Senin, 06 Maret 2017

Dars 31: Fail yang Dhomir

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

📝 Transkrip Materi BINAR Pekan 14
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📚 Dars 31 :: Fail yang Dhomir
⌛ Durasi audio ::  32.23 menit

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله  وعلى اله و صحبه  ومن والاه, أما بعد.

Ini adalah lanjutan dari pembahasan tentang Fail, pada rekaman sebelumnya kita sudah membahas tentang Fail dzohir maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas Fail yang Dhomir.

📖 ثَانِيًا: الفَاعِلُ المُضْمَرُ

♻ *Kedua : Fa'il yang dhomir*

قَالَ المُصَنِّفُ:
Berkata pengarang kitab Al-aajurrumiyah :

❇ وَالمُضْمَرُ اثْنَا عَشَرَ:
نَحْوُ قَوْلِكَ:
🔸ضَرَبْتُ،🔸 وَضَرَبْنَا، 🔸وَضَرَبْتَ، 🔸وَضَرَبْتِ،
🔸وَضَرَبْتُمَا،🔸 وَضَرَبْتُمْ، 🔸وَضَرَبْتُنَّ، 🔸وَضَرَبَ،
🔸وَضَرَبَتْ،🔸 وَضَرَبَا،🔸 وَضَرَبُوا، 🔸وَضَرَبْنَ

Fail dhomir ada 12.
Kenapa? Karena mengikuti jumlah dhomir yang juga 12.

Contohnya adalah perkataanmu :
🔸ضَرَبْتُ
Mana failnya? Tu-nya.
🔸ضَرَبْنَا ← Dhomir naa-nya
🔸َضَرَبْتَ ← Dhomir ta-nya
🔸ضَرَبْتِ ← Dhomir ti-nya
🔸َضَرَبْتُمَا ← tumaa-nya
🔸ضَرَبْتُمْ ←  tum-nya
🔸ضَرَبْتُنَّ ← tunna-nya

🔸dhoroba َضَرَبَ dan ضَرَبَتْ ada pembahasan khusus.

Jadi nanti ada dhomir yang nampak bisa kita lihat langsung tapi ada dhomir yang tidak nampak.

Insya Allah kita akan bahas istilah-istilah yang terkait dengan fail dhomir.

🔸 وَضَرَبَا dengan alifnya
🔸 وَضَرَبُوا، wawu-nya
🔸وَضَرَبْنَ nun-nya


*الشَرْحُ*: لَمَّا فَرَغَ المُصَنِّفُ مِنَ الكَلَامِ عَلَى الفَاعِلِ الظَّاهِرِ شَرَعَ فِي ذِكْرِ الفَاعِلِ المُضْمَرِ

📖 *Penjelasan*:

Setelah Mushonnif selesai menjelaskan tentang fail yang dzohir Mushonnif mulai menyebutkan fail yang dhomir.


وَالفَاعِلُ المُضْمَرُ أَوِ الضَّمِيْرُ: هُوَاسْمٌ يَقُومُ مَقَامَ الفَاعِلِ الظَّاهِرِ.
Definisi dari fail dhomir adalah isim yang menempati tempat fail yang dzohir.

Jadi dhomir ini seperti dzohir cuma bentuknya berupa dhomir-dhomir.  Yang ada 12 itu.

*وَهُوَ عَلَى نَوْعَيْنِ:*
Fail dhomir ada dua macam :
بَارِزٌ، وَمُسْتَتِرٌ.
1⃣ Ada dhomir bariz
2⃣ Ada dhomir mustatir

*Bariz dari sisi lughoh maknanya adalah jelas*.
*Mustatir maknanya adalah tersembunyi*

Jadi kalau dhomir bariz berarti dhomirnya jelas.
Kalau dhomir mustatir dhomirnya tidak nampak atau tersembunyi.



Kita bahas dari yang baariz dulu.
📌 الفَاعِلُ الضَّمِيْرُ البَارِزُ 📌

أَتَى المُصَنِّفُ بِأَمْثِلَةٍ لِلفَاعِلِ عِنْدَمَا يَكُوْنُ ضَمِيْرًا بَارِزًا مُتَّصِلًا بِفِعْلِهِ
وَهُوَ : تَاءُ الفَاعِلِ، وَنَا الفَاعِلِيْنَ، وَأَلِفُ الإِثْنَيْنِ، وَاوُ الجَمَاعَةِ، وَنُوْنُ النِسْوَةِ.

Mushonnif mengatakan contoh-contoh bagi fail ketika ia bentuknya adalah dhomir baariz yang bersambung dengan fiilnya.

Jadi dhomir baariz itu dari namanya saja sudah jelas, dhomir yang nampak. Artinya kita bisa melihat bahwa itu adalah dhomirnya.

Apa saja yang termasuk dhomir baariz?
✴ وَهُوَ : تَاءُ الفَاعِلِ،
Yaitu ta-fail

Apa itu ta-fail? Ta-fail adalah ta ت dalam fiil yang berfungsi sebagai dhomir baariz.

Kalau dalam tashrif  fiil madhi misalkan ضرب maka yang disebut ta fail adalah mulai dari ضَرَبْتٙ dari anta,
ضربْتٙ - ضربْتُما - ضربتم - ضربتِ -ضربْتُما - ضربتن -ربتُ
Itu semuanya namanya ta fail.


✴ وَنَا الفَاعِلِيْن
✴ Na-fail cuma satu
Yaitu yang dhomir nahnu => ضربنٙا na-nya na-fail.


✴ وَأَلِفُ الإِثْنَيْنِ،
✴  Alif yang menunjukkan makna mutsanna.

Ini ada di dhomir humaa baik humaa mudzakkar ataupun dan humaa muannats. Yaitu :
ضربا & ضربتا



✴ وَاوُ الجَمَاعَةِ،
✴ Wawul jamaa'ah.
Wawu jamak yang bersambung dengan dhomir hum , seperti : ضربوا

✴ وَنُوْنُ النِسْوَةِ.
✴ Nun niswah
Yaitu yang ada pada dhomir hunna , َضَرَبْن

Fiil-fiil yang bersambung dengan ta'-fail , na-fail ,alif istnain,  wawul jamaah , dan nun niswah, disebut sebagai fail yang baariz , nampak , jelas.

Kenapa dibilang jelas?
Karena dhorobta ضربتٙ , mana failnya? Ta'-nya.

ضربتما --> تما-nya
ضربنٙا --> نا-nya
ضربُوا --> و nya
ضربا --> alifnya
ضربتا --> alifnya

Jadi bisa jelas kalau dhomir baariz itu yang menjadi dhomir itu sudah jelas.

Jadi kalau kita simpulkan dari 14 wazan fiil madhi :
Dari ضَرَبَ - ضَرَبَا - ضَرَبُوا - ضَرَبَتْ - ضَرَبَتَا - ضَرَبْنَ -
sampai  ضَرَبْتُ - ضَرَبْنَا

Itu dari 14 hanya dua yang belum jelas failnya. Yaitu : ضَرَبَ dan ضَرَبَتْ .

Adapun ضَرَبَا, alif failnya.
ضَرَبُوا wawu failnya
ضَرَبَتَا Alif failnya
ضَرَبْنَ nun failnya

Kemudian :
ضَرَبْتَ - ضَرَبْتُمَا - ضَرَبْتُم - ضَرَبْتِ - ضَرَبْتُمَا - ضَرَبْتُنَّ -  ضَرَبْتُ - ضَرَبْنَا
Itu  yang diujung adalah sebagai failnya.
Ini sebagai dhomir baariz.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•




🔷 تَاءُ الفَاعِلِ :
تَأْتِي لِلدَّلَالَةِ عَلَى المُتَكَلِّمِ الوَاحِدِ، أَوْ المُتَكَلِّمَةِ الوَاحِدَةِ، نَحْوُ : أَنَا ضَرَبْتُ.

Ta fail itu ada yang datang untuk menunjukkan makna mutakallim (orang yang berbicara , istilah Indonesia kata ganti orang pertama)

الوَاحِدِ tunggal
أَوْ المُتَكَلِّمَةِ الوَاحِدَةِ،
Baik maksudnya untuk yang mudzakkar maupun muannats.

Seperti :
ضَرَبْتُ (saya memukul)

Kalau yang _ngomong_ mudzakkar maka ia mudzakkar.
Jadi ضَرَبْتُ bisa yang _ngomong_ mudzakkar bisa muannats.

☆ وَتَأْتِي  لِلدَّلَالَةِ عَلَى المُخَاطَبِ،
Dan ta' Fail juga datang untuk menunjukkan makna mukhothob
نَحْوُ : أَنْتَ ضَرَبْتَ.
mukhothob ini (kalau mutakallim kata ganti orang pertama) , mukhoothob kata ganti orang kedua yang diajak bicara.

Contohnya : أَنْتَ ضَرَبْتَ


☆ وتَأْتِي لِلدَّلَالَةِ عَلَى المُخَاطَبَةِ، نَحْوُ : أَنْتِ ضَرَبْتِ.
Ta fail datang untuk menunjukkan makna mukhothobah (kata ganti orang kedua wanita)


☆ تَأْتِي لِلدَّلَالَةِ عَلَى المُخَاطَبَيْنِ أَو ِالمُخَاطَبَتَيْنِ، نَحْوُ : أَنْتُمَا ضَرَبْتُمَا.
Dan dia datang untuk menunjuki  makna mukhothob   untuk dua orang yang diajak  bicara baik laki-laki  ataupun  perempuan.

Contohnya :
🔸🔸أَنْتُمَا ضَرَبْتُمَا


☆ وَ تَأْتِيْ لِلدَّلَالَةِ عَلَى المُخَاطَبَةِ ،نَحْوُ : أَنْتِ ضَرَبْتِ
Ta-fail juga datang untuk menunjukkan makna jamak mukhothob , kata ganti orang kedua jamak mudzakkar.

Contohnya :
🔸🔸أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ


☆ وَتَأتِي لِلدَّ لاَلَةِ عَلَى جَمْعِ المُخَاطَبَاتِ، نَحْوُ: اَنٌتُنَّ ضَرَبٌتُنْ
Ta fail juga datang untuk menunjuki jamak atas makna jamak mukhothobat, kata ganti orang kedua jamak untuk wanita.

Contohnya :
🔸🔸اَنٌتُنَّ ضَرَبٌتُنْ


*Kesimpulan* :: Ta-fail paling banyak menjadi fail,hanya berbeda-beda ada yang tu, ada yang ta, ada yang ti, ada yang tumaa. Tapi intinya semuanya adalah ta fail.


🔷 وَنَا الفَاعِلِيْنَ 🔷

تَأْتِي لِلْمُتَكَلِّمِ اامُتٙعٙدِّدِ ِأَوْ الْوَاحِدِ المُعَظِّمِ نَفْسَهُ ،نَحْوُ:نَحْنُ ضَرَبْنَا
Na-fail datang untuk mutakallim, baik mutakallim berbilang (banyak) ataupun satu.

Contohnya :
🔸🔸نَحْنُ ضَرَبْنَا
"Kami memukul"

Jadi dhorobnaa ضَرَبْنَا untuk kata ganti orang pertama, muta'addid (yang banyak, lebih dari satu).

Atau bisa juga ضَرَبْنَا digunakan untuk satu orang dengan tujuan : المُعَظِّمِ نَفْسَهُ (untuk mengagungkan dirinya sendiri).

Seperti dalam ayat Al-Quran :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al-Quran .."

Ayat => إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْر
=> tidak menunjukkan bahwasanya Allah itu banyak. Allah tidak disifati dengan sifat demikian. Waliyaadzubillaah. Allah itu tunggal.

Jadi نحن dalam ayat إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْر tidak menunjukkan bahwa Allah itu berbilang.

Tapi ini masyhur di kalangan orang Arab ketika ada seseorang yang menggunakan *Kami* untuk mengagungkan diri sendiri.

Seperti sebagian Khotib Jum'at pun terkadang mereka menggunakan kata Kami, padahal dia sendiri yang mengatakan itu.

Misalkan seorang Khatib mengungkapkan :
"Kami mengajak para jamaah ..."

Padahal yang mengajak dirinya sendiri. Kami disini bukan berarti bahwa khothib ini banyak tapi menunjukkan bentuk pengagungan dirinya.

Jadi ini untuk membantah sebagian orang yang mengatakan bahwasanya :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
Sebagai dalil bahwasanya Allah itu berbilang. Ini menyelisihi aqidah Ahlussunah wal jama'ah dan aqidah Islam secara umum.


🔷 وَأَلِفُ الاِثْنَيْنِ 🔷

☆ تَأْتِيْ لِلدَّلاَلَةِ عَلَى الْغَائِبَيْنِ،نَحْوُ: الزَيْدَانِ ضَرَبَا
Alif itsnain datang untuk menunjukkan ghoib (kata ganti orang ketiga)  mutsanna, contohnya :
🔸🔸الزَيْدَانِ ضَرَبَا
"Dua orang Zaid telah memukul"


 ☆ وَتَأْتِي للِدَّلاَلَةِ عَلَى الغَا ئِبَتَيْنِ ، نَحْوُ : الهِنْدَانِ ضَرَبَتَا
Dan juga bisa datang untuk Menunjuki kata ganti orang ketiga mutsanna muannats. Contohnya :
 🔸🔸 الهِنْدَانِ ضَرَبَتَا
"Dua orang Hindun telah memukul"


🔷 وَوَاوُ الْجَمَاعَةِ 🔷
☆ تَأْتِي للِدَّلَالَةِ عَلَى الْغَائِبِيْنَ،نَحْوُ: الزَّيْدُوْنَ ضَرَبُوْا

Wawu jama'ah datang untuk menunjukkan atas kata ganti orang ketiga jamak mudzakkar, contohnya :
🔸🔸الزَّيْدُوْنَ ضَرَبُوْا
Mana fail dari ضَرَبُوْا, wawu-nya.


🔷 وَ نُوْنُ الإِنَاثِ 🔷
☆  تَأْتِي للدَّلَالَةِ عَلَى الغَائِبَاتِ ، نَحْوُ : الهِنْدَاتُ ضَرَبْنَ.

Nun muannats ia datang untuk menunjuki atas kata ganti orang ketiga jamak muannats.
Contohnya :
🔸🔸 الهِنْدَاتُ ضَرَبْنَ.
"Banyak Hindun telah memukul"

Intinya dari pembahasan ini bahwa dari ke-14 dari tashrif lughowiy fiil madhi yang telah kita pelajari di pelajaran shorof hanya dua yang failnya belum jelas. Yaitu :
ضٙرٙبٙ & ضٙرٙبٙتْ
Adapun sisanya :
ضَرَبَا - ضَرَبُوا -  ضَرَبَتَا - ضَرَبْنَ - ضَرَبْتٙ sampai ضَرَبْنَا

Ini semuanya sudah sepaket sama failnya , sudah nempel di ujungnya. Kalau kita lagi bicara fiil madhi.


فَكُلُّ مَا ذُكِرٙ مِنَ الضَّمَائِرِ يُعْرَبُ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٌ
Maka setiap apa yang disebutkan drpd dhomir-dhomir ini , ia dii'rob dalam keadaan rofa' menjadi failnya.

Jadi kalau kita mengi'rob : ضٙرٙبْتُ misalkan ,
ضٙرٙبٙ فِعْلٌ مٙاضٍ مٙبْنِيٌّ على السُّكُونِ *وٙ تٙاءُ* ضٙميْرٌ مُتّٙصِلٌ مٙبْنِيٌّ على الضّٙمِّ فِي مَحٙلِّ رٙفْعٍ فَاعِلُهُ

Jadi semuanya begitu.
Begitupun ضٙرٙبٙا kita katakan alif-nya adalah failnya.
Dhorobna , nun-nya failnya.
Dhorobuu ضَرَبُوا wawu-nya failnya.
Ini cara irobnya.

لِأَنَّهَا مَبْنِيَّةٌ ،
Karena dhomir itu mabniy.
Ini sesuai dengan yang sudah kita pelajari bahwasanya seluruh dhomir itu hukumnya mabniy.

 وَهِيَ تُبْنَى عَلَى مَا سُمِعَتْ عَلَيْهِ :
Ia dimabniykan atas apa yang didengar darinya.

✒ عَلَى الضَّمِّ إِنْ كَانَتْ مَضْمُوْمَةً
Maksudnya kalau kita i'rob ini ,kita bilang :
مٙبْنِيٌّ على الضّٙمِّ
Kapan? Kalau kita dengarnya dia di-dhommahkan , seperti ضٙرٙبْتُ maka ضٙرٙبْتُ ini :
مٙبْنِيٌّ على الضّٙمِّ


✒ وَ عَلَى الفَتْعِ إِنْ كَانَتْ مََفْتُوْحَةً
Mabniy alal Fathi kalau memang fathah, seperti :
ضٙرَبْتَ dhorobta
Dhorobta ini kita katakan :
مٙبْنِيٌّ على الفَتْحِ


✒ وَ عَلَى الكَسْر إِنْ كَانَتْ مَكْسُوْرَةً
Dan مٙبْنِيٌّ على الكَسرِ kalau dia maksuroh (dikasrohkan) seperti :
ضَرَبْتِ dhorobti
Maka ti-nya kita bilang :
  مٙبْنِيٌّ على الكَسْرِ


✒ وَ عَلَى السُّكُوْنِ إِنْ كَنَتْ سَكِنَةً (١)
Dan  مٙبْنِيٌّ على السُّكُونِ  kalau dia sukun , seperti :
ضَرَبُوا
Wawu-nya sukun maka kita bilang :
مٙبْنِيٌّ على السُّكُونِ

Begitupun ضَرَبَا ini diakhiri alif maka disukun, kita bilang :
مٙبْنِيٌّ على السُّكُونِ


=========================
👣Catatan Kaki 👣

(١)  وَكَذَا يُقَالُ فِيْ بَقِيَّةِ الأَسْمَاءِ المَبْنِيَّةِ إِذَا وَقَعَتْ مَوْقِعُ الفَاعِلِ
Begitupun  sisanya (isim isim sisanya) cara i'rob nya itu,  yang kita dengar apa :
⚠ ضَرَبْتِ kasroh ←مٙبْنِيٌّ على الكَسْرِ
⚠ضٙرَبْتَ - fathah ← مٙبْنِيٌّ على الفَتْحِ
⚠ضَرَبنَ - fathah ← مٙبْنِيٌّ على الفَتْحِ
=========================


فَتَقُوْلُ فِيْ إعْرَابِ نَحْوِ : ضَرَبْتُ
Maka engkau katakan ketika mengirob contohnya :
🔸🔸ضَرَبْتُ
Cara i'rohnya :
🔸🔸 ضَرَبْتُ فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ ،
Kenapa مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ ? Dhorobtu  ba-nya sukun.

وَ التَّاءُ : ضَمِيْرٌ مُتَّصِلٌ مَبْنِيٌّ عَلَى الضَّمِّ فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٌ

Dan ta-nya dhomir muttashil dimabniykan atas dhommah فِيْ مَحَلِّ رَفْعٍ فَاعِلٌ.
Kenapa مَبْنِيٌّ عَلَى الضَّمِّ? Karena ضَرَبْتُ.

Kalau ضَرَبْتِ
←مٙبْنِيٌّ على الكَسْرِ
Kalau ضٙرَبْتَ
← مٙبْنِيٌّ على الفَتْحِ
Kalau ضَرَبُوْا  karena wawu-nya sukun, misalkan ضَرَبُوْا kita i'robnya :
※ ضَرَبَ فِعْلٌ مَاضٍ مَبْنِيٌّ عَلَى الضّٙمِّ ،
Ingat, bukan :
※ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ  ❌


Kalau ضَرَبْتُ
※ ضَرَبَ مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ ،

Tapi kalau ضَرَبُوْا, lihat ba-nya  ada dhommahnya kita bilang :
مَبْنِيٌّ عَلَى الضّٙمِّ
Ketika kita i'rob  wawu-nya
※ وَ الواوُ : ضَمِيْرٌ مُتَّصِل مَبْنِيٌّ عَلَى السُّكُوْنِ

Baru kita jelaskan disitu sukun. Kenapa? Karena wawu disitu sukun harokatnya.

Ini pembahasan fail dhomir yang baariz dhomirnya  jelas.

●●●●●●●●●●●●●●●

Sekarang kita bahas dhomir mustatir.

📌الفاَعِلُ الضَمِيْرُ المُسْتَتِرُ📌

فَإِنْ لَمْ يَكُنِ الفَاعِلُ اسْمًا ظَاهِرًا ولَا ضَمِيْرًا بَارِزًا فَهُوَ ضَمِيْرٌ مُسْتَتِرٌ لَيْسَ لَهُ وَجُوْدٌ ظَاهِرٌ فِيْ الكَلَامِ، وَ إِنَّمَا يُقَدَّرُ عَلَى حَسَبِ المَعْنَى

Maka apabila sebuah fail itu bukan isim dzohir , bukan pula dhomir baariz maka jelas dia adalah fail dhomir mustatir.

لَيْسَ لَهُ وُجُودٌ ظَاهِرٌ فِيْ الكَلَامِ
Yang tidak nampak, tidak jelas penampakannya pada kalam.

وَ إِنَّمَا يُقَدَّرُ عَلَى حَسَبِ المَعْنَى
Hanya saja dhomir mustatir itu ditakdirkan kira-kira tergantung dari maknanya.  
Contohnya :
»» زَيْدٌ ذَهَبَ وَ هِنْدٌ ذَهَبَتْ

Kalimat «زَيْدٌ ذَهَبَ» artinya "Zaid itu telah pergi" , «ذَهَبَ»  failnya adalah هُوَ.  Huwa-nya siapa disini? Kembali kepada Zaid. Ini yang dimaksud sebagai dhomir mustatir.

 ● زَيْدٌ ذَهَبَ ●
Seakan-akan kita ngomong "Zaid itu pergi dia". Siapa dia-nya? «Zaid».

● وَ هِنْدٌ ذَهَبَتْ ●
"Dan Hindun juga telah pergi"

Kalau kita katakan «ذَهَبْتُ» misalnya, siapa yang pergi? Tidak lain tidak bukan «Saya».
ä ضَرَبْتَ , siapa yang memukul? «Kamu»
ä ضَرَبنَا , tidak lain adalah «nahnu»

Tapi kalau kita hanya mengatakan ضَرَبَ  saja, Siapa yang pergi? «Dia». Dianya siapa? Belum jelas. Makanya bilangnya dhomir mustatir (tersembunyi ).

Begitupun ضٙرٙبٙتْ "dia telah pergi". Siapa dia-nya? Tidak jelas, makanya ضَرَبَ & ضَرَبَتْ harus menyebutkan failnya.

Contohnya :
 ● زَيْدٌ ذَهَبَ وَ هِنْدٌ ذَهَبَتْ ●

أَيُّ:  زَيْدٌ ذَهَبَ (هُوَ) ، وَ هِنْدٌ ذَهَبَتْ (هِيَ)
Jadi kalau kita ngomong زَيْدٌ ذَهَبَ seakan-akan kita ngomong زَيْدٌ ذَهَبَ (هُوَ) "Zaid itu pergi dia".
وَ هِنْدٌ ذَهَبَتْ (هِيَ)
"Dan Hindun pergi dia"
Siapa yang pergi? «Dia». Siapa dia? «Hindun».

Kalau ● زَيْدٌ ذَهَبَ ●
Siapa yang pergi? «Dia». Siapa dia? «Zaidun»
Ini yang disebut dhomir mustatir tersembunyi.
Maka i'robnya  :
★ فَالفَاعلُ ضَميرٌ مُستتِرٌ جَوَازًا تَقْدِيرُهُ هُوَ يَعُودُ على زَيْدٍ فِيْ الفِعْلِ الأَوَّلِ وَ تَقْدِيْرُهُ (هُوَ) يَعُوْدُ عَلَى هِنْدٍ فَيْ الفِعْلِ الثَّانِيْ

Jadi cara i'robnya  kalau ● زَيْدٌ ذَهَبَ ● ,
🔹setelah kita katakan « زَيْدٌ » ini mubtada,
🔹dan «ذَهَبَ» فِعْلٌ مَاضٍ
🔹Setelah itu kita bilang :
★ و الفَاعلُ ضَميرٌ مُستتِرٌ فيه جَوَازًا تَقْدِيرُهُ (هُوَ) يَعُودُ على زَيْدٍ

Kalau ●هِنْدٌ ذَهَبَتْ● bilangnya :
 ★ تَقْدِيْرُهُ (هِيَ) يَعُوْدُ عَلَى هِنْدٍ

 وَلَا يَخْرُجُ تَقْدِيْرُ الضَّمَيْرِ  المُسْتَتِرِ عَنْ هَذَيـْنِ فِيْ كُلِّ فِعْلٍ مَاضٍ
Tidak keluar taqdir dhomir mustatir dari kedua jenis dhomir mustatir  ini disetiap fiil madhi.


______________________
Tambahan

📦 فَوَائِدٌ وَتَنْبِيهَاتٌ 📦

📧 ١- إِذَا تَقَدَّمَ الفَاعِلُ عَلَى فِعْلِهِ خَرَجَ عَنْ كَونِهِ فَاعِلاً إِلَى كَوْنِهِ مُبْتَدَءًا.
نَحوُ؛ زَيدٌ ذَهَبَ

1⃣ Apabila fail didahulukan dari pada fiilnya maka dia keluar dari keadaannya (berupa fail) menjadi mubtada.
Contoh:
●زَيدٌ ذَهَبَ●

Jadi kalau kalimatnya «ذَهَبَ زَيدٌ  » ini namanya fiil dan fail.
Tapi kalau dibalik «زَيْدٌ ذَهَبَ» jangan dibilang fail dan fiil. Tapi namanya jumlah ismiyyah. Karena definisi jumlah ismiyyah adalah kalimat yang diawali oleh isim.

Maka « زَيدٌ ذَهَبَ » itu bukan dibilang fail dan fiil tapi mubtada dan khobar. Dimana khabarnya ini fiil madhi. Fiil madhinya ini fail nya adalah huwa. Dimana huwa-nya kembali kepada Zaidun.

Ini adalah cara kita menjelaskan kalimat :
●زَيدٌ ذَهَبَ●
Kalau : «ذَهَبَ زَيْدٌ »
«ذَهَبَ» fiil
«زَيْدٌ» fail
Tapi kalau ●زَيدٌ ذَهَبَ● kita tidak bisa bilang :
«زَيْدٌ»
 ==>(fail yg didahulukan )failnya muqoddam ❌

Yang benar : «ذَهَبَ» adalah fiilnya.



📧 ٢- وَاوُجَمَاعَةِ؛ تُختَصُّ باِلعُقَلاَء ِمِنَ الذُّكُورِ،

2⃣ Wawu jamak dikhususkan untuk aqil mudzakkar.

وَمِنَالأَخْطَاءِالشَّائِعَةِ قَولُهُمْ؛ النِّسَاءُ غَسَلُوا الثِّيَابَ،
Dan diantara perkataan  mereka yang tersebar ,
(Jadi ini tanbih  dari pengarang kitab Al-Mumthi') yang namanya wawu jamaa'ah, misalkan «ضَرَبُوا»
Kalau :
 «كَتَبَ» ==> كَتَبُوا
Itu dikhususkan  untuk aqil mudzakkar. Karena ia jamak mudzakkar salim.

Kenapa beliau ngomong begitu karena bisa jadi di Arab sana orang yang menggunakan ini juga buat jamak muannats salim , contoh:
★ النِّسَاءُ غَسَلُوا الثِّيَابَ
Padahal «النِّسَاءُ» muannats. Seharusnya  tidak pakai «غَسَلُوا» tapi «غَسَلنَ»

Kalau mau disini jangan pakai «النِّسَاءُ» tapi pakai :
★ الأبَاءُ غَسَلُوا الثِّيَابَ
"Para bapak-bapak  mencuci pakaian".

وَالصَّوَابُ أن يُقَالَ :
Yang benar itu dikatakan :
النِّسَاءُ غَسَلنَ الثِّيَابَ



📧 ٣-الضَّمِيرُ المُستَتِرُ فِي الفِعلِ المَاضِي تَقدِيرُهُ؛(هُوَ)أَوْ(هِيَ)دَائِمًا،وَيُستَتَرُ جَوَازًا.

3⃣ Dhomir mustatir  pada fiil madhi taqdirnya itu selalu kalau tidak huwa ya hiya saja. Kenapa?
Karena kalau fiil madhi  yang dhomitnya mustatir hanya yang huwa  dan hiya.

Adapun sisa dhomirnya failnya sudah nempel sama fiilnya.
وَيَسْتتِرُ جَوَازًا
Dan dia disembunyikan secara jawaz (boleh).

Nanti kalau dalam pembahasan fiil madhi semua dhomir mustatir  semuanya mustatir جَوَازًا. Karena boleh disembunyikan.

Tapi kalau sudah bahas fiil mudhoori' nanti ada lagi istilah dhomir mustatir wujub. Kalau wujub artinya : dia disembunyikan  tapi failnya sudah jelas siapa.

Seperti misalkan أَكْتُبُ  "Saya menulis".
Kita tidak bisa bilang bahwa hamzah pd أَكْتُبُ failnya, kita bilangnya أَكْتُبُ itu failnya أَنَا  . Tapi mana أَنَا nya? Disembunyikan.

Maka kita bilang :
 أَكْتُبُ ==> وَ الفَاعِلُ ضَميرٌ مُستتِرٌ وُجُوْبًا  تَقْدِيرُهُ أَنَا
Kenapa dibilang wajib?
Karena أَكْتُبُ itu sekalipun dhomirnya  mustatir  tapi maknanya tidak mungkin selain أَنَا. Pasti أَنَا.

Tapi kalau misalkan ذَهَبَ
ضَميرٌ مُستتِرٌ جَوَازًا
Disembunyikan karena جَوَازًا boleh, bukan وُجُوْبًا (wajib).

Karena kalau ذَهَبَ yang jadi fail  berarti bisa siapa saja, bisa Zaid, bisa Bakr, bisa Utsman .
Jadi bisa apapun makanya  :
ضَميرٌ مُستتِرٌ جَوَازًا



📧 ٤- الضَّمِيرُ المُستَتِرُ فِالفِعل ِالأَمْرِ تَقدِيرُهُ (أَنتَ) دَائِمًا، وَيُستَتَرُ وُجُوبًا.

4⃣ Adapun dhomir mustatir yang ada pada fiil amr taqdirnya selalu «أَنتَ» dan dia ditakdirkan secara wujub.
Maksudnya begini : fiil amr ada 6, misalkan:
اِضْرِبْ -  اِضْرِبَا - اِضْرِبُوا - اِضْرِبِي-  اِضْرِبَا- اِضْرِبْنَ
Yang mustatir hanya yang Anta saja, اِضْرِبْ saja.

Adapun
- اِضْرِبَا alif failnya
- اِضْرِبُوا wawu failnya
- اِضْرِبِي ya-nya
- اِضْرِبْنَ nun-nya
Satu-satunya dhomir yang mustatir pada fiil amr adalah dhomir Anta اِضْرِبْ. Tapi mustatirnya wujub.

Kita bilang kalau اِضْرِبْ :
ضَميرٌ مُستتِرٌ وُجُوْبًا تَقْدِيرُهُ أَنتَ



📧 ٥. الضَّمِيْرُ الْمُسْتَتِرُ فِيْ الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلَافِ حَرْفِ الْمُضَارَعَةِ:

5⃣ Dhomir mustatir  pada fiil mudhoori'  berbeda-beda. Dengan perbedaan huruf mudhooro'ah.

Kalau fiil madhi  yang dhomirnya mustatir ada dua : yaitu yang huwa dan hiya.
Kalau fiil amr ada satu saja yaitu dhomirnya Anta.
Kalau fiil mudhoori'  banyak kondisinya.
Kita baca :

●●• فَالمَبْدُوْءِ بِالهَمْزَةِ،نَحْوُ: أَضْرِبُ تَقْدِيْرُهُ( أَنَا )،وَيُستَتَرُ وُجُوْبًا.
●● Maka yang diawali oleh hamzah (ء) contoh : أضربُ taqdirnya adalah أَنَا.
Ia disembunyikan secara wajib.


●●• وَالمَبْدُوْءِ بِالنُّوْنِ،نَحْوُ: نَضْرِبُ تَقْدِيْرُهُ(نَحْنُ) وَيُستَتَرُ وُجُوْبًا.
●● Dan yang diawali oleh huruf nun , kita tahu bahwa huruf mudhooro'ah itu ء،ن،ي & ت
※ kalau yang diawali Hamzah taqdirnya Anaa
※ Diawali Nun taqdirnya nahnu (disembunyikan secara wujuuban )


●●• وَالمَبْدُوْءِ بِاليَاءِ،نَحْوُ: يَضْرِبُ تَقْدِيْرُهُ(هُوَ)،وَيُستَتَرُ جَوَازًا.
●● Dan yang diawali oleh ya' contohnya : يَضْرِبُ
Taqdirnya adalah huwa.
Disembunyikan  secara جَوَازًا.

Kenapa جَوَازًا? Karena berbeda dengan أَضْرِبُ yang pasti Anaa dan نَضْرِبُ yang pasti nahnu , tapi kalau يَضْرِبُ failnya bisa apa saja, bisa siapa saja.
Ini yang dimaksud  dengan وُجُوْبًا dan جَوَازًا.


●●• وَالمَبْدُوْءِ بِتَاءِ التَّأْنِيْثِ،نَحْوُ: تَضْرِبُ
● Dan yang diawali oleh ta' ta'nits  ,contoh: تَضْرِبُ

تَقْدِيْرُهُ(هِيَ)، وَيُستَتَرُ جَوَازًا
Dan dia disembunyikan secara جَوَازًا (boleh).
Jadi sama huwa dan hiya sama-sama mustatir جَوَازًا.


●●• وَالمَبْدُوْءِ بِتَاءِ الْمُخَاطَبِ،نَحْوُ أُحِبُ أَنْ تَضْرِبَ تَقْدِيْرَهُ(أَنْتَ)، وَيُستَتَرُ  وُجُوْبًا
● Dan yang diawali oleh ta mukhothob seperti : تَضْرِبَ taqdirnya adalah Anta.
Dan dia Disembunyikan  secara wajib.

Jadi ini detail dari fiil mudhoori'.

Jadi kesimpulannya dari fiil mudhoori'  yang ada 14 :
يَضْرِبُ - يَضْرِبَانِ - يَضْرِبُونَ -تَضْرِبُ - تَضْرِبَانِ - يَضْرِبْنَ ... dst

Nanti ada dhomir yang baariz dan mustatir.
Yang baariz adalah fiil-fiil yang lima, fiil yang diakhiri nun niswah,ini fail nya baariz.

Kita urut saja dari pertama :
â يَضْرِبُ => Failnya dhomir mustatir jawaazan
â يَضْرِبَانِ => Baariz , failnya alifnya.
â يَضْرِبُونَ => Failnya wawunya (baariz)
â تَضْرِبُ => dhomir mustatir jawaazan
â تَضْرِبَانِ => alifnya
â يَضْرِبْنَ => nun-nya failnya
â تَضْرِبُ => dhomir mustatir wujub  taqdirnya anta
â يَضْرِبَانِ => alif failnya
â تَضْرِبُونَ => waw  failnya
â تَضْرِبِينَ => ya' failnya
â تَضْرِبَانِ => alif failnya
â تَضْرِبْنَ => nun failnya
â أَضْرِبُ => dhomir mustatir  tapi wujub Anaa
â نَضْرِبُ => dhomir mustatir wujub nahnu

Jadi ini kesimpulan mana yang dhomirnya Baariz dan mana yang dhomirnya mustatir, baik mustatirnya wujub dan mustatirnya jawaazan.

Jadi ini bisa kita lihat di bagan Halaman 88.
Disitu bahwasanya  fail terbagi menjadi dua : ada dzohir ada dhomir.

Dzohir contohnya  :
قَامَ زَيْدٌ  - قَامَ  الزيدانِ - قَامَ  الزيدونَ

Kemudian fail yang dhomir, terbagi lagi menjadi dua,
1. Ada yang Mustatir
2. ada yang muttashil

Mustatir ada :
1. Mustatir wujuuban
2. Mustatir jawaazan

*Kalau dhomir yang muttashil itu berlaku hanya untuk fiil madhi saja*.

Yang tadi kita pelajari :
● Ta' fail, naa-fail, aliful istnain  dan wawu jamaa'ah dan nun niswah.


Untuk i'robnya  bisa dipelajari sendiri , kalau tidak jelas silakan ditanyakan karena tidak mungkin semuanya kita bahas.
Ini sudah pertemuan yang kesekian jadi harapannya sudah mulai bisa membaca sendiri-sendiri.

Thayyib , jadi kesimpulan dari pelajaran kali ini adalah bahwasanya diantara fail yang dhomir itu ada yang baariz (nampak jelas) mana failnya, ada yang dhomir mustatir (tersembunyi).
Baik yang tersembunyinya wujub (wajib) ataupun tersembunyi  nya jawaz.


Kesimpulan  :
🔹🔹 Fail terbagi :
※ ada dzohir
※ ada dhomir

🔹🔹Dhomir terbagi lagi menjadi :
√ dhomir baariz
√ dhomir mustatir

🔹🔹Dhomir Mustatir terbagi lagi menjadi :
● mustatir wujub
● mustatir jawaazan

Thayyib  barangkali cukup sampai disini. Semoga bermanfaat.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

2 komentar: