapa? Ini tidak tahu.

وَ يُضْرَبُ زَيْدٌ،
Ini sama, cuma bentuknya fi'il mudhari, "Zaid sedang dipukul"

أُكْرِمَ عَمْرٌو،
"Amr dimuliakan".

يُكْرَمُ عَمْرٌو
"Amr sedang dimuliakan".


●● Penjelasan ●●

اَلشَّرْحُ: اِنْقَسَمَ نَائِبُ الْفَاعِلِ - كَمَا انْقَسَمَ الْفَاعِلُ - إِلَى ظَاهِرٍ وَ مُضْمَرٍ

🔹Jadi na'ibul fa'il ini terbagi sebagaimana pembagiannya fi'il. Ada na'ibul fa'il dzohir ada na'ibul fa'il dhomir

فَاَمَّا الظَّاهِرُ: فَنَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى: (ضُرِبَ مَثَلٌ)
Ini dalam Surat Al Hajj ayat 73

وَ قَوْلِهِ : (يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْنَ)
Dan juga firman Allah subhanahu wata'ala
Kalau orang mujrim, orang-orang yang berbuat kejahatan itu dikenal atau diketahui.
( Ini dalam Surat Ar Rahman dari ayat 41.)

فَكُلٌّ مِنْ (مَثَلٌ، وَالْمُجْرِمُوْنَ) نَائِبُ فَاعِلٍ وَ هُوَ مَرْفُوْعٌ

Maka setiap dari kata مَثَلٌ, وَالْمُجْرِمُوْنَ dalam contoh :
æ🍀 ضُرِبَ مَثَلٌ dan
æ🍀 يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْن
Ini adalah Na'ibul fa'il dan dia itu di rofa'kan

فِي قَوْلِهِ (مَثَلٌ) - بِالضَّمَّةِ، لِأَنَّهُ اِسْمٌ مُفْرَدٌ،

Dalam firmannya مَثَلٌ dengan dhommah, kenapa rofa'nya dengan dhommah?
※» Karena disini adalah isim mufrod, isim mufrod itu marfu'nya dengan dhommah.


وَ مَرْفُوْعٌ فِى قَوْلِهِ: ( الْمُجْرِمُوْنَ)- بِالْوَاوِ; لِأَنَّهُ جَمْعُ مُذَكَّرٍ سَالِمٌ

Dan الْمُجْرِمُوْنَ ini marfu', tapi marfu'nya bukan dengan dhommah, kenapa?
※» Karena dia jamak mudzakar salim, sehingga marfu'nya dengan wawu.

__________________


قَالَ (وَ الْمُضْمَرُ اثْنَا عَشَرَ، نَحْوُ قَوْلِكَ ضُرِبْتُ، و ضُرِبْنَا، وَ ضُرِبْتَ، ضُرِبْتِ، وَ ضُرِبْتُمَا، وَ ضُرِبْتُمْ،وَ ضُرِبْتُنَّ، وَ ضُرِبَ، وَ ضُرِبَتْ، وَ ضُرِبَا وَ ضُرِبُوْا، وَ ضُرِبْنَ)

Mushonnif berkata, dan na'ibul fa'il yang dhomir ada 12 contohnya, ضُرِبْتُ، و ضُرِبْنَا dan seterusnya.

Jadi waktu kita lagi belajar fa'il yang dhomir, kita sebutkan disana ضَرَبْتُ ،ضَرَبْتَ, ضَرَبْتِ، ضَرَبْنَ,  dan seterusnya.

Tapi kalau na'ibul fa'il yang dhomir ini harus diubah dulu fi'ilnya.

💡Beda artinya,
🍀- kalau ضَرَبْتُ itu artinya "saya memukul."
🍁- Tapi kalau ضُرِبْتُ "saya yang dipukul."
🍁- dan ضُرِبْنَا "kami dipukul"
🍁- dan ضُرِبْتُمْ "kalian dipukul".
🍁- dan ضُرِبْتِ "kamu wanita dipukul".

Jadi seperti itu. Jadi jangan terkecoh, kalau ضَرَبْتُ saya memukul, tapi kalau ضُرِبْتُ saya yang dipukul.

_______________________

●● Penjelasan ●●

آالشَّرْحُ : النَّوْعُ الثَانِي مِنْ أَقْسَامِ نَائِبِ الفَاعِلِ :
المُضْمَرُ :
Macam yang kedua dari jenis na'ibul fa'il adalah dhomir.

وَقَدْ مَثَّلَ لَهُ المُصَنِّفُ بِصُوَرِهِ المُخْتَلِفَةِ الَّتِيْ يَرِدُ عَلَيهَا ، وَ نَحْنُ نَذْكُرُ لَكَ مِثَالاً مِنَ القُرْانِ الكَرِيْمِ وَ قَعَ فِيْهِ نَائِبُ الفَاعِلِ مُضْمَرًا وَهُوَ قَوْلُهُ تَعَالَى :{ وَ قَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا}

Dan sungguh yakni Mushonnif telah memberikan contoh dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda yang ada padanya, dan kami menyebutkan untukmu contoh-contoh dari Al Qur'an Al Kareem, yang disitu ada na'ibul fa'ilnya secara dhomir.

Dia adalah firman Allah subhanahu wata'ala :

{ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا}

"Dan sungguh kami telah dikeluarkan... ".

🍀Kalau أَخْرَجْنَا "kami mengeluarkan"
🍁tapi karena kali ini أُخْرِجْنَا artinya "kami dikeluarkan"

وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا
"Dan sungguh kami telah dikeluarkan dari rumah-rumah kami"
(Ini dalam Surat Al Baqoroh dari ayat 246)


فَقَوْلُهُ : (أُخْرِجْنَا) فِعْلٌ مَاضٍ مُغَيَّرُ الصِيْغَةِ مَبْنِيٌ عَلَى السُّكُوْنِ ، وَ نَا : ضَمِيْرٌ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ فِي مَحَلِّ رَفْعٍ نَائِبُ فَاعِلٍ

Insyaa Allah ini mudah.

وَهَكَذَا يُقَالُ فِي إِعْرَابِ بَقِيَّةِ الضَّمَائِرِ الَّتِيْ ذَكَرَهَا المُصَنِّفُ ،وَقَدْ ذَكَرْتُ دِلاَلَةَ كُلِّ ضَمِيْرٍ فِي بَابِ الفَاعِلِ

Dan begitu pula cara mengi'rob sisa dhomir yang telah disebutkan oleh Mushonnif, yakni dari ضُرِبْتُ ، ضُرِبْنَ dan seterusnya.

وَقَدْ ذَكَرْتُ دِلاَلَةَ كُلِّ ضَمِيْرٍ فِي بَابِ الفَاعِلِ
Dan aku telah menyebutkan petunjuk setiap dhomir di bab fa'il.

📌Jadi untuk mengetahui cara ngi'rob dari fi'il-fi'il ini, Silakan lihat contohnya pada bab Fa'il. Karena sama.

___________________

فَوَائِدُ وَ تَنْبِيْهَاتٌ :
*Faidah-faidah dan catatan khusus*

١. سَكَتَ المُصَنِّفُ عَنْ فِعْلِ الأَمْرِ، لِأَنَّهُ لاَ يُبْنَي لِلْمَجْهُوْلِ.

1⃣. Kalau kita baca matannya Ajurrumiyah, disitu cuma dikatakan
📌فَإِنْ كَانَ الفِعْلُ مَاضِيًا
Dan yang satu lagi
📌وَإِنْ كَانَ مُضَرِعًا،

Kenapa nggak disebut
📌 وَإِنْ كَانَ أَمْرًا ...؟

Karena yang namanya fi'il majhul, hanya terjadi untuk fi'il madhi dan fi'il mudhari saja.
Tidak bisa untuk fi'il Amr.


2⃣. Kemudian Faidah yang kedua,

٢. التَعْبِرُ بِ(مُغَيَّرُ الصِّيْغَةِ) اَحْسنُ مِن قَولِنَا (مَبْنِي لِلمَجْهُوْلِ)

Ta'bir atau istilah atau ungkapan
📌 dengan مُغَيَّرُ الصِّيْغَةِ lebih baik dari pada
📌 perkataan kita مَبْنِي لِلمَجْهُوْل Dan ini yang lebih mahsyur.

Yang mahsyur kan dikitab-kitab nahwu itu
فِعْلٌ مَبْنِي لِلمَجْهُوْل

Tapi kata pengarang kitab Al-Mumti' ini, istilah مُغَيِّرُ الصِّيْغَة lebih baik, kenapa?

●●»» لِأَنَّهُ قَدْ يَكُوْنُ الفَاعِلُ مَعْلُوْمًا ،

💡Karena terkadang failnya itu diketahui, jadi nggak majhul. Kan definisi secara bahasa "majhul" itu artinya, sesuatu yang tidak diketahui. Makanya dibantah disini. Karena terkadang fail itu ma'lum.

فَقَوْلُهُ تَعَالَى : ( خُلِقَ الْإِنْسَانُ)

Maka firman Allah subhanahu wata'ala خُلِقَ الْإِنْسَانُ
"Manusia itu telah diciptakan".

الفَاعِلُ مَعْلُوْمٌ
Fail disini jelas sudah diketahui,

وَهُوَ : (اللّه)
Siapa yang menciptakan manusia, Allah. Dan ini sudah diketahui, intinya siapapun mengetahui bahwasanya yang menciptakan manusia adalah Allah subhanahu wata'ala.

وَلَكِنَّهُ لَمْ يَذْكَرْ.
Akan tetapi memang Dia sengaja tidak disebutkan.

يُنْظَرْ شَرْحُ الاَجُرُمِيَةِ لِاِبْنِ عُثَيْمِيْنَ رَحِمَهُ اللهُ

Silahkan lihat dalam kitab syarah Ajurrumiyah oleh Syaik Muhammad bin Utsaimin Rohimallahu ta'ala.

Jadi menurut pengarang kitab Al-Mumti' ini, nama yang lebih cocok untuk mabni majhul adalah مُغَيَّرُ الصِّيْغَة.

Karena memang pada kenyataannya seperti itu, sudah dijelaskan bahwa terkadang kita tidak menyebutkan fa'il bukan karena kita tidak tahu.

 🔹Kita tahu, tapi kita ada alasan kenapa kita tidak ingin menyebutkan fa'ilnya.

Entah karena sudah dimaklumi bersama, atau karena kita takut menyebut namanya.

Barangkali cukup sampai disini untuk pembahasan na'ibul fa'il. Semoga bermanfaat.


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

2 komentar: