Senin, 06 Maret 2017

Dars 37: Zhonna & saudaranya

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 17
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 37 :: Bab An Nawaasikh
      °°Zhonna dan Saudaranya°°
⌛  Durasi audio : 22:04  menit

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله  وعلى اله و صحبه  ومن والاه, أما بعد.

Alhamdulillah kita lanjutkan kembali pelajaran kita dari Kitab Al Mumti’ Fii Syahril Ajurrumiyyah, dan kita telah sampai pada pembahasan ظَنَّ وَ أَخَوَاتُهَا zonna dan saudara2 nya di halaman 113


3⃣ثَالِثًا: ظَنَّ وَ أَخَوَاتُهَا:
Ketiga dari amil nawasih.

Kita telah pelajari aamil nawasih ada 3 kelompok:
1. Kana dan saudaranya. Dimana kanna dan saudaranya ini. Merofakan isim dan  menashabkan khabar
Contoh :
كان زيد عالما

2. Inna dan saudaranya, dimana inna dan saudaranya ini
تنصب الاسم و ترفعل الخبر
menashabkan isim dan merofakan khabar

3. Zhonna dan saudara-saudaranya, dimana  dzonna dan saudaranya ini
 تَنْصِبُ المُبْتَدَأَ وَ الخَبَرَ
menashobkan mubtada dan khabar.
Artinya kedua-duanya di nashobkan.


قَالَ المُصَنِّفُ: (وَ أَمَّا ظَنَنْتُ وَ أَخَوَاتُهَا : فَإِنَّهَا تَنْصِبُ المُبْتَدَأَ وَ الخَبَرَ عَلَى أَنَّهُمَا مَفْعُوَلَانِ لَهَا،

Berkata pengarang kitab al ajurrumiyyah (Ibnu Aajurrum Ash-Shonhajiy) *adapun dzonantu dan saudara-saudaranya maka ia menashobkan mubtada dan khobar karena keduanya adalah  maf'ul baginya.*

Jadi mubtada dan khabar dalam kalimat  ظَنَنْتُ وَ أَخَوَاتهَا menjadi maful awal/pertama dan maful ke dua dari ظَنَّتُ dan saudara2 nya.

Jadi istilah yang di gunakan:
➡ untuk kanna dan inna ada istilah isimnya kanna dan isim nya inna. Ada istilah khabar nya kanna dan khabar nya inna.

Tapi zonantu istilah nya bukan lagi isim dan khabar tapi maf'ul awal dan maf'ul tsani. Karena kedua2 nya di manshubkan, dimana yang pertama adalah maf'ul awal/pertama dan yg ke dua maf'ul tsani/kedua.

وَهِيَ: Yaitu
ظَنَنْتُ، وَحَسِبْتُ، وَخِلْتُ، وَزَعَمْتُ، وَرَأَيْتُ، وَعَلِمْتُ، وَوَجَدْتُ، وَاتَّخَذْتُ، وَجَعَلْتُ، وَسَمِعْتُ

تَقُوْلُ: kamu katakan

💧 ظَنُنْتُ زَيْدًا مُنْطَلِقًا
"Aku menyangka Zaid ini pergi".

💧وَخِلْتُ عَمْرًا شَاخِصًا،
"Dan aku menyangka Amr hadir".
وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَqqq
Dan contoh-contoh seperti ini.


الشَّرْحُ : Penjelasan

ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ النَّوْعَ الثَّالِثَ مِنَ النَّوَاسِخِ :
وَهِيَ : ظَنَّ، وَ حَسِبَ، وَ خَالَ، وَ زَعَمَ، وَ رَأَى، وَ عَلِمَ، وَ وَجَدَ، وَ اتَّخَذَ، وَ جَعَلَ.

Mushannif rahimmallahu ta'ala menyebutkan macam yg ketiga dari aamil nawasikh.

💫ظَنَّ، Menyangka
💫حَسِبَ، Menyangka
💫خَالَ، Menyangka
💫زَعَمَ، Menyangka

💫رَأَى، Menyakini
Ro-aa artinya lebih kuat dari ظَنَّ،  حَسِبَ،  خَالَ، وَ زَعَمَ, karena ro-aa berfaidah "yakin".

💫عَلِمَ، Mengetahui
Ini juga berfaidah "yakin".

💫وَوَجَدَ، Mendapati
💫اتَّخَذَ، Mengambil
💫جَعَلَ Menjadikan


*عَمَلُهَا : Fungsinya*
تَنْصِبُ الْاِسْمَ وَالْخَبَرَ عَلَى أَنَّهُمَا مَفْعُوْلَانِ لَهَا

*Yaitu menashabkan isim dan khabar karena keduanya maf'ul baginya.*

Jadi kalau ظن وأخواتها istilahnya maful awwal dan maf'ul tsani.

مِثَالُهَا : ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْطَلِقًا
Contohnya :
🔳 "Saya mengira zaid adalah orang yang menceraikan."

إِعْرَابُهُ :
ظَنَنْتُ : فِعْلٌ مَاضٍ نَاسِخٌ،
 وَالتَّاءُ : ضَمِيْرٌ مُتَّصِلٌ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٌ .
زَيْدًا : مَفْعُوْلٌ بِهِ أَوَّلٌ مَنْصُوْبٌ ، مُنْطَلِقًا : مَفْعُوْلٌ بِه ثَانٍ مَنْصُوْبٌ .
Q
Jadi kalimat ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْطَلِقًا
 ini kan dua2 nya manshub. زَيْدًا sebagai maf'ul awwal atau istilahnya maful bih awwal, kemudian مُنْطَلِقًا maful bih kedua  di nashobkan

Jadi dzonnantu dan saudaranya tidak ada istilah isim dan khabar. Yang ada istilah maful bih awwal dan maful bih tsani.


وَظَنَّ وَأَخَوَاتُهَا عَلَى ثَلاَثَةِ أَنْوَاعِ :

*Zhonna(ظَنَّ)dan saudara-saudaranya ini terbagi lagi menjadi  3 kelompok:*


☂أَفْعَالٍ تُفِيْدُ الظَّنَّ : وَهِيَ : ظَنَّ ، وَحَسِبَ ، وَخَالَ ، وَزَعَمَ .

1⃣Fi'il -fi'il yang berfaedah sebagai persangkaan(ظَنَّ), jadi ظَنَّ ini masih belum yakin, masih persangkaan.

Dari sini kita juga mengetahui kanna itu semua adalah fiil naqis dan inna seluruh nya huruf. Adapun zonna dan saudaranya semua nya fiil. Lebih khusus lagi fiil-fiil yg membutuhkan 2 maf'ul bih.

Untuk ظَنَّ ، وَحَسِبَ ، وَخَالَ ، وَزَعَمَ ini semua  masih bersifat  persangkaan.

  ظَنَّ : نَحْوُ : ظَنَنْتُ الفَجْرَ قَرِيْبًا.
zhonna:  contoh :
🔳 "Saya menyangka waktu fajar dekat"

.وَ حَسِبَ : نَحْوُ : حَسِبْتُ العَمَلَ شَاقًا
dan hasiba: contoh :
🔳 "Saya menyangka  pekerjaan itu berat"

وَ خَالَ : نَحْوُ : خِلْتُ الشَّجَرَةَ مُثْمِرَةً .
dan khoola : contoh:
🔳 "Saya menyangka/ membayangkan pohon itu berbuah"

 وَ زَعَمَ : نَحْوُ : زَعَمْتُ السَّفَرَ سَهْلاً .
dan za'ama : contoh :
🔳 "Saya menyangka shafar/ perjalanan itu mudah"


☂ وَ أَفْعَالٍ تُفِيْدُ اليَقِيْنَ : وَهِيَ : رَأَى، وَعَلِمَ، وَوَجَدَ.
2⃣ Dan fiil-fiil yang memiliki faidah untuk menyatakan keyakinan

 رَأَى : نَحْوُ : رَأَيْتُ الحَقَّ مُنْتَصِرًا .
Ro-a = melihat : contoh :
🔳 "Saya melihat/berpendapat/menyakini bahwa kebenaran itu pasti menang."

وَ عَلِمَ :نَحـْوُ :عَلِمْتُ الصَّدْقَ مُنَجِّيًا .
dan mengetahui(عَلِمَ) : contoh :
🔳 "Saya  mengetahui/menyakini bahwa  kejujuran itu menyelamatkan."

وَ وَجَدَ : نَحْوُ : وَجَدْتُّ الصَّلاَحَ سِرَّ النَّجَاحِ .
dan'mendapati'(وَجَدَ) : contoh :
🔳 "Saya mendapati/menyakini  kebaikan itu adalah rahasia kesuksesan."


Kelompok ketiga :
☂وَ أَفْعَالٍ تُفِيْدُ التَحْوِيلَ وَ التَّصْيِيرَ: وَ هِيَ: اتَّخَذَ، وَ جَعَلَ .  
3⃣ dan fiil- fiil yang berfaedah untuk tahwiil (mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain) dan tashyiir (merubah sesuatu dr satu bentuk kebentuk yg lain)

اتَّخَذَ: نَحْوُ: اتَخَذْتُ الأَمِينَ صَاحِباً

Ittakhada = mengambil: contoh:
🔳 "Aku mengambil seorang yg jujur sebagai teman dekat."

وَجَعَلَ: نَحْوُ: جَعَلْتُ الخَشَبَ باَباً
dan ja’ala = menjadikan : contoh :
🔳 "Saya menjadikan kayu itu menjadi pintu."


وَ عَدَّ ابِنُ آجُرُّومَ مِنْ هَذِهِ الأَفْعَالِ  النَاصِبَةِ لِلمُبْتَدَإِ وَ الخَبَرِ (سَمِعْتُ) تَبْعَاً لِبَعضِ النَّحْوِيِّينَ ، نَحْوُ: سَمِعْتُ زَيْدًا يَقُولُ. وَ هُوَ رَأْيٌ ضَعِيفٌ،

Dan Ibnu Ajurrum, dia mengganggap diantara fiil-fiil yang menashabkan mubtada dan khabar ini سَمِعْتُ.

Jadi tadi disebutkan dalam kitab Aajurrumiyyah diantara saudaranya dzonna itu salah satunya adalah سَمِعْتُ.

Kenapa Ibnu Ajurrum menganggap  سَمِعْتُ ini menashobkan mubtada dan khobar ?
Karena تَبْعَاً لِبَعضِ النَّحْوِيِّينَ dia mengikuti pendapat sebahagian pendapat ulama nahwu.

Contohnya:
سَمِعْتُ زَيْدًا يَقُولُ
🔳 "Saya mendengar si zaid sedang berkata"

وهو رَأيٌ ضئيفٌ

Dan itu merupakan pendapat yg lemah menurut pengarang kitab al mumti'. Menjadikan سَمِعْتُ sebagai teman nya zonna ini *keliru*. Karena ini pendapat yg lemah.

 وَالمُعْتَمَدُ عِنْدَ الجُمهُورِ أَنَّ جَمِيعَ أَفْعاَلِ  الحَوَاسِّ الَّتِي هِىَ :  سَمِعَ، وَ ذَاقَ، وَ أَبْصَرَ، وَ لَمِسَ، وَشَمَّ، لاَ تَتَعَدَّى إِلاَّ  إِلَى مَفْعُولٍ وَاحِدٍ .(١)  

Dan yang dianggap pendapat yg terpilih disisi ulama jumhur bahwasannya seluruh fiil indrawi (fiil-fiil indra yg 5 itu yaitu mendengar, merasakan, melihat, meraba, mencium) tidak lah membutuhkan maf'ul kecuali hanya kepada satu maf'ul saja.

Jadi menurut al mumti' dan ini memang menurut pendapat yg lebih mendekati kebenaran, bahwa سَمِعْتُ tidaklah termasuk saudaranya dzonna.

Karena dalam kalimat سَمِعْتُ زَيْدًا يَقُولُ. Yaqulu disitu lebih cocok sebagai Haal bukan sebagai maf'ul bih tsani.
سَمِعْتُ زَيْدًا يَقُول
Yaquulu lebih cocok sebagai haal.
Ini bantahan bagi yang menganggap bahwasanya سمع disitu hanya membutuhkan satu maf'ul.

Karena kalimat سَمِعْتُ زَيْدًا يَقُول yaquulunya dia tidak berfaidah sebagai maf'ul bih yang kedua tapi sebagai haal.

 ١-  يُنْظَرُ : المُتَمِّمَةُ مَعَ الكَوَاكِبِ (١/١٣٢) وَ شَرْحُ الْكَفْرَاوِي ص (١٠٢ -  ١٠٣)

Bisa dilihat: di kitab al mutammimah dan al Kawakib (1/321) dan syarhu kafrawiy halaman (102 – 103)



============================

فَوَائِدُ وَ تَنْبِيْهَاتٌ :
*Faidah faidah dan Catatan Penting:*

١ - غَيْرُ المَاضِي مِنْ (ظَنَّ وَ أَخَوَاتِهَا ) يَعْمَلُ عَمَلَ المَاضِي،

🌻1. Selain fiil madhi dari ظَنَّ dan saudara2 nya itu beramal seperti amalnya fiil madhi.

Maksud nya baik fiil madhi ظَنَّ ataupun tasrifan nya يَظُنُّ dan seterusnya itu juga beramal seperti zonna yaitu تَنْصِبُ المُبْتَدَأَ وَ الخَبَرَ

 نَحْوُ قَوْلهِ تَعَالَى:
Contoh nya: Firman Allah Ta'ala:

وَ مَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَآئِمَةً
"Dan tidaklah aku menyangka bahwa hari kiamat itu akan terjadi".

 وَقَوْلُهُ تَعَالَى:  وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا
"Dan kami melihatnya  dekat".

Ini contoh yang membuktikan bahwa turunan dari zhonna dalam ayat ini أَظُنُّ fiil mudhari dan kedalam dalam ayat ke dua وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا juga fiil mudhari dhomir nahnu, ini juga sama  saudaranya zhonna dimana mereka تَنْصِبُ المُبْتَدَأَ وَ الخَبَرَ menashabkan mubtada dan khabar.



٢ - المَفْعُوْلُ الثَّاني: هُوَ فِي الأصْلِ خَبَرُ المُبْتَدَإ فَهُوَ يَأْتي مُفْرَدًا نَحْوُ : رَأَيْتُ العِلْمَ نَافعًا، وَ جُمْلَةً,  نَحْوُ : رَأَيْتُ الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ
القُلُوْبَ، وَ شِبْهَ الجُمـلَةِ نَحْوُ قَولِهِ تَعَالَى: (وَ جَعَلَ مِنْهُمُ القِرَدَةَ وَ الخَنَازِيْرَ)

🌻2. Maf’ul yang kedua dia itu pada asalnya adalah khabar mubtada’.

🔹 Mubtada dan kabar terkadang datang dalam keadaan mufrad.

contohnya:  رَأَيْتُ العِلْمَ نَافِعًا
🔳 "Saya menyakini/berpendapat bahwasanya ilmu itu bermanfaat,"

Asalnya : aliilmu naafi'un
Mubtada dan khabarnya yg mufrad.

🔹Dan terkadang khabarnya ini jumlah.
Contohnya:
رَأَيْتُ الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ القُلُوْبَ
🔳 "Saya berpendapat/ melihat dosa dosa itu mematikan hati."

Maka disini asalnya :
أَ الذُّنُوْبُ تُمِيْتُ القُلُوْبَ
"Dosa itu mematikan hati".

Dimana تُمِيْتُ القُلُوْبَ merupakan jumlah fiilliyyah menjadi khabar.


🔹 Dan yang ketiga bisa juga khabarnya ini shahibul jumlah.

نَحْوُ قَولِهِ تَعَالَى:
Contoh nya firman Allah Ta'ala:
وَ جَعَلَ مِنْهُمُ القِرَدَةَ وَ الخَنَازِيْرَ
"Dan Allah menjadikan sebahagian mereka kera dan babi".

Disini yg menjadi syahid adalah مِنْهُمُ dimana minhum jar majrur menjadi khabar.

Tapi kalau kalimatnya
جَعَلَ مِنْهُمُ القِرَدَةَ وَ الخَنَازِيْرَ

القِرَدَةَ sebagai maful bih Awwal
مِنْهُمُ jar majrur sebagai maf'ul bih tsaani


٣- قَدْ تَرُدُّ (ظَنَّ) لِلْيَقِيْنِ، نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى : ﴿ إِنِّي ظّنَنْتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهْ﴾، فَ(ظَنَنْتُ) فِعْلٌ مَاضٍ مَعْنَاهُ اليَقِيْنُ، وَالتَّاءُ فَاعِلٌ، وَأَنَّ وَ مَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ سَادَّةُ مَسَدَّ المَفْعُوْلِيْنَ. يُنْظَرُ الدَّرُ المُصَوِّنُ (١/٣٣٣)، وَ الكَوَاكِبُ الدَّرِيَةُ (۱/۱۹۵).

🌻3. Terkadang ada dzonna  untuk yakin.

Tadi sudah dijelaskan bahwasanya ظن ، حسب، زعم ini تفيد الظن tapi kadang ada juga dzonna yang maknanya "Yakin".

contoh firman Allah Ta’ala :
 إِنِّي ظّنَنْتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهْ

"Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menjumpai hisab atas diriku".

Maka ظَنَنْتُ dalam ayat ini merupakan fiil madhi yang maknanya yakin,
dan ta’ adalah fa’ilnya.

Dan أَن  dalam kalimat إِنِّي ظّنَنْتُ أَنِّي apa yg masuk atasnya mereka menempati tempatnya 2 maf'ul.

Nanti dalam pelajaran lebih lanjut, kita akan belajar bahwa terkadang ada kalimat yang maful bih awwal dan maful bih tsani nya itu tidak nampak. Bukan isim mufrad dan isim mufrad tapi kalimat

Jadi kita lihat ayat ini:  إِنِّي ظّنَنْتُ sesungguhnya aku yakin,  
  أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهْ
"bahwa sesungguhnya aku akan menjumpai hisab atas diriku".

Maka pertanyaan nya:  mana mafulnya? Karena disini setelah zhonna ada أَنِّي, dimana kita tahu أَنِّي ini teman nya أِنَّ.

Maka dalam posisi seperti ini terkadang cara irobnya أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهْ ini menjadi maful bih awwal dan maful bih tsani bagi zhonantu. Dan istilah yg kita gunakan adalah saddah masaddah mafull'ain.

Yang dimaksud saddah masaddah mafull'ain bahwa yg menjadi mafulbih awwal dan mafulbih tsani dari kalimat  إِنِّي ظّنَنْتُ adalah keseluruhan dari   أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهْ seperti itu.

Lihat: Ad Darul Mushowwin (1/333), dan Al Kawakibu Ad Dariyah (1/195).




 ٤- إِذَا كَانَتْ (رَأَى) بَصَرِيَّةٌ تَدُلُّ عَلَى الرُّؤْيَةِ بِالْعَيْنِ فَإِنَّهَا تَتَعَدَّى إِلَى مَفْعُوْلٍ وَاحِدٍ ، نَحْوُ: رَأَيْتُ زَيْدًا،

🌻4. Apabila (رَأَى) maknanya بَصَرِيَّةٌ (melihat).  Maka رَأَى dengan makna melihat ini termasuk fiil muta'adiy yg hanya membutuhkan 1 maful bih saja.
Contohnya:
رَأَيْتُ زَيْدًا،
"Saya melihat seorang zaid".

Roaitu yg menjadi temen nya zhonna bukan roaitu yg maknanya melihat.
Karena roaitu yg makna nya melihat hanya butuh 1 maful bih saja. Tetapi roitu yg menjadi temannya zhonna, roitu yg bermakna yakin/berpendapat. Bukan melihat dengan mata.


وَإِذَا أَتَى بَعْدَهَا مَا يُوْهِمُ أَنَّهُ مَفْعُوْلٌ ثَانٍ يُعْرَبُ حَالًا،  نَحْوُ :  رَأَيْتُ زَيْدًا قَائِمًا

Dan apabila datang setelahnya sesuatu yang dianggap adalah maf'ul keduanya maka dia di irob sebagai Haal.

Contohnya:
رَأَيْتُ زَيْدًا قَائِمًا
"Saya melihat zaid dalam keadaan berdiri".

Jadi kalau kalimat رَأَيْتُ nya bermakna melihat maka قَائِمًا bukanlah maful bih tsani. Karena dari maknanyapun kita bisa melihat رَأَيْتُ زَيْدًا قَائِمًا
lebih cocok makna nya sebagai Haal.  Irob nya:
رَأَيْتُ : fiil dan fail
زَيْدًا:  maful bih
قَائِمًا : haal

*Jadi catatan رَأَى yg menjadi temannya zhonna adalah رَأَى yg maknanya berpendapat*.

Tapi kalau رَأَى yg bermakna melihat dengan mata, dia hanya butuh 1 maful bih saja.

====================

٥- هُنَاكَ أَفْعَالٌ كَثِيْرَةٌ تَنْصِبُ مَفْعُوْلَيْنِ وَلَيْسَتْ مِنْ أَخَوَاتِ ظَنٍّ،  نَحْوُ:  كَسَا وَ أَعْطَى ...
5. Ada Banyak fi'il penashab dua maf'ul yang bukan merupakan saudara ظَنَّ , contoh: كَسَا dan أَعْطَى
.
🔸( *Faidah ke-5 terlewat oleh ustadz* )🔸

====================


٦- ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ ظَنَّ وَأَخَوَاتَِهَا فِي الْمَرْفُوْعَاتِ لِتَتْمِيْمِ بَقِيَّةِ النَّوَاسِخِ .
6.  Mushonnif Ibnu Aajurrum Ash-Shonhajiy menyebut dzonna dan saudara-saudaranya di dalam bab marfu'aat untuk menyempurnakan sisa penjelasan dari amil an-nawaasikh.

Bab Amil Mubtada Khobar ini masuk   ke bab Marfua'aatil Asma.                                                                                    
Harusnya kita berbicara segala sesuatu yg kedudukannya marfu. Tapi kenapa dzonna dan Saudaranya  semuanya maful bih disebutkan ke dalam kelompok marfu'aat.
Kata Beliau hanya sebatas penyempurnaan penjelasan amil nawasih

 Sehingga pembahasan amil nawaasikh menjadi selesai meskipun i'rob untuk dzonna dan saudara-saudaranya ini masuknya ke manshubat karena dia termasuk kedudukan wajib manshub keduanya.

Semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

1 komentar: